Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 Demam
Kai tampak sibuk, dia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa pulang lebih awal, lalu menemui Cahaya.
"Boss!"
"Ada apa Anita?"
Anita masuk ke ruangan itu membawa ipad nya. Ini waktunya untuk mengingatkan jadwal boss nya sebelum pulang.
"Maaf boss, saya mengingatkan kembali jadwal malam ini ada janji makan malam bersama Klien dari Mitra Holding."
"Jam berapa?"
"Delapan malam di Green hotel."
Kai melirik jam ditangannya yang menunjukkan pukul 4 sore. Itu artinya dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya lebih awal, agar bisa menemui cahaya sebentar sebelum makan malam dengan klien.
"Kalau begitu, bolehkah saya pulang lebih awal hari ini?" tanyanya pada sekretarisnya itu.
"Tentu boss. Tapi jangan lupa makan malamnya. Ini klien penting."
"Siap. Saya tidak akan telat. Hanya ingin meluangkan waktu untuk menemui pujaan hati saya." ujarnya yang langsung menelpon Aya.
"Baiklah terserah boss saja. Saya permisi." Anita keluar dari ruangan itu.
"Halo! Kamu menjawab panggilanku..." Kai kaget sekaligus bahagia karena panggilannya dijawab.
"Mas Kai, ini aku Mentari. Aya tiba tiba pingsan di kampus. Sekarang dia masih dirawat di klinik kampus. Mas Kai bisa bantu antar Aya kerumah sakit, kondisinya masih seperti tadi belum berangsur membaik."
"Aku kesana sekarang. Tunggu!" Kai langsung bergegas pergi tampa membereskan pekerjaanya yang masih berserakan di atas meja.
Dia sangat khawatir saat ini. Ingin rasanya dia langsung segera tiba didekat Aya saat ini juga.
"Mas, langsung ke kontrakan saja. Sekarang aku sama Aya sudah menuju kontrakan. Dia gak mau ke rumah sakit."
"Oke, tolong jaga dia sebelum aku sampai."
Langkah Kai terburu buru, membuat Anita heran dan memutuskan mengejar bossnya itu.
"Boss, apa yang terjadi?"
"Anita, tolong bereskan meja saya. Tentang makan malam, sepertinya saya tidak bisa datang. Tolong atur ulang jadwalnya."
"Tapi boss, ini sudah yang ketiga kalinya aku mengatur ulang jadwalnya." ucap Anita bicara sendiri karena boss nya sudah menghilang di balik pintu lift.
Kania yang berada di lobi, melihat langkah kakaknya seperti berlari pun merasa heran dan bertanya tanya.
"Apa sesuatu yang buruk terjadi?" gumamnya sambil menatap kearah kakaknya itu.
Sementara orang yang membuatnya bertanya tanya itu sudah melajukan mobilnya dengan sangat laju menuju kontrakan Aya.
"Tunggu aku, Ay. Aku sudah memastikan, perasaan ini bukan hanya karena penasaran atau hanya karena inginkan tubuhmu saja. Ay, aku mencintaimu. Aku ingin menghabiskan seluruh sisa hidupku bersamamu." gumamnya dalam kekhawatiran yang membuatnya sangat gelisah.
Butuh waktu hampir satu jam untuk Kai bisa sampai di tempat Aya. Itu karena ban mobilnya yang tiba tiba kempes, belum lagi dia terjebak macet. Tapi akhirnya dia sampai juga.
Langkah Kai sangat terburu buru, madam Yuni yang hendak menyapanya pun di abaikan olehnya begitu saja.
"Pasti si ganteng itu sudah tahu kalau Aya sakit. Syukur deh, akhirnya gadis itu punya seseorang yang mengkhawatirkannya." ujar Yuni merasa senang.
Kai sudah tiba di lantai atas, dia melihat Tari yang melambaikan tangan padanya.
"Mas Kai!"
"Bagaimana keadaan Aya?"
"Panasnya masih tinggi."
"Ini kan rumahnya." Kai hendak masuk tapi di halangi oleh Tari.
"Tunggu dulu mas. Aya tidur sekarang. Harusnya aku yang merawatnya, tapi aku ada urusan penting."
"Gak usah khawatir, aku yang akan merawatnya." Kembali mencoba membuka pintu itu tapi Tari menghalanginya.
"Mas Kai, janji dulu sama aku."
"Janji apa?"
"Jangan lakukan apapun sama Aya selain menemaninya, merawatnya dan membantunya minum obat."
"Iya. Aku janji gak akan macam macam."
"Baiklah, aku percaya sama mas Kai. Aku titip sahabatku." Ucap Tari sambil memberikan kunci rumah kontrakan Aya pada Kai.
Tanpa menunggu lama Kai pun langsung masuk ke rumah itu. Ini pertama kalinya dia masuk ke tempat ini. Cukup nyaman, sangat bersih dan rapi.
Matanya tertuju pada satu pintu lain di rumah itu yang bisa dia pastikan itu kamar Aya. Segera dia kesana membuka pintu itu dan benar saja dia melihat Aya terbaring di tempat tidurnya.
"Ay..."
Kai mendekatinya, menyentuh wajahnya, mengusap rambutnya lembut.
"Lihatlah Ay, ini bukan hanya sekedar melakukan hal itu, aku benar benar mengkhawatirkan kamu." bisiknya yang tidak direspon karena Aya benar benar tidur.
"Bagaimana bisa kamu terus meminta aku menjauh, sementara matamu membuatku berpikir kamu membutuhkan aku. Aku tidak akan pernah pergi kemanapun Ay. Aku akan tetap disini bersama kamu."
Kai mencoba posisi yang nyaman, dia ingin berbaring disamping Aya sambil memeluknya. Tapi kemeja yang dia kenakan sangat membuatnya tidak nyaman. Saat dia hendak melepas kancing di lengan kemejanya, tangan Aya malah menggenggam erat pergelangan tangannya itu.
"Jangan tinggalkan aku. Jangan pergi..."
Senyum pun terlihat diwajah Kai, dia merasa senang karena Aya menggenggam erat pergelangan tangannya. Padahal Aya hanya sedang mengigau.
"Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku tidak akan meninggalkan kamu, Ay." Bisiknya sambil menyelipkan tangannya kebawah kepala Aya untuk bisa memeluk Aya dengan nyaman.
"Jangan pergi... Aku takuttt..."
"Iya, sayang. Aku gak akan kemana mana. Jangan takut, aku disini, disampingmu, memelukmu." bisik Kai sambil mengelus lembut wajah pucat Aya.
Aya mendekatkan tubuhnya pada Kai, dia seperti bayi yang sedang mencari kehangatan dalam pelukan ibunya. Dengan senang hati Kai memeluknya, mengelus kepala dan punggungnya dengan lembut. Juga memberikan ciuman dikening Aya.
Setengah jam berlalu Aya tidur dalam pelukan Kai, bahkan Kai pun ikut terlelap. Saat dia bangun, Aya sudah tidak memeluknya lagi. Kai pun bangkit dari tempat tidur untuk mengganti pakaiannya.
Sebelum itu, dia memeriksa suhu tubuh Aya yang sudah mulai menurun.
"Aku mandi dulu ya, Ay." Bisiknya yang membuat Aya bergerak mengalihkan posisi baringnya miring memunggunginya.
Kai pun segera turun untuk mengambil baju di mobil yang memang sengaja dia bawa untuk berjaga jaga saat kondisi darurat. Setelah mendapatkan bajunya, dia kembali dan segera mandi.
Keluar dari kamar mandi dengan tampilan yang segar, memakai kaos oblongnya dan celana pendek pun tidak mengurangi ketampanannya.
Hp nya bergetar, panggilan dari Kania yang langsung dijawabnya.
"Halo dek, ada apa?"
"Mas dimana? Tadi aku lihat mas buru buru pergi. Apa ada masalah?"
"Ya, ada sedikit masalah. Tapi kamu gak usah khawatir, semuanya sudah baik baik saja kok."
"Mas dimana?"
"Di rumah teman. Sepertinya untuk beberapa hari ini aku gak bisa masuk kantor. Temanku sakit dan aku harus menjaganya."
"Teman? Yakin hanya seorang teman?"
Kai menoleh kearah Aya yang tampak gelisah. Dia pun mendekatinya, mengelus punggungnya dan saat itu juga Aya kembali menggenggam erat lengannya dengan raut wajahnya menunjukkan dia sedang ketakutan.
"Dek, udah dulu ya. Nanti aku akan ceritakan semuanya." menutup panggilan.
"Ay, kamu mimpi buruk?"
Aya tidak merespon, dia terus menggelengkan kepalanya dengan genggaman tangannya semakin erat dilengan Kai.
"Ay, jangan takut. Aku disini. Aku disini memelukmu."
Kai berbaring di samping Aya, memeluknya erat hingga membuat Aya merasa lebih tenang dan kembali tertidur nyenyak.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪