Mengkisahkan seorang pria dewasa yang menyukai seorang gadis muda yang masih berumur 20 tahun. Jatuh cinta pada pandangan pertama saat sang pria tidak sengaja melihat aksi peduli sang perempuan yang menolong seorang nenek dari tabrak lari di sebuah jalan yang cukup ramai.
PENASARAN KELANJUTANYA ... YUK LANJUT BACA KISAHNYA !!!!!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BadBaby_grils, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16: Softened
" PERGI KEMANAPUN SESUKAMU, KARENA PADA AKHIRNYA KAU AKAN KEMBALI KEPELUKANKU."
TAEJUN belum bergerak dari tempatnya setelah pasangan tadi benar-benar keluar dari ruangan. Dia masih berfikir, apa makna dari tatapan itu? Mungkinkah perempuan itu tadi tengah berada dalam tekanan hebat, Tapi sebagai orang polisi yang memiliki pengalaman, dia bisa menganalisis sesuatu. Meskipun Taejun tak berhak mencampuri urusan orang lain, apalagi rumah tangga seseorang.
Saat ini, Taejun bekerja sebagai seorang polisi yang kebetulan sedang berada di sekitar Jembatan Mapo. Dia memang sering kesana, sekedar untu mengenang hal yang sebenarnya tak mau di ingat. Kebetulan sekali, saat sampai jembatan, Taejun menemukan seseorang gadis yang berusaha bunuh diri.
"Kau menemukan Gadis itu dimana? Sepertinya dia terlihat sedih". Di tengah keheningan, temannya yang sesama polisi Seungwoo, tiba-tiba bertanya.
"Aku menemukannya di jembatan Mapo, dia berusaha melompat dari sana." jawab Taejun membuat seungwoo terkejut mendengarnya.
"Benarkah? Tapi, kau sedang apa di sana? "
Taejun menatap Seungwoo. Dia sedikit berfikir kalimat apa yang harus dikatakan." Aku tak sengaja lewat." Taejun berbohong. "Aku pikir dia hanya sedang berdiri disana tapi ternyata malah berencana lompat." lanjutnya.
"Gila, bagaimana bisa seseorang berfikir untuk lompat.?"
"Aku juga tak mengerti. Mungkin dia sedang memiliki masalah yang tak bisa di selesaikan olehnya. Ingat tak ada yang tau mental seseorang, apalagi dia seorang gadis yang masih sangat muda." jelasnya.
Seungwoo mengangguk setuju dengan ucapan taejun. " Kau benar, tapi......... Tadi suaminya datang, kan?"
"Ya, laki-laki itu bilang dia suamnya." balsnya acuh.
"Tapi kau merasa aneh tidak? Bagaimana bisa seorang suami tak beada di sisi istrinya saat seperti itu?" ungkapnya.
Taejun terdiam, belum bicara lagi, dia berfikir keras dan berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh rekannya itu. " Apa mungkin mereka sedang bertengkar?" tebaknya.
"Aku mengerti, tapi bagimana bisa? Tak mungkin suaminya membiarkan dia bertindak sesuatu yang membahayakan nyawanya. Atau , mungkin ...... Jangan-jangan suaminya yang membuat istrinya itu ingin bunuh diri?"
"Ucapan temannya membuat Taejun berfikir jika itu juga masuk akal. " Apa yang kau bicarakan?"
"Aku tak menuduh, tapi tadi aku lihat gadis itu seperti tak mau ikut dengan suamnya saat di jemput tadi. Dia seperti tidak mau pulang dan meminta tolong kepadamu. Dia seperti meminta untuk dibebas-"
"Hei, apa yang kau bicarakan? Itu bukan urusan kita. Lagi pula aku sudah menolongnya agar tak melompat dari jembatan. Terlepas dia seperti itu karena suaminya atau bukan, itu bukan urusan kita." balasnya dengan cepat.
Mendengar itu, Seungwoo sedikit tak terima. " Bagaimana bisa kau mengatakan bukan urusan kita saat ada seseorang yang mungkin sedang dalam bahaya? Kita itu polisi. Meskipun benar jika itu urusan mereka, kita harus pandai membaca situasi. Kau juga merasakan hal yang sama bukan?" jelasnya panjang lebar.
Seungwoo lagi-lagi berkata benar. Taejun memang merasakan jika gadis itu tengah dalam keadaaan tertekan dan ketakutan. "Ya sudah lupakan saja. Semoga gadis itu baik-baik saja dan bukan karena suaminya dia seprti itu. Aku harap dia cepat menyelesaikan masalahnya itu." harapanya.
Setelah itu, Seungwoo pun menyesap kopinya sebelum kembali bicara."Ngomong-ngomong soal Jembatan Mapo, Apa kau sering pergi kesana? Maaf jika membuatmu sedih, tapi itu tempat adikmu di temukan meninggal , kan?"
Seketika Taejun mengubah raut wajahnya. Dia tak suka saat ada seseorang yang menbahas itu. Dia pun berdiri dan berencana pergi tanpa menjawab pertanyaan seungwoo." Aku pergi."
*****
Semua barang-barang hancur berserakan di dalam kamar. Barang-barang yang awalnya tersusun rapih di meja kini sudah berhamburan di lantai. Bahkan pecahan kaca di ruangan itu pun benar-benar hancur setelah Jimmy memukulinya. Dan kini mereka hanya bisa duduk di lantai dengan Eun hye yang tengah mengobati luka Jimmy. Tentu tangannya mengeluarkan banyak darah setelah memukuli kaca. Eun Hye menangis dalam diam sambil mencabuti satu persatu serpihan kaca yang menancap.
"Maafkan aku, Eun Hye ."Tak henti-hentinya jimmy meminta maaf, saat sebelumnya dia benar-benar berniat membunuh Eun Hye." Eun Hye, Maafkan-"
"Aku harus mengobati lukamu, kau akan sangat sakit jika tak di obati." ucapnya dengan sisa tangisnya yang dia tahan.
Jimmy seolah tak peduli dengan luka di tanganya. Dia lebih memilih meminta maaf dan berkali-kali mencoba memegang tangan Eun hye." Jangan tinggalkan aku,,,,, aku mohon Eun hye, Aku mohon jangan pernah tinggalkan aku." pintanya dengan sorot mata yang penug luka dan penyesalan.
Kalimat itu membuat Eun Hye berhenti sejenak. Lalu dia mengambil perban guna menutupi luka itu. Untuk beberapa saat, mereka terdiam sampai kemudian Eun Hye memutuskan untuk beranjak keluar kamar.
"Mau kemana??? Jangan tinggalkan aku." ucap Jimmy untuk mencegah.
"Aku mau menaruh ini." jawab Eun hye sambil menunjuk barang yang dia katakan tadi.
"Tidak usah, simpan saja di sini." pintanya
"Aku hanya sebentar."
"Aku ikut."
Entah harus berapa kali Eun hye menyakinkan Jimmy. Tapi setelah itu, Eun hye mencoba melepaskan tangannya dengan lembut." Duduklah, aku akan kembali."
"Kau janji? Kau tak akan meninggalkanku,kan?" lagi-lagi Eun Hye mendengarkan pertanyaan yang sama dan berulang kali.
"Ya." Eun hye pun mengangguk yang mana membuat Jimmy perlahan melepaskan cekalannya.
Entah kemana triakan itu, tatapan tajam dan perlakuan kasarnya, Jimmy bahkan duduk dengan gelisah dan beberapa kali menghampiri pintu untuk memastikan Eun Hye akan segera kembali. Seperti yang gadis itu kantakan, dia benar-benar kembali.
" Duduklah, aku akan membereskan kamarmu."pintanya dengan suara yang lembut.
"Tidak." ucap Jimmy menolak keinginan Eun Hye dengan cepat dan tegas.
"Jimmy." suaranya
"Duduklah bersama ku." Jimmy menatap Eun hye dengan tatapan memohon. Tatapan itu, terlihat sangat berbeda dari sebelumnya. Eun Hye pun memilih untuk menuruti perkataan Jimmy dan duduk di sofa. Tak ada yang mereka lakukan, karena Jimmy kini memeluknya dengan erat.
"Bisakah aku memelukmu seperti ini ? Apa Jika aku melepaskanmu kau akan pergi?" tanya Jimmy dengan posisi yang masih memeluk Eun hye.
Eun Hye benci mendengar itu, Meski ingin pergi, Eun Hye tak bisa karena Jimmy tetap akan terus memaksanya.
"Kau berniat meninggalkanku?"tanya ya kembali.
Jika bisa, Eun Hye akan meninggalkan Jimmy selama-lamanya tanpa ingin bertemu lagi baik nanti ataupun dimasa yang akan datang.
"Aku tak tahu apa yang akan kulakukan jika kau pergi dariku. Aku tak tahu bagaimana hidupku jika kau tak ada bersama ku?" ungkap Jimmy.
Setelah mendengar itu, Eun Hye merubah raut wajahnya.
"Kumohon, jangan tinggalkan aku."
Seharusnya Jimmy tak harus memohon seperti itu. Dia bahkan bisa melakukan apa saja semaunnya sekalipun Eun hye menolak. Bahkan dia memang sudah mengambil semua kehidupan Eun Hye. Termasuk kebahagiannya.
Jimmy mengeratkan pelukannya, seolah-olah gadis itu tak boleh pergi. Sementara, Eun hye dia hanya bisa pasrah. Disatu sisi, dia ingin pergi, tapi di sisi lain juga, melihat Jimmy yang seperti ini membuatnya sedih. Perasaan bersalahnya malah muncul karena perlakuannya Eun hye di masa lalu. Dia merasa semua ini terjadi karena kesalahanya.
\*\*\*\*\*\*\*\*
Taejun punya alasan kenapa tak suka saat seungwoo menyinggung adiknya yang di temukan meninggal di Jembatan Mapo. Mungkin hanya segelintir orang yang mengetahui hal itu. Selama ini, Taejun selalu diam saat ada seseorang membahas tentang adik perempuannya yang bunuh diri di Jembatan Mapo. Jembatan yang sama ia menyelamatkan Eun Hye, karena dia teringat akan adik perempuannya, dia juga tak mau ada lagi orang lain yang mengakhiri hidupnya di sana. Itu juga salah satu tugasnya polisi bukan?
Taejun menatap sebuah foto di balik kaca. Foto adiknya yang tengah tersenyum begitu cantiknya. Setiap kali datang Taejun menangis. Dan sialnya, suara sang adik entah kenapa selalu terngiang.
"Bisakah kau mengantar-jemputku ke kampus? Aku rasa ada seseorang yang mengawasiku."pintanya dengan tatapan memohonya.
Taejun tahu hal itu tak nyata, tapi suara itu seolah berbisik di kedua telinganya. Jika saja Taejun mengabulkan permintaan adiknya saat itu, mungkin dia masih disini bersamanya.
"Ada apa Hyuri ? Aku sibuk."
"Aku... Aku ingin di antar." ucapnya.
"tak bisa, aku harus bekerja." balasnya.
"Oppa, aku takut." ucapnya dengan suara menahan tangis yang akan siap meledak.
Jika saja Taejun tak abai, dia pasti bisa menyelamatkan adiknya .
"Maafkan aku, Hyuri." kalimat itu yang selalu keluar.
Dia memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya." Aku menyayangimu."
Taejun beranjak setelah menaruh setangkai bunga di sana. Hanya itu yang bisa dia katakan, karena dia tak ada hal lain lagi. Semuanya sudah terlambat.