Menurut cerita para tetua, jika menjadi pendamping pengantin lebih dari 3 kali, akan sulit mendapatkan jodoh. Akan kah Lia mengalaminya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Efelin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Lia juga sudah menceritakan kepada kedua orang tuanya tentang kedekatannya dengan Dava. Orang tua Lia merestui hubungan mereka asal mereka dapat menjalaninya dengan baik dan tidak ada keterpaksaan di antara mereka.
Kedua orang tua Lia merasa senang karna keluarga Dava mau menerima Lia tanpa memandang perbedaan status sosial yang dimiliki. Terobati sudah rasa kecewa mereka atas kegagalan hubungan yang Lia jalani di masa lalu.
Tiga bulan sudah mereka menjalin hubungan. Hari ini, Dava membawa Lia berkunjung ke rumah kedua orang tuanya karna mama Wina mengundang mereka untuk makan siang bersama.
Dengan mama Wina, selama ini Lia sudah saling bertukar kabar lewat ponsel atau pun Lia datang ke butik mama Wina. Tapi dengan papa Wira, Lia hanya sekali bertemu ketika saat mereka mendapat restu. Lia masih sungkan dengan papa Wira.
“ Wah, kakak cantik akhirnya kita ketemu, selama ini hanya lewat video call saja. “ sambut Dara ketika Dava dan Lia tiba di rumah orang tua Dava.
Dara langsung menggandeng tangan Lia dan membawanya ke dalam rumah setelah disambutnya tadi di depan pintu, tanpa menghiraukan wajah kesel dari Dava karna sudah mengganggu kebersamaannya dengan Lia.
“ Kalian sudah datang, nak. Ayo kita makan siang bersama dulu. “ sambut mama Wina dari ruang makan. Di sana sudah ada papa Wira.
“ Siang om. “ sapa Lia sambil menjabat dan mencium tangan papa Wira.
“ Siang nak, sehat kalian semua? Kamu jangan sungkan ya dengan kami, anggap aja kami juga orang tuamu. “ jawab papa Wira sambil mengusap kepala Lia.
" Iya om, kami dalam keadaan sehat. " ujar Lia.
Kemudian Dara menarik tangan Lia agar duduk di sebelahnya.
" Duduk sebelahku kak, jangan di dekat abang terus. " ucap Dara.
" Ya wajar kalo Lia duduk di sebelahku, kan dia calon istriku. " kata Dava tidak terima.
" Sekarang kita mau makan, debatnya nanti saja. Lia sebaiknya duduk sebelah mama dan Dara duduk sebelah Dava. " ucap mama Wina menghentikan perdebatan itu.
Lia merasa terharu diperlakukan baik di keluarga Dava. Mereka tidak memandang status sosial yang ada.
Makan siang pun berjalan dengan baik. Setelah makan siang, mereka berkumpul di ruang keluarga sambil bertukar cerita.
" Bagaimana pekerjaanmu, nak? " tanya papa Wira.
" Baik-baik saja om. " jawab Lia.
" Papa dan Mama di kota Tanjung, sehat? " tanya mama Wina.
" Sehat tante, adek yang di rumah juga sehat. " jawab Lia.
" Dava nakal tidak sama kamu, kak? " tanya Dara.
" Kok kamu nanya gitu, emangnya kakak bocah kayak kamu. " Dava langsung menjawab Dara sebelum Lia berbicara.
" Abang selalu memperlakukan kakak dengan baik, dek. " ujar Lia setelah Dava menjawab pertanyaan Dara.
Lia merasakan kehangatan di tengah keluarga Dava. Mereka tetap tampil sederhana walau mereka punya segalanya.
****************
Hari berganti bulan. Sore itu, Dava dan Lia sedang berjalan-jalan di pantai tempat Dava mengutarakan perasaannya pertama kali pada Lia.
Saat ini mereka sedang duduk di kursi yang ada di tepi pantai. Keduanya sedang menghadap ke pantai.
" Dek, masih ingat tidak waktu abang mengutarakan perasaan abang pada adek di pantai ini? " tanya Dava.
" Masih ingat bang, memangnya ada apa. " ucap Lia.
“ Waktu itu, abang merasa apa ada yang kurang dari abang karna adek nolak abang. “ ujar Dava.
“ Bukan karna ada yang kurang dari abang, tapi karna kelebihan yang abang miliki membuatku merasa tak sanggup menggapainya, aku tak pantas⁹“ ucap Lia.
“ Tapi sekarang kita sudah bisa bersama, kan. Jangan menjadi rendah diri lagi ya “ ucap Dava.
" Iya bang. Adek sedih jika ingat hal itu. Adek sudah membuat abang kecewa. " ucap Lia.
" Waktu itu kita sama-sama kecewa tapi sekarang waktu kita bahagia. " kata Dava.
Sambil memandang lautan luas, Dava berkata,
“ Dek, hubungan kita sudah lebih dari 6 bulan. Abang juga sudah kenalan dengan orang tuamu. Gimana kalo abang kenalan langsung dengan mereka. Itung-itung kita liburan ke sana. “ usul Dava.
“ Abang serius mau ke kampung halamanku? “ tanya Lia merasa tak percaya.
“ Serius la dek, seserius hatiku padamu. “ jawab Dava sambil menoleh ke Lia.
Dava suka melihat wajah Lia yang tersipu malu jika Dava mengeluarkan jurus romantisnya. Menurut Dava, Lia tampak semakin cantik.
“ Adek percaya deh. Kapan abang bisa, abang atur aja, biar nanti adek info ke sana. “ ucap Lia.
Akhirnya mereka menikmati terbenamnya matahari sambil berdiri di tepi pantai. Dava memeluk Lia dari belakang dan Lia memegang tangan Dava yang melingkar di perutnya sambil bersender pada dada bidang Dava.
“ Ya Tuhan, jangan ambil kebahagian ini, biarlah ini jawaban atas doaku. “ ucap Lia dalam hati.
****************
Dava berencana ingin mengunjungi kedua orang tua Lia. Ia mengutarakan keinginannya itu pada papa Wira dan mama Wina.
Saat ini mereka sedang berada di ruang makan. Mereka baru saja menikmati malam malam bersama.
" Papa Mama, aku berencana akan mengunjungi kedua orang tua Lia di kota Tanjung minggu depan. " kata Dava.
" Wah, ide yang bagus itu bang. Kita harus menghormati mereka. " ucap mama Wina.
" Apa pekerjaan di kantor baik-baik saja selama kau cuti. " tanya papa Wira.
" Rencana ini sudah lama ku rancangkan, pa, jadi tidak akan mengganggu pekerjaan
Hari ini, Dava dan Lia beserta Dara bertolak ke kampung halaman Lia di kota Tanjung. Dara ikut karna ingin jalan-jalan melepas penat sehabis ujian semester dan Dava mengiyakan keinginan adiknya itu.
Setibanya di kota Tanjung, mereka di jemput oleh adik Lia di bandara. Kemudian mereka langsung menuju rumah Lia.
Sampai di rumah Lia, mereka di sambut dengan baik oleh orang tua Lia.
Sejenak mereka berbincang-bincang sambil melepas lelah selama perjalanan.
" Apa perjalanan kalian baik-baik? " tanya papa Leo.
" Baik semua, om. Dari dalam pesawat terlihat hijau hamparan perkebunan sawit. " jawab Dava.
Tak lama, mama Lina datang karna makan siang sudah siap. Dan mereka pun bersama-sama menuju ruang makan.
Di sana telah tersedia aneka makanan laut sebagai ciri khas kota itu.
" Wah, ini besar sekali, tante. " ucap Dara saat makan lobster asam manis hidangan mama Lina.
" Nanti bisa di siapkan untuk kalian bawa pulang jika mau. " ucap mama Lina.
" Terima kasih tante. "kata Dara.
Akhirnya mereka makan siang bersama sambil sedikit berbincang tentang kuliner daerah kelahiran Lia.
Setelah makan siang bersama, Dava dan Dara pamit hendak ke hotel karna menurut Dava, ia belum layak menginap di rumah Lia karna antara mereka belum ada ikatan resmi.
“ Kami pamit dulu om dan tante, nanti sore ke sini lagi karna ingin melihat suasana malam kota ini. “ pamit Dava pada orang tua Lia.
“ Baik, terima kasih sudah datang mengunjungi kami. “ ucap papa Leo.
Dava dan Dara di antar Lia dan adiknya menuju hotel.