NovelToon NovelToon
Sepucuk Surat

Sepucuk Surat

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:33.9k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

"Patah hati yang menyakitkan itu, ketika kita menunggu ketidakpastian."

(Sinta Putri Adam)

---------------------------------------------------------------------------

Tidak ada cinta. Namun, anehnya ku sematkan dia di setiap doa ku.
Lucu bukan? tapi itulah kenyataannya.

Enam tahun, ku jaga hati untuk dia yang dulu datang dengan janji manis. Memberikan sepucuk surat cinta dan cincin sebagai tanda ikatan. Hingga hari, di mana berjalan dengan cepat, kami bertemu. Namun, enam jam aku menunggu seperti orang bodoh, dia tidak datang. Jika sudah begini kemana harapan itu pergi. Aku kecewa, sakit, dan merasa bodoh.

"Aku membenci mu Muhamad Farel Al-hakim."

"Aku membencimu."

Ikutin kisahnya yuk hu...

IG: Rahma Qolayuby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Menggemaskan

Sinta kembali ke ruangannya setelah melakukan tugasnya. Mencatat apa saja kondisi pasien saat ini. Sinta membiarkan Farel istirahat.

Sepeninggalan orang-orang Farel mengepalkan tangannya kuat. Mencengkram kedua lututnya erat. Farel merasa marah sangat marah. Kenapa kakinya harus seperti ini. Dia lemah sangat lemah.

"Sial, tak berguna."

Maki Farel memukul-mukul kedua kakinya. Farel merasa putus asa. Tak tahu harus melakukan apa. Farel menangis terus merutuki nasibnya.

"Kenapa harus seperti ini. Dasar lemah. Sial .. Sial .."

Ingin rasanya Farel menghancurkan semuanya. Namun, ia tak mampu. Tak ada barang yang dapat ia gapai untuk meluapkan segala kekesalannya.

Farel hanya bisa menangis merutuki dirinya yang tak berguna. Kakinya yang cacat.

Menangis dalam kesendirian. Selama ini Farel menyembunyikannya dari orang lain. Saat sendiri Farel akan menangis. Membenci dirinya yang tak berguna.

"Dia pasti membenciku. Dia tak mau dengan ku yang cacat. Tidak ... Tidak .... Aku tak rela dia di rebut orang. Dia hanya milikku. Tapi, kaki sialan ini mengacaukan semuanya. Aku benci, aku benci diriku, kaki ku hiks ...,"

Sinta urung masuk ke dalam. Menyandarkan punggungnya di balik tembok. Sinta meremas dadanya yang terasa sakit mendengar setiap kata yang di ucapkan Farel.

Sinta kembali berniat mengambil ponselnya yang tertinggal. Tapi, siapa sangka Sinta malah harus melihat dan mendengar makian Farel.

"Apa yang kak Farel maksud adalah aku?"

Lilih Sinta bertanya pada dirinya sendiri. Siapa dia yang di maksud Farel. Apakah Sinta atau ada orang lain.

Sinta menggelengkan kepala tak mau berasumsi. Sinta takut, harapannya kembali pupus. Jika memang Farel masih menginginkannya. Kenapa selama ini sikap Farel sangat berbeda. Bahkan seolah membencinya.

Sinta tak tahu dengan perasaan nya sendiri. Andai saja Farel memperjelas semuanya mungkin Sinta tak akan se-bimbang ini.

Tapi, sampai saat ini hubungan mereka tak jelas dan tak ada kejelasan. Farel bungkam dan Sinta tak berani bicara.

Langkah umi Maryam dan Abi Zaenal terhenti melihat dokter Sinta yang hanya berdiri tak masuk kedalam.

Umi Maryam dan Abi Zaenal saling tatap satu sama lain.

"Seperti nya kita harus kembali, mi."

"Tapi, Farel bagaimana?"

"Biarkan saja. Toh ada dokter Sinta."

"Tapi, kelihatannya dokter Sinta enggan masuk?!"

"Anak kita terlalu lemah. Seperti nya kita harus merencanakan sesuatu, mi?"

Kening umi Maryam mengerut menatap dalam suami nya. Abi Zaenal menarik tangan istrinya lembut menjauh dari ruangan Farel.

"Abi, kenapa kita pergi?"

"Suttt! kita berikan waktu pada mereka berdua."

Umi Maryam menurut saja apa kata suami. Walau hatinya gelisah belum menemui Farel. Tadi umi Maryam terpaksa harus pulang dulu guna mengambil pakaian ganti lain dan mencuci pakaian yang sudah kotor.

...

Lama Sinta terdiam, Sinta memberanikan diri masuk kedalam ruangan Farel.

Farel tertidur, mungkin karena lelah habis menangis. Atau, efek obat yang mulai bekerja.

Sinta mendekati ranjang Farel. Bisa Sinta lihat jejak air mata di sana. Sinta membenarkan selimut agar Farel merasa nyaman.

"Maafkan saya ..,"

Deg!

Sinta terkejut tatkala tangannya di genggam erat oleh Farel.

"Maafkan saya."

"Ak-aku sudah memaafkan kakak."

"Jangan berpaling, saya tak rela."

"Bagaimana mungkin aku berpaling. Kakak sudah mencurinya."

"Dia milikku."

"Siapa? Siapa kak? Apa aku?"

Tanya Sinta. Namun, tak mendapatkan jawaban. Farel masih tertidur. Entah mimpi apa yang sedang Farel impikan. Terlihat jelas ketakutan dalam tidurnya.

Sinta mengusap puncak kepala Farel dengan lembut. Kerutan di dahi Farel mulai memudar pertanda tidur Farel sudah tenang.

Sinta mencoba melepaskan diri. Namun, Farel semakin erat bahkan malah memeluk tangan Sinta. Membuat tubuh Sinta terhuyung. Untung Sinta masih bisa menahan dengan tangan satunya.

Posisi mereka sangat intim. Sinta bisa melihat dengan jelas wajah tampan Farel. Tak ada banyak yang berubah dari wajah ini. Hanya saja, rambut Farel sedikit panjang.

Sinta menyingkap rambut yang menghalangi mata Farel.

Jantung Sinta berdetak kencang. Detak ini masih sama seperti enam tahun lalu.

"Astaghfirullah."

Sinta mencoba menyadarkan dirinya sendiri. Duduk di kursi dan masih membiarkan tangannya di peluk Farel.

Ini salah, harusnya tak seperti ini. Tapi, Sinta tak bisa berbuat lebih.

Pada akhirnya Sinta duduk diam membiarkan tangannya di peluk Farel. Sampai-sampai Sinta ikut menguap juga.

Farel terbangun dari tidurnya. Kali ini Farel merasakan kenyamanan dalam tidurnya.

Deg!

Hampir saja Farel menjerit melihat keberadaan Sinta. Farel perlahan bangun. Lagi, Farel menarik tangannya yang menggenggam tangan Sinta. Membuat tidur Sinta terusik.

"Hampir saja."

Gumam Farel menghela nafas berat. Tangan Farel menggantung tadinya ingin menahan kepala Sinta yang akan terjatuh.

Farel menatap wajah lelah Sinta. Terlihat dengan jelas jika Sinta kelelahan.

Enam tahun Farel hanya bisa melihat wajah ini dari kejauhan. Sekarang Farel bisa melihatnya sedekat ini. Rasanya Farel ingin memeluk Sinta, tapi Farel sadar itu tak mungkin.

Farel masih betah menatap Sinta seolah ingin waktu berhenti sejenak.

"Kamu milikku."

Deg!

Mata Farel mem-bola menatap kedua mata Sinta yang terbuka. Mereka berdua sama-sama diam sejenak. Lalu membuang muka.

Wajah Sinta memerah, merasa malu. Sinta merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa Sinta malah ikut tertidur.

Sinta mengucek kedua matanya sambil menegakkan duduk ya.

"Maaf, saya ketiduran."

"Tidak apa-apa."

Mereka berdua merasa canggung yang luar biasa. Sinta malu karena ketiduran sedang Farel takut Sinta mendengar perkataan nya barusan.

"Sekali lagi, saya minta maaf. Harusnya saya tak menggangu istirahat anda."

Sinta benar-benar merasa tak enak. Tapi, tak mungkin juga Sinta menjelaskan kenapa bisa ia ketiduran. Yang ada suasana semakin canggung.

"Tidak-tidak apa-apa."

"Tadi saya mau mengambil ponsel yang ketinggalan."

Dengan cepat Sinta mengambil ponsel yang tergeletak di meja sofa. Buru-buru Sinta pamit pergi karena tak tahu harus berbuat apa.

"Tunggu."

Sinta menghentikan langkahnya berbalik menatap Farel. Sinta menunggu apa yang akan Farel katakan.

Ya Allah, ini sangat memalukan. Kenapa kak Farel menatapku seperti itu. Apa aku ileran. Jika ia ...

Banting Sinta tak karuan. Sungguh Sinta ingin cepat-cepat menghilang. Sialnya, Farel malah diam tidak bicara apapun. Membuat Sinta semakin salah tingkah.

"Mendekat lah."

"Hah! Mendekat."

Gagap Sinta semakin di buat salah tingkah. Jangan sampai Sinta benar-benar ileran. Membayangkannya saja membuat Sinta ingin bersembunyi.

"It--"

"Tidak! Saya permisi."

Sinta secepat kilat menutup mulutnya lalu berlari keluar terbirit-birit.

Farel mengerutkan kening melihat tingkah aneh Sinta. Padahal Farel ingin bilang jika kerudung Sinta berantakan. Tiba-tiba Farel tersenyum sendiri mengingat tingkah lucu Sinta.

"Menggemaskan."

Berbeda dengan Sinta yang masih ngos-ngosan menatap penampilannya di depan cermin.

"Gak ada iler kok. Terus tadi kak Farel mau bilang apa?"

Gumam Sinta merasa lega jika dia tidak ileran. Jangan sampai ia ileran. Sungguh sangat memalukan.

Sinta belum pernah berada dalam posisi seperti ini. Ini benar-benar membuat jantung Sinta ingin meledak.

Bersambung ..

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ..

1
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
waah ...selamat ea . akhirnya nikah juga 🤗🤗
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak.🥰
total 1 replies
RithaMartinE
mampir kak 😊
Rahma Qolayuby: terimakasih kak, semoga suka sama ceritanya ya🥰
total 1 replies
Yayuk Bunda Idza
nama anak2nya sama dengan nama anak2 q, anak pertama q juga bernama Hanifa dan kedua Habiba
Yayuk Bunda Idza: aamiin ya rabbal aalamiin
Rahma Qolayuby: wah kebetulan sekali bunda🥰🥰 semoga jadi anak Sholehah, yang bikin bunda bangga
total 2 replies
Sumar Sutinah
Luar biasa
Sumar Sutinah
srmangat farel, dn bangkitlah mingkin takdirmu sekarang d pertemukan lg
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Sumar Sutinah
knp keluarga farrl g ada yg datang untuk sekedar minta maaf
Erni Fitriana
mampir
el- nick
ceritanya menarik
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak🥰🥰
total 1 replies
Jumi Saddah
bagus👍👍👍👍👍
Rahma Qolayuby
Hahaha ..🤫🤫
Jumi Saddah
setelah ini nda lgi drama2 an ya,,,
Jumi Saddah
baru lihat ne lanjutan anak asuh adam,,,
nis_ma: kak maaf, ini kisahnya sambung-menyambung kah?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!