Dari Cinta Ke Obsessi
Sore, kemecetan, dan bus. Tiga hal yang selalu Eun Hye hadapi setiap hari saat pulang dari tempatnya bekerja. Dengan keadaaan yang berantakan serta mata yang lelah menahan kantuk, dia duduk paling belakang bersama orang-orang yang juga bernasib sama. Hal itu yang membuatnya tak jarang terlelap di bus karena kelelahan. Seperti sekarang, keadaan bus yang penuh sesak dengan penumpang pun tak membuatnya bangun dari tidurnya karena terlalu lelah. Bahkan mungkin pencuri sekalipun tidak bisa membuatnya sadar.
Oh, tapi tidak juga. Dia pasti akan bangun dan langsung memukul pencurinya karena mencoba mengambil tas miliknya. Meskipun tasnya tak ada isinya , setidaknya dia harus mempertahankan harga dirinya dan tak membuat si pencuri itu malu karena telah mencuri tas kosong ? Dia hanya kasian kepada nasib apes sang pencuri, sungguh.
Dan seperti biasa, hanya satu hal yang benar-benar bisa membangunkannya saat bus mendadak berhenti serta suara dari speaker yang menyebut halte dekat rumahnya. Eun Hye terkesiap dan menatap sekeliling sebelum mengucek matanya dan bersiap untuk turun. Setelah itu, dia pun berdiri dan beranjak turun. Dia berjalan menuju rumahnya melewati gang sempit yang lumayan jauh dari halte. Jalan kerumahnya juga agak kumuh. Tipikal pinggiran kota Seoul.
Eun Hye, itu namanya. Tak ada yang sepesial dari namanya , dia hanya seorang gadis yang bekerja dari pagi sampai tengah malam, ia memiliki 2 pekerjaan sekaligus tiap harinya. Isi hidupnya hanya tentang pekerjaan semenjak beberapa tahun kebelakang. Tentu saja untuk membiaya hidupnya yang sekarang sebatang kara karena ibu kandungnya sudah meninggal sejak iya masih duduk di taman kanak-kanak, sedangakan untuk ibu tirinya sudah meninggal beberapa tahun belakangan karena serangan jantung. Sementara ayahnya, berada di penjara. Jangan tanya kenapa, karena Eun Hye tak mau membahasnya.
Langkah itu membawa Eun hye naik keatas tangga menuju unitnya yang berada di lantai tiga. Sudah sekitar enam bulan dia tinggal di flat ini karena tempatnya yang cukup nyaman dan murah di bandingkan dengan tempat lain, cocok untuk gadis yang berpenghasilan kecil sepertinya. Dia berjalan melewati beberapa unit yang berjejer, sampai kemudian tiba di pintu miliknya yang terletak paling ujung. Tempat tinggal itu terbuka, yang membuat Eun Hye merasa sedikit aneh saat mendengar suara gemuruh yang berasal dari suara barang-barang dari dalam flatnya yang di lepar dn sebagian sudah rapih di dalam tas.
Melihat itu semua, Eun Hye tentu terkejut.Dia berlali masuk, dan mendapati Ahjumma pemilik flat .
"Ahjumma apa yang kau lakukan? kumohon, beri aku waktu."
"Kau selalu mengatakan itu dari beberapa bulan lalu! Kau pikir aku akan diam saja?!"
Eun Hye yang melihat keadaan makin buruk pun kini mendekati kearah ahjumma pemilik flat dan memegang tangan ahjumma dan memandang wajah Ahjumma dengan tampang memelasnya.
"Aku ingin kau bayar sekarang, lunasi sekarang atau kau akan aku usir!" Sampai kalimat itu Eun Hye membelalakan matanya.
"Ahjumma, berapa yanng harus aku bayar?"
"Sembilan ratus ribu won,"ucapnya yang membuat Eun Hye melongo."Kau harus melunasinya. Atau setidaknya bayar setengahnya."
Eun Hye masih diam tak percaya .
"Ayo cepat! Mana?"
Dan setelah itu, tak ada yang Eun Hye lakukan selain membuka kalung yang dia pakai. Kalung satu-satunya yang sangat berharga baginya.
" Ambil dulu kalungku. Ini mungkin tak bernilai sebanyak itu, tapi jadikan itu sebagai jaminan untuk aku bayar bulan depan."
Ahjumma pemilik flat menatap kalungnya. "Aku ambil. Tapi kau janji melunasinya bulan depan."
Eun Hye hanya bisa mengangguk setelah pemilik flat mengambilnya.
"Baiklah, untung saja kau baik." Perempuan itu menatap Eun Hye sebelum pergi.
Eun Hye tak lagi menjawab saat Ahjumma tadi pergi dari flatnya dan ia pun menutup pintunya. Setelah itu, keadaan pun mulai hening meninggalkan eun Hye yang berdiri disana menatap sekitar yang berantakan, tanpa suara Eun Hye mulai merapikan ruangan yang berantakan akan barang-barang yang berserakan di lantai menata kembali seperti sedia kala.
Setelah selesai merapikan semuanya Eun hye masuk ke kamarnya untuk mebersihkan dirinya yang sudah berasa lengket setelah aktifitas sehariannya dan mulai duduk termenung di dalam kamar sambil memikirkan nasibnya yang buruk beberapa tahun belakangan setelah sang ayah masuk penjara karena kasus penggelapan uang yang di lakukannya hanya untuk memenuhi keinginan ibu tirinya.
Setelah itu, eun Hye menangis sejadi-jadinya di dalam kamar yang senyi dan gelap itu sedirinya untuk melampiaskan semua emosinya dan beban yang di tanggungnya beberapa tahun belakangan ini.
Di tempat berbeda, Jimmy mengambil sebuah buku di bawah laci meja kerjanya. Sebuah buku rahasia .
14 JANUARI 2019
-Eun Hye membeli es krim di kafe pinggir jalan.
-Dia memakai pita biru dan tersenyum sangat cantik.
15 JANUARI 2019
-Eun Hye pulang terlambat karena ketinggalan bus.
-Dia terlihat pucat. Mungkin dia sakit?
16 JANUARI 2019
-
Hari ini catatanya masih kosong. Dan tentu saja, dia akan menuliskannya sekarang karena sudah "betemu" gadis itu.
16 JANUARI 2019
-Eun Hye tertidur di dalam bus dan duduk paling belakang. Dia terlihat kelelahan.
-Eun Hye menangis di dalam kamar sendirian .
Lalu, dia menutup pulpen dan menyimpannya. Dia kembali menatap ke arah foto yang sudah usang di pajang di meja kerjanya. "Kenapa hari ini kau menangis? Aku tak suka. Tak apa, nanti jika kau bertemu dengaku, jangan menangis lagi ya?"
Kini dia mengambil foto dan menatapnya dengan lebih dekat."Kita akan bertemu lagi, sampai bertemu nanti malam , Eun hye."
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Meskipun kepalanya sangat merasa sakit dan pusing Eun hye tetap untuk bersiap dan bekerja di malam hari. Dia sempat ingin kabur dan bolos, tapi janji untuk melunasi uang sewa flat memaksanya untuk tetap harus bekerja. Di malam hari, Dia bekerja sebagai penjaga toko di minimarket dekat rumahnya. Hal itu memaksa Eun Hye pulang pukul 24.00 saat tokonya tutup. Eun Hye tahu itu bahaya, tapi dia tak punya pilihan lain .
Gadis itu tersenyum kepada Minah teman kerjannya saat tiba di minimarket. Minah melayani SHift siang sampai sore, dan Eun Hye akan menggantikannya.
"Hai Eun Hye, baru sampai?"
"Hmm ya, aku tak terlambatkan ?"
"Ah tidak, kau tepat waktu."
"Baiklah , kau bisa pulang sekarang, Minah ."
"Oke, Aku bersiap dulu!" minah pun pergi kebelakang untuk bersiap pulang dan mengambil barang-barangnya, meninggalkan Eun Hye yang bediri di meja kasir sambil menunggu pembeli yang datang.
Hari ini terlihat sepi dan belum ada orang yang masuk ke toko satu pun. Sambil menunggu pelanggan datang, Eun Hye menatap sekeliling. Dia ingat belum makan sore ini dan sialnya, dia tidak punya uang. Eun Hye bahkan memegang perutnya karena kelaparan. Kalau saja dia punya uang, dia mungkin bisa makan.
Beberapa lama terdiam meratapi perutnya yang kelaparan, Eun Hye kini mendengar suara pintu minimarket yang terbuka dan melihat seorang laki-laki masuk.
"Selamat datang."
Eun Hye menyapa dan menatapnya, meskipun tak bisa menatap dan melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Dia memakai topi hitam dengan hoodie yang membalut tubuhnya. Tak lupa sebuah kamera yang tergantung di lehernya.
" Selamat datang, tuan. Anda mau beli ap--"
" Rokok."
Eun Hye bahkan belum sempat menyelesaikan ucapannya.
"Eum...yang mana?"
"Yang itu."tunjuknya pada satu rokok di belakang Eun Hye.
Eun Hye langsung mengambilnya, mengarahkan barcode ke mesin kasir, lalu menyerahkan kepada laki-laki itu.
"ini rokok--"ucapan Eun Hye lagi-lagi belum selesai saat laki-laki itu sudah meletakkan beberapa lembar uang di meja kasir.
"Oh, Tuan ini terlalu bany--"
Eun Hye yang belum selesai mengucapkan kalimatnya, tapi laki-laki itu tiba-tiba pergi begitu saja tanpa basi-basi.
"Tuan! Tuan! Uangmu!"
Percuma saja, Eun Hye berhenti di depan pintu saat laki-laki itu sudah jauh. Uang itu sangat banyak untuk sebuah harga rokok dan Eun Hye tak bisa mengambil uangnya karena peraturan yang tak memperbolehkan menerima uang tip dari pembeli.
Tadinya , Eun Hye akan meletakkan uang itu di laci kasir dan belaku jujur, tapi saat ingat jika dia sedang membutuhkan uang, dia mulai mempertimbangkan hal itu. Eun Hye menatap uangnya. Bolehkah dia mengambilnya? Sekali saja, Bagaimana kalau bosnya tahu?.
LAma begulat dengan pikirannya, Eun Hye mulai tak peduli.Persetan! Pada akhirnya uang itu berhasil masuk ke dalam kantong celananya. Sekali ini saja, dia sangat membutuhkannya.
Dia menatap selembar foto yang bertuliskan "Eun Hye berjalan menuju minimarket" di belakang foto. Dia terus memandang dan memuji betapa cantiknya gadis itu.
"KAu canti hari ini, tapi sayang wajahmu pucat. Kau belum makan?" Dia kemudian mengelus foto itu. "KAu harus makan. Pakai uangnya untuk membeli makanan. Kau terlihat kurus."
Dia menempelkan foto di sebuah dinding yang berada di kamarnya. Dinding yang juga dipenuhi foto gadis yang sama, gadis yang baru bertemu di minimarket hari ini.
"BEsok kita akan bertemu lagi, Eun Hye. Jangan pulang terlalu malam. Dan ingat, kau harus makan, kau juga tak boleh menangis lagi. Kau berjanji padaku,kan?" Kemudian, dia tersenyum tampan.
"Baiklah, Selamat malam, Eun Hye."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments