Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aksi Bunuh Diri.
💐💐💐💐💐💐
... HAPPY READING... ...
.
.
Dua minggu kemudian.
Farrel dan Tasya berjalan dari parkiran saling bergandengan tangan. Edo, Kiki dan Doni yang sudah tahu status mereka sebagai suami-istri hanya mengikuti dari arah samping. Pasangan tersebut menjadi pusat perhatian sejak tadi. Namun, keduanya tidak ingin menyembunyikan kedekatan mereka sebagai pasangan kekasih lagi, seperti itulah yang diketahui oleh teman satu sekolahnya.
"Farrel, kenapa?" tanya Tasya karena suaminya berhenti melangkah dan menahan pergelangan tangannya.
"Bentar, ada yang menghubungi gue lagi, Sayang. Apakah mama atau... Renata," jawab Farrel melihat ke arah istrinya. Seakan meminta persetujuan gadis itu untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Angkatlah! Siapa tahu penting 'kan. Bukankah sejak tadi pagi dia menghubungi Elo, tapi tidak di angkat," ucap Tasya juga penasaran dengan sahabat suaminya. Sebetulnya jika tidak terlalu berlebihan Tasya juga tidak akan asal cemburu. Namun, tingkah Renata membuatnya tidak nyaman.
"Baiklah," kata Farrel langsung merangkul bahu istrinya. Dia juga tidak ingin Tasya kembali merasa cemburu. Padahal niatnya Farrel ingin menjaga jarak dari Renata dan sudah berjalan selama dua minggu terakhir. Namun, karena Renata begitu sering meneleponnya mau tidak mau harus diangkat. Agar tahu apa yang sudah terjadi.
"Ayo, Rel. Angkatlah! Gue juga ingin tahu kenapa," ujar Kiki ikut ingin mendengarkan. Sehingga Farrel langsung mengeser tombol hijau pada layar ponselnya.
"Iya, ada apa, Re?"
"Farrel, ini Om Niko. Bisakah kamu datang ke rumah sakit Keluarga Bunda. Saat ini Renata lagi di ruang operasi."
"Apa? Ruang operasi? Memangnya apa yang terjadi padanya, Om?"
Seru Farrel kaget. Soalnya tadi malam gadis itu masih baik-baik saja. Masih mengirim Farrel pesan beberapa kali dan ada sebagian yang dia balas.
"Entahlah! Tapi kata pelayan di rumah kami, dia melakukan percobaan bunuh diri dengan mengiris urat nadinya sendiri."
Jawab laki-laki bernama Niko tersebut. Dia adalah ayah kandung Renata yang sudah menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak. Itulah yang membuat Renata merasa asing di keluarganya sendiri. Soalnya istri dan anak Niko sangatlah kejam padanya.
"Apa... Mau bu--bunuh diri? Oke Om, saya berangkat ke sana sekarang juga,"
Farrel langsung memutuskan sambungan telepon tesebut. Dia sangat khawatir pada keadaan Renata. Mau seperti apapun gadis tersebut merupakan teman terdekatnya sejak kecil, begitulah yang dia pikirkan.
"Sayang, sorry, gue harus ke rumah sakit sekarang. Elo tunggu disini ya, gue tidak akan lama," ucap Farrel memegangi kedua pundak Tasya. Agar sang istri tidak banyak bertanya karena waktunya tidak tepat.
"Gue mau ikut, Rel. Gue ingin melihat keadaannya jug---"
"Tidak! Elo tidak boleh ikut. Selain Elo kurang sehat, sebentar lagi juga masuk. Jangan khawatir dan memikirkan hal lain karena gue hanya mencintai Elo" sela Farrel cepat. Dia beralih menatap pada Edo, Kiki dan Doni "Tolong jaga Tasya ya, gue hanya mau melihat keadaan Renata,"
"Ya, kami bertiga akan menjaganya dengan baik. Pergilah! Tapi Elo juga harus hati-hati," jawab mereka serempak. Farrel yang sangat khawatir langsung berlari lagi ke arah parkiran. Dia mengabaikan tatapan teman-temannya dan juga Tasya.
"Renata, kenapa Elo nekat melakukannya sih? Kan gue sudah berulang kali ingatin Elo kalau bunuh diri bukanlah jalan keluarnya." ucap Farrel menahan rasa kesalnya. Dia sampai memukul setir mobilnya sendiri saking kesal atas tindakan sahabatnya itu. Sebab selama ini Renata memang sudah sering mengatakan mau bunuh diri saja untuk menyusul mendiang ibunya. Namun, Farrel selalu memberinya kekuatan untuk tetap sabar. Farrel selalu ada menjadi sahabat yang mendengar keluh kesahnya.
"Brengsek!" seru Farrel mengumpat kesal. Sebab ada rasa bersalah juga yang dia rasakan. Jika tidak memiliki teman curhat lagi, bisa jadi jarak yang dibuat oleh Farrel salah satu penyebab temannya itu ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Dan sialnya itu memang benar.
Tidak sampai 20 menit. Mobil Farrel sudah tiba di rumah sakit keluarga bunda. Dia memarkirkan kendaraannya asal dan berlari lagi masuk ke dalam rumah sakit tersebut. Dia mencari-cari letak ruang operasi.
"Sus, pasien bernama Renata yang baru masuk rumah sakit pagi ini ada dimana?" tanya Farrel tidak menemukan ruang operasi karena dia yang lagi kalut sampai lupa segalanya.
"Di sebelah sana, Kak." tunjuk si suster kebetulan tidak jauh dari tempat mereka berada saat ini.
"Baiklah! Terima kasih," ucap pemuda itu berlari lagi ke arah yang ditunjuk. Saat dia tiba di sana terlihatlah Tuan Niko lagi berdiri sendirian. Anak dan istri baru beliau tidak ada di sana.
"Om, bagaimana keadaan Rere? Apa sebenarnya yang terjadi?" Farrel melontarkan pertanyaan secara beruntun.
"Farrel, syukur lah kamu sudah datang. Om juga tidak tahu, karena saat kejadian om baru di dalam perjalanan menuju perusahaan. Kita tunggu saja mungkin sebentar lagi sudah dibawa keluar. Dia hanya hampir kehabisan darah. Jika telat sedikit bibi pelayan menolongnya dan dilarikan ke sini, mungkin Rere sudah menyusul mendiang ibunya." jawab lelaki dewasa itu dengan perasaan cemas. Beliau sebetulnya sangat menyanyangi putrinya itu. Namun, komunikasi di antara mereka yang jarang membuat hubungan tersebut dimanfaatkan oleh istri mudanya.
"Iya, Om. Saya sangat mencemaskan keadaannya." ucap Farrel sedikit tenang setelah dijelaskan keadaan Renata saat ini. Tidak lama menunggu pintu ruang operasi di buka lebar dari dalam. Membuat Evans dan Tuan Niko berjalan mendekat.
"Dokter, bagaimana keadaan putri saya?" tanya beliau merasa khawatir karena terlihat Renata belum sadarkan diri.
"Dia baik-baik saja karena kebetulan sekali stok darah di rumah sakit sedang ada. Jika tidak, mungkin kami tidak bisa menolongnya lagi." Jawab dokter laki-laki yang menangani Renata.
"Renata, syukur lah Elo baik-baik saja. Maafin gue."
Gumam Farrel menatap wajah pucat sahabatnya. Dia benar-benar merasa lega jika Renata baik-baik saja.
"Namun, tolong diperhatikan sekali keadaannya setelah ini, Tuan Niko. Putri anda sepertinya memiliki banyak masalah sehingga ingin mengambil jalan pintas. Jika perlu setelah ini bawalah dia ke psikolog agar mentalnya tidak terganggu. Ingatlah keberuntungan itu tidak selalu datang dua kali," jelas si dokter yang sekaligus memberikan nasehat.
"Iya, baiklah. Terima kasih, Dok. Saya akan membawanya ke psikolog setelah semuanya baik-baik saja," jawab Tuan Niko yang tidak ingin hal seperti ini kembali terulang. Karena operasi kecil pada pergelangan tangan Renata sudah selesai, gadis itupun dibawa ke ruang rawat intensif. Para dokter beserta suster pergi meninggalkan ruangan tersebut.Sebab tidak ada penyakit lain yang diderita oleh Renata.
"Farrel, apakah Rere memiliki masalah di luar sana?" tanya Tuan Niko setelah hanya mereka berdua yang ada di sana.
"Sepertinya tidak ada, Om. Namun, beberapa hari terakhir saya juga tidak tahu karena kami tidak bertemu seperti biasanya," jawab Farrel jujur.
"Lalu hal apa yang membuatnya seperti ini?" keluh Tuan Niko sambil mengusap wajahnya sendiri. "Jika ada sangkut pautnya dengan mama dan adiknya di rumah, Rere tidak mungkin nekad hingga melakukan aksi bunuh diri."
"Saya ingin minta maaf sebelumnya, Om. Tapi Renata sudah beberapa kali mengatakan pada saya ingin bunuh diri. Karena dia kecewa pada om yang tidak pernah adil padanya. Rere hanya ingin diperhatikan lebih seperti saat ibunya masih hidup, Om" ucap Farrel merasa ada kesempatan untuk menyampaikan keluhan sahabatnya selama ini.
"Apakah dia berkata seperti itu?"
"Iya, karena biasanya dia selalu minta diantarkan ke makam tante. Dan setiap kali kami datang ke sana, Rere hanya mengeluh om yang tidak menyanyinya lagi," jelas pemuda itu tanpa ada yang disembunyikan.
"Ya Tuhan. Apakah benar aku penyebab putriku mau mengakhiri hidupnya sendiri?" sesal Tuan Niko merasa bersalah. "Farrel, bisa tolong bantu om, Nak?"
"Bantu apa, Om? Jika saya bisa akan saya lakukan,"
"Tolong bantu om memperbaiki hubungan diantara kami berdua. Sambil om mau membujuknya untuk datang ke psikolog juga." sebelum menjawab Farrel diam hingga beberapa menit. Entah hal apa yang dia pikiran.
"Apakah kamu tidak bisa---"
"Baiklah, saya akan membantu om memperbaiki hubungan dengan Rere. Karena memang itulah yang dia butuhkan," sela Farrel. Karena dia ingin Renata tidak seperti sekarang lagi. Lagian tujuannya hanya ingin membantu bukan yang lainya.
"Terima kasih, Nak. Om sangat senang kamu mau membantu. Karena jujur saja om juga tidak ingin hubungan diantara kami seperti bukan hubungan diantara ayah dan putrinya." kata Tuan Niko tulus.
BERSAMBUNG...
.
.
.
Tu kan Farrel berulah lagi 🙄🙄 Mak Autor tidak bertanggung jawab dalam hal ini. Jadi marah saja pada Farrel. 🏃♀️🏃♀️
klo udh begini semua pada nyesel..
kmarin² kmana aja d saat tasya butuh perhatian udh nggk ngasih perhatian malah d katain anak gk berguna kna tampar pula..
biar Farrel merasakan mengejar cinta Tasya, dan orang tuanya pun sama
sekarang waktunya buat lu nyesel atas semua perbuatan lu, dah punya istri malah di abaiin demi cewek yg bukan tanggung jawablu rel
lo marah letika tasya sama sahabat Cowoknya tp lo ngk sadar sikap lo lebih parah... walau sahabatlo mau bunuh diri itu bukan urusan lo, bisa kan minta tolong org lain...