GAGAL DALAM BERCINTA

“Aku tidak bercanda Mah, Pah. Aku tidak mau menyakiti Shinta lagi. Memang benar aku yang egois disini, Aku akan segera berpisah dengan Shinta. Aku ingin hidup bahagia dengan keluarga kecilku ini. Aku meminta maaf Mah, Pah. Aku juga ingin meminta maaf kepada Ayah dan Ibunya Shinta. Maaf telah melukai perasaan anak kalian. Aku sebenarnya ingin jujur dari sebelum aku akan menikahi Shinta, tetapi Shinta hanya ingin membahagiakan orang tuanya, begitupun denganku, namun di sisi lain aku juga ingin bahagia dengan orang yang aku cintai”

“Aku yang meminta Shinta menjadi istri palsuku demi aku yang ingin mendapatkan semua yang aku inginkan, menutupi dan merahasiakan hubunganku dengan Nabilla, dia sungguh wanita yang sabar menghadapi kami, padahal pasti sudah berkali-kali aku menyakiti perasaannya” Kak Arka menjelaskan semuanya. Aku hanya dapat meneteskan air mata, diam menerima kenyataan ini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.

“Apa yang kau bicarakan, Arka? Kamu benar-benar membuat Mamah sama Papah terkejut, kamu bohong, kan? Kalian sedang bercanda kan, iya kan? Apa yang kalian siapkan untuk kami? ” Orang tua Kak Arka tidak percaya walaupun sudah jelas buktinya ada Ical di tengah-tengah perdebatan malam ini.

“Enggak Mah, Arka mengatakan yang sebenarnya. Arka tidak bisa menyimpan kebohongan ini lagi. Arka minta maaf.” Jawab Kak Arka.

“Mah, Pah, Kak Arka sudah mengatakan semuanya, Shinta sekarang baik-baik saja. Shinta akan menerima semua keputusan Kak Arka. Shinta mau jujur, sebenarnya Shinta mempunyai sedikit perasaan kepada Kak Arka, tidak tahu sejak kapan rasa ini tumbuh, mungkin saat Kak Arka memberikan perhatian untuk Shinta. Tapi tenang saja, Kak, Shinta juga tidak mau menghancurkan apa yang Kak Arka inginkan, Shinta tidak mau menjadi penghalang Kak Arka dan keluarga kecilnya“

“Perasaan ini akan menghilang seiring berjalannya waktu, Shinta bahagia melihat Kak Arka bahagia. Mungkin hubungan Shinta dan Kak Arka sudah putus sekarang, tapi hubungan antara keluarga kita tidak akan pernah putus sampai kapan pun, benar kan Mah, Pah? Hiks...”

Aku mengatakan hal ini, sakit rasanya, jujur ini sakit sekali, tapi sudahlah terima saja.

“Terima kasih, Shinta, terima kasih banyak untuk semua yang kamu lakukan selama ini untuk aku, Nabilla, dan anak kita Ical, aku tau pasti kamu ingin dekat dengan Ical kan? Jangan lupakan dia, Shinta, kamu bisa menganggapnya sebagai anakmu sendiri. Aku juga mau minta maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang aku dan Nabilla lakukan, jika suatu saat nanti kamu membutuhkan bantuan kami, langsung saja beritahu selagi kami bisa membantu, kami akan membantumu. Semoga kamu bisa segera menemukan orang yang pantas mendapatkan cintamu” aku hanya bisa menatap mereka bertiga dan tersenyum membalas perkataan Kak Arka

Mamah Kak Arka memelukku, dia menangis juga, tetesan air matanya membasahi bajuku, aku membalas dengan pelukan yang cukup erat juga.

“Nak, maaf. Mamah tidak bisa berbuat apa-apa” Bisik Mamah Kak Arka.

Aku, Ibu, dan Ayah pun bergegas pergi pulang, memberikan ruang untuk mereka, aku tidak mau ikut campur lagi. Aku mundur untuk kedua kalinya.

Aku rindu suasana rumah, walaupun beberapa barang sudah berbeda tempat di rumah kesayanganku ini, tetapi suasana kehangatan rumah masih tetap terasa. Setelah tiba di rumah, Ibu dan Ayah menyuruhku untuk ke ruang keluarga dulu sebentar. Mereka bertanya apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Aku tidak bisa menjawab, aku pun bingung, apa yang harus aku lakukan, mungkin aku hanya bisa terus melanjutkan alur hidupku begitu saja, mencari pekerjaan dan mencari kebahagian lain. Ibu memelukku dan mengantarkanku ke kamarku untuk beristirahat.

“Kita bicarakan lagi besok, sekarang kita ke kamarmu, istirahatlah, nak” Ajak ibuku.

“Baik, Bu”

Hari itu, sepertinya hari yang sangat panjang yang pernah aku lalui. Aku cape, lelah, aku menangis di tempat tidurku, kenapa untuk hidup saja sesulit ini, apalagi dengan masalah percintaaku ini. Aku menangis sampai tidak sadar aku tertidur lelap.

Besoknya tentu saja kedua mataku ini bengkak. Hari ini, aku memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu mungkin sampai beberapa hari sebelum aku mencari pekerjaan yang cocok dengan lingkungan yang kuinginkan, semoga aku dapat dengan mudah menemukannya.

Ternyata sudah 1 minggu aku di rumah saja. Agak membosankan memang. Aku berencana untuk mencari pekerjaan saja hari ini. Aku berkeliling di kotaku, mengunjungi beberapa Rumah Sakit. Aku baru sadar ternyata kota tempat tinggalku ini besar juga. Ya memang aku ini anak rumahan yang dari kecil sampai SMA pun jarang keluar rumah, keluar rumah juga jika ada hal yang benar-benar penting. Aku mencari pekerjaan ke beberapa Rumah Sakit, aku mencari Rumah Sakit yang bisa menerima aku dengan pengalamanku yang seadanya.

Setelah mencari terus-menerus selama sekitar 2 minggu baik dari sosial media, aplikasi lowongan pekerjaan, sampai aku datangi ke Rumah Sakit tersebut, akhirnya aku menemukan Rumah Sakit Swasta Dokter Wiratma, menurutku aku sepertinya akan cocok jika aku bekerja disini karena Rumah Sakit ini menerima dokter yang juga pernah menempuh pendidikan manajemen di luar negeri seperti aku ini.

Jarak Rumah sakit dengan rumahku lumayan cukup jauh, jadi Aku menyewa sebuah apartemen yang cukup untuk hanya aku saja yang menempatinya, di sini terdapat 2 kamar, ruang tamu yang cukup luas dengan suasana ruangan yang estetik, kebetulan beberapa barang sudah tersedia saat menyewa apartemen ini, pemandangan dari balkonnya juga sangat indah, ah.. benar-benar membuatku nyaman untuk tinggal di apartemen ini. Disini juga tetangga apartemenku ramah-ramah orangnya, baru hari pertama tinggal saja mereka sudah menyapaku padahal aku orang baru.

Aku sudah tinggal 2 minggu di sini. Aku benar-benar cocok tinggal di apartemen baruku dan bekerja di Rumah Sakit ini, aku dapat berbaur dengan dokter, petugas kesehatan yang lain, dan karyawan disini baik yang sama bekerja di bidangku maupun di bidang lainnya. Orang-orangnya juga ramah-ramah.

Ada hal yang membuatku terkejut, ternyata aku bertemu dengan seseorang yang benar-benar sangat aku rindukan. Memang dunia ini sempit itu yang aku pikirkan.

Kinan, ya dia Kinan, sahabatku yang menerima aku apa adanya. Ternyata dia sekarang sudah menjadi salah satu dokter bedah terkenal di Kota ini, kebetulan dia juga bekerja di Rumah Sakit tempatku bekerja.

Dia memang temanku yang sangat pintar. Karena kami bekerja di tempat yang sama, tentu saja Kinan sering mengajakku keluar setelah semua pekerjaan kami di Rumah Sakit selesai, untuk saling berbagi cerita, mencurahkan kerinduan kami. Hal ini memang menjadi salah satu harapanku setelah kembali ke negara tercintaku ini, yaitu bertemu orang yang aku sayangi termasuk keluarga dan sahabat terbaikku.

Setelah pekerjaan kami selesai, seperti biasa Kinan mengajakku pergi ke sebuah cafe, kami berbincang-bincang di sana.

“Kamu jadi kan sama Dimas?” menggodanya

“Ya jelaslah, kami sudah menikah, lihat cincin di jari manisku ini, 1 di tangan kiri dan 1 di tangan kanan. Aku menjadi salah satu wanita terbahagia di dunia ini hehe... walaupun kelakuannya agak nyeleneh, tapi kami saling menerima satu sama lain” tawanya bahagia.

“Selamat, Kinan. Aku ikut bahagia.” Memeluknya lalu melepaskannya

“Lalu, Kenapa Dimas ga di ajak? Biar kita bisa reunian gitu.” Tanyaku penasaran