NovelToon NovelToon
Wijaya Kusuma

Wijaya Kusuma

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Konflik etika / Epik Petualangan / Paksaan Terbalik / Penyelamat
Popularitas:18.7k
Nilai: 5
Nama Author: Minchio

Wijaya Kusuma adalah putra kepala desa dari sebuah desa terpencil di pegunungan, dia harus menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia sebelum masa jabatannya selesai. Sesuai dengan peraturan adat, anak lelaki harus meneruskan jabatan orang tuanya yang belum selesai hingga akhir masa jabatan.

Masih muda dan belum berpengalaman, Wijaya Kusuma dihadapkan pada tantangan besar untuk menegakkan banyak peraturan desa dan menjaga kehidupan penduduk agar tetap setia pada adat istiadat para leluhur. Apakah Wijaya Kusuma mampu menjalankan amanah ini dan memimpin desanya dengan bijaksana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minchio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memadamkan Emosi Yang Berkobar

Tidak disangka, setelah pemakaman Pak Arifin, banyak warga yang benci kepada Wijaya Kusuma karena Kepala Desa tidak melaporkan kasus pembunuhan ini ke polisi dan membiarkan Ajat bebas begitu saja.

Semua orang menuduh, karena Ajat adalah sahabat kecil Kepala Desa. Tuduhan itu akhirnya sampai ke telinga Ibu Wijaya Kusuma.

"Mamah, disindir ibu-ibu, katanya kamu pilih kasih," keluh ibu Wijaya, setelah menceritakan tuduhan warga padanya.

Wijaya termenung, bersandar di kursi jati yang memiliki ukiran burung elang. Tatapannya kosong ke depan memikirkan nasib Ajat.

"Ajat tidak salah Mah, dia melakukan itu untuk membela diri."

"Apapun alasannya, apa tindakan menghabisi nyawa orang lain di perbolehkan? Di mata hukum itu tindakan yang salah," ucap ibunya yang tengah memilah sayuran.

Tiba-tiba seorang pemuda muncul dari pintu rumah mereka yang terbuka, dengan nafas terengah-engah dia menatap Wijaya dengan tatapan panik, "Akang! Rumah Ajat mau dibakar warga!"

Wijaya yang sedari tadi terlihat lemas sontak berubah menjadi panik matanya melotot dan jantung yang terasa seperti di pukul, Wijaya lalu mengambil sehelai baju dan memakainya dengan cepat.

Wijaya mengikuti langkah kaki pemuda itu menuju rumah Ajat yang terletak dekat sungai. Semua warga sudah ada di sana membawa obor berteriak sambil mengacungkannya ke atas.

"Ayo, kita bakar rumah pembunuh keji ini!" teriak seorang pemuda, teriakannya memancing warga lain berdatangan ke lokasi, meskipun tidak semua orang setuju dengan aksi itu.

"Hentikan!" Wijaya berlari melewati beberapa warga dan masuk ke dalam kerumuman, Wijaya berdiri menatap mereka yang memasang wajah kesal.

"Pak Kepala Desa, tolong minggir!" tegas seorang pria paruh baya.

"Iya, minggir Pak!" sambung yang lainnya.

"Hentikan! Jangan bakar rumah ini!" tegas Wijaya.

"Pak Kepala Desa memang pilih kasih! Meskipun teman dekat jangan begitu atuh! Pembunuh kok di lindungi!" teriak istri Pak Arifin, berdiri dengan putrinya yang terlihat panik.

"Hentikan! Ini adalah rumah yang penuh kenangan, kalian salah paham!" tungkas Wijaya.

"Bakar!" teriak Arini, tak ingin Wijaya memberitahu fakta sebenarnya.

"Bakar!" seorang warga melempar obor ke arah langit-langit rumah, lalu warga lainnya juga melakukan hal yang sama, tak butuh waktu lama seketika rumah Ajat dilalap si jago merah.

Panas dari kobaran api terasa di badan Wijaya Kusuma, rasanya menyakitkan melihat rumah yang penuh kenangan itu kini terbakar. Dulu saat masih kecil, Wijaya sering bermain dengan Ajat di halaman depan rumah itu. Lalu ibu Ajat sering membuat makanan untuk mereka berdua.

Meskipun api sudah terlanjur berkobar melalap rumah itu, masih ada api lain yang harus Wijaya padamkan, yaitu kesalah pahaman warga terhadap Ajat, yang sebenarnya membunuh pembunuh pemuda tanpa identitas.

"Ajat! Dia melakukan tindakan itu karena dia mengetahui sesuatu!" Teriak Wijaya Kusuma diiringi suara kayu yang lapuk dan terbakar.

Semua warga menjadi melihat ke arahnya, "Pak Arifin adalah pembunuh pemuda di kolam ikan lele!" Ungkap Wijaya Kusuma penuh emosi, tak peduli lagi dengan Arini yang meminta dia merahasiakan itu.

"Pak Arifin pembunuh pemuda itu?" bisik warga.

"Hah? Apa bener ini teh?" warga sekarang saling berbisik.

"Dari mana Pak Kepala Desa tahu?" tanya seorang warga.

"Saya punya barang buktinya! Arini, sebaiknya kamu mengaku!" kata Wijaya Kusuma menatap kejam gadis itu, yang kini terlihat terpojok.

"Arini, apa benar yang dikatakan Kang Wijaya?" tanya ibunya.

"Arini! Ngaku!" tegas warga yang berdiri di sebelah Arini.

Arini, dia masih terdiam menatap kesal Wijaya yang berdiri di depan api yang berkobar. Arini menjadi kesal pada Kepala Desa muda itu. Arini mendadak teringat harta karun di dalam candi yang menghilang ketika dia kembali bersama warga.

1
Raidy Damaring
terlalu naif.... kalo udah bertindak jahat hukumnya lebih berat kalo ikut aturan adat...
Minchio: Ajat harus di adili dengan hukum negara, hehe.
total 1 replies
Was pray
sebenarnya wijaya itu polos apa bodoh sih? apa jangan-jangan malah polos dan bodoh
Minchio: Keduanya, wkwk.
total 1 replies
Was pray
emosimu membuat pikiranmu bodoh dan tolol wijaya
Minchio: Wkwkwk...
total 1 replies
Pino Kio
semangat Minchio.
Minchio: Makasi ya.
Minchio: terima kasih. ☺
total 2 replies
CenUniverse
lanjutkan min☕🗿
Minchio
hehe terima kasih kak udah ninggalin jejak 🙏
pendekar angin barat
keren thor
Minchio: Cerita ini bisa keren karena kehadiran kalian. Terima kasih ya udah ngikutin kisah ini hehe.
total 1 replies
Ejan Din
ingat itu semua adalah cobaan
Ejan Din
arini kmu bilang apa... nuntut bahawa ajat membunuh... bagaimana pula jika ajat yang dibunuh bapak mu... apa kamu akan diam saja Dan dibuang ke kolam ikan Lele... sedangkan kekasih juga bapa mu yang bunuh..
Minchio: Arini memang licik, kak. 🤧
total 1 replies
pendekar angin barat
pendek bgt Thor...
Minchio: besok sehari 2 bab ok. hehe
total 1 replies
anggita
Terus berkarya tulis, semoga lancar novelnya 👏Wijaya Kusuma👍.
Minchio: terima kasih udah ninggalin jejak, saya sangat senang membaca komentarnya, terima kasih atas dukungannya.
total 1 replies
anggita
lumayan oke👌👍
Minchio: terima kasih
total 1 replies
anggita
visual gambar dan tokohnya oke👌lah.
Minchio: Halo, makasi udah ninggalin jejak hehehe.
total 1 replies
Was pray
walau tidak menang dengan mudah paling tidak wijaya kusuma memberikan perlawanan terhadap lawan-lawannya dengan apik
Minchio
wkwkwk
Was pray
kirain wijaya ko'it dilumat sama mawangi si siluman cacing, untung ditolong sama siluman kucing garong. 😀😀😀
Minchio
kegoda gadis itu kayanya 🤧🤭
Was pray
tetap semangat menuntut ilmu kanuragan dan kebatinan wijaya kusuma, karena di pundakmu ada beban tanggung jawab besar sebagi pemimpin desa adat
Was pray
hahaha ..kepala desa adat kok cemen.... seharusnya anak kepala desa adat sudah dari kecil dilatih ilmu kanuragan dan ilmu kebathinan, karena di masa depan tanggung jawab berat yg harus dipikulnya sebagai penerus jabatan kepala desa adat. lanjut thor.
Minchio
sepertinya wijaya punya tapi dia belum menyadarinya 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!