Felicya Si Gadis Bar-bar

Luna membawa Feli ke rumah temannya Jeni untuk memamerkan calon menantunya karena Luna begitu bangga dengan membawa feli. Gadis cantik yang berhasil memikat hati siapa saja yang melihatnya.. Meskipun dia belum genap 17 tahun namun dengan postur badan yang begitu sempurna dia tidak mencerminkan anak SMA. Luna bosan dengan teman arisannya yang selalu pamer menantu kepadanya dan banyak dari mereka juga yang selalu menawarkan anak perempuannya untuk menjadi menantunya.

“Feli.. Kamu kapan menginjak 17 tahun sayang?” tanya Luna.

“3 bulan lagi.. Emangnya kenapa Mi?” jawab Feli.

“Mami hanya bertanya” ucap Luna yang memikirkan suatu rencana.

Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit mereka pun sampai di kediaman Jeni. Dan penjaga gerbang membukakan pintu karena sudah mengenal tamu nyonya rumah.

“Nah kita sudah sampai.. Ayo kita turun” ucap Luna.

“Iya Mi”.

Luna berjalan masuk ke dalam rumah itu dan mendapat sambutan baik dari jeni.

“Luna kamu sudah datang” ucap Jeni dengan memeluk sahabatnya.

“Iya tadi sedikit macet di jalan” jawab Luna.

“Wah siapa ini yang kamu bawa cantik sekali” ucap Jeni.

“Ini calon menantuku”.

“Malam Tante” ucap Feli menyalami Jeni.

“Malam sayang nama kamu siapa?” tanya Jeni.

“Feli Tante”.

“Boleh Tante memelukmu”.

“Tentu Tante” jawab Feli dan langsung mendapat pelukan hangat Jeni.

“Beruntung sekali Luna mendapat calon menantu secantik kamu”.

“Tante jangan terlalu memujiku nanti aku terbang tinggi loh”.

“Tapi memang itu kenyataannya sayang.. Mami beruntung punya calon menantu secantik kamu” timpal Luna.

 “Aku juga beruntung mengenal Mami dan semuanya”.

“Iya kalian sama -sama beruntung.. Hanya aku yang belum beruntung belum mendapatkan calon menantu satu pun” ucap Jeni yang iri ingin mempunyai menantu secantik calon menantu Luna.

“Nanti juga kamu akan mendapatkannya.. Jadi bersabarlah” ucap Luna.

“Ya.. Sampai lupa tidak membiarkan kalian masuk, ayo masuklah ke dalam karena semuanya sudah berkumpul” ucap Jeni.

Mereka masuk ke dalam bersama dan Luna memperkenalkan Feli pada teman-teman arisannya.. Dengan bangga Luna memperkenalkan Feli sebagai calon menantunya.

“Wah jeng Luna tidak menyangka diam-diam sudah mempunyai calon menantu untuk putranya.. Cantik lagi calon menantunya” ucap jeng Fani.

“Iya ni jeng.. Aku juga ingin punya menantu seperti jeng Luna” timpal jeng Seni.

“Benar jeng.. Sudah cantik, dengan tinggi yang semampai dan warna kulit putih bagai porselen, bentuk badannya yang sangat bagus apa lagi di bagian tertentu. Wajahnya jangan di tanya bagai pahatan yang begitu sempurna. Apa lagi kalau tersenyum lihatlah gigi gingsul nya.. Boleh tidak ya calon menantunya untukku saja” ucap jeng Desi dengan pujiannya.

“Hush.. Dasar jeng Desi ini ada-ada saja kalau jeng Luna mendengarnya bisa mengamuk dia karena jeng Desi mau mengambil menantunya” jawab jeng Seni.

“Habisnya aku iri dengannya mempunyai calon menantu yang begitu cantik. Padahal selama ini dia selalu diam saat kita membahas calon menantu” ucap jeng Desi.

“Benar.. Ternyata dia diam saja karena sudah mempunyai calon” ucap jeng Fani.

Semuanya berkumpul untuk memulai arisannya dan Feli hanya menonton acara para ibu-ibu di rumah itu dengan sesekali tersenyum karena dia tidak menyangka ibu-ibu disana begitu welcome padanya.. Padahal yang dia tau ibu-ibu arisan biasanya banyak yang julit.

Shaka yang bosan di dalam rumah memutuskan untuk pergi keluar mencari angin dan dia menuruni tangga kemudian saat akan melewati para ibu-ibu yang sedang berkumpul di ruang tamu tak sengaja pandangannya melihat sosok yang dia kenal.

“Feli” panggil Shaka.

“Loh kak Shaka kenapa bisa disini?” tanya Feli.

“Aku yang seharusnya bertanya kenapa kamu ada di rumahku?” tanya Shaka.

“Aku datang kesini bersama Mami Luna.. Kamu putra nya Tante jeni?” tanya Feli.

“Iya.. Kebetulan sekali kita bertemu disini” ucap Shaka yang merasa senang.

“Ya.. Sungguh kebetulan yang tidak di sangka-sangka”.

Luna yang melihat calon menantunya di dekati putra Jeni merasa gelisah..

“Sepertinya putraku mempunyai saingan baru, Feli harus segera di amankan kalau tidak bisa pindah haluan calon menantuku.. Putranya Jeni kan tidak kalah tampan dari putraku bisa saja dia jadi saingan merebut Feli dari Galaxy dan kelihatannya mereka sudah saling mengenal, jadi bisa saja mereka bertemu lagi di lain waktu” batin Luna.

“Maaf semuanya sepertinya aku harus pulang duluan karena masih ada acara lagi setelah ini” ucap Luna.

“Kok pulang duluan sih jeng.. Acaranya saja belum selesai dan baru mulai setengah jalan” ucap jeng Desi.

“Mau bagaimana lagi suamiku sudah menghubungiku dan menyuruhku pulang” jawab Luna.

“Ya sudah tidak apa-apa lain kali kita kumpul lagi bulan depan di rumah jeng Desi” ucap Jeni.

“Iya.. Kalau begitu aku permisi” ucap Luna berpamitan.

Feli yang melihat Luna berdiri seakan berpamitan ikut berdiri dan berniat menghampiri Luna.

“Kak Shaka aku tinggal dulu bentar” ucap Feli berjalan menghampiri Luna.

“Mami mau kemana? Memangnya acaranya sudah selesai” tanya Feli.

“Acaranya masih lama tapi Mami ada keperluan yang mengharuskan kita pulang sekarang” jawab Luna.

“Oh begitu.. Ya sudah kalau begitu aku pamit dulu sama temen-temen mami ya.. Gak enak kalau langsung pulang aja”.

“Iya sayang”.

Feli pun berpamitan kepada teman-teman Luna begitupun kepada Shaka.

Setelah kepulangan Feli dan Luna Jeni mendekati putranya.

"Shaka.. Kamu mengenal Feli nak?" tanya sang ibu.

"Dia gadis yang aku ceritakan pada bunda waktu itu".

"Gadis yang kamu cari itu? Yang kamu bilang ingin mengenalkannya pada bunda?" tanya Jeni.

"Ya" jawabnya menunduk dan menghela napas.

"Dia akan menjadi menantu sahabat bunda.. Jadi jangan mengharapkannya lagi ya nak" ucap Jeni prihatin kepada putranya.

"Baik bunda.. Meskipun susah aku akan mencobanya".

"Itu baru anak bunda.. Apa perlu bunda mengenalkan mu pada putri teman bunda".

"Bunda jangan mulai lagi menjodoh-jodohkan ku dengan anak teman bunda.. Aku tidak mau".

"Loh kenapa?".

"Aku akan memilih sendiri calonku tanpa harus di pilihkan".

"Bunda kan hanya mengenalkan dan bunda membebaskan mu memilih sendiri pilihanmu nantinya".

"Pokok nya tidak mau titik".

"Ya sudah terserah padamu".

"Bunda aku keluar dulu ya".

"Kemana?".

"Nyari angin.. Bt soalnya".

"Ya sudah hati-hati di jalan".

"Baik bunda".

Shaka pun keluar dari rumahnya dengan mengendarai kendaraanya.

Sedangkan di dalam mobil lain Luna sedang memikirkan bagaimana caranya mengikat gadis yang berada disampingnya untuk putranya.. Karena melihat banyaknya pria yang mencoba mendekati Feli membuat Luna was-was kalau gadis itu memilih meninggalkan putranya. Dia memikirkan bagaimana kalau mereka tunangan terlebih dahulu agar mereka berdua mempunyai ikatan yang lebih kuat.