NovelToon NovelToon
The Blood Judgement I : Zero

The Blood Judgement I : Zero

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Sci-Fi / Hari Kiamat / Evolusi dan Mutasi / Penyelamat
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Syarif Sang penakluk

volume 1 - Awal dari segalanya
volume 2 - kebenaran dunia
Volume 3 -

keinginan berjuang demi umat manusia penuh penderitaan dan melelahkan, tetapi masih ada secercah harapan untuk menyelamatkan dunia. yuk kita simak!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syarif Sang penakluk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

AKADEMI GAKUEN - 2 HARI KEMUDIAN

Setelah insiden sebelumnya, banyak orang mencari subjek yang kabur hingga keluar akademi gakuen. Tapi mereka tidak menemukan jejak apapun di sekitar akademi ataupun Luar akademi, terlebih lagi disaat yang sama dokter Mei menghilang secara misterius karena diculik oleh organisasi teroris. Lokasi keberadaannya saat ini tidak jelas. Membuat semua orang merasa sangat cemas. Jika subjek kabur dan tidak kembali lagi, maka suatu saat valkries lain akan mendapatkan masalah besar.

Valkries lain sudah berusaha menghubungi Dokter Mei, tetapi tetap tidak ada respon apapun darinya. Masalah ini berkaitan dengan pusat yang kemudian memberikan informasi tentang musuh yang akan dilawan para valkries. Sebuah anomali aneh muncul dan menimbulkan iklim cuaca tidak stabil. Energi korosi mulai meningkat pesat dari arah selatan yang terletak di Asia tenggara. Kemungkinan akan ada musuh yang lebih besar tidak lama lagi. Sepertinya valkries dibenteng pertahanan tidak akan ikut melawan. Peringatan ini dikhususkan untuk valkries cabang jepang agar bertarung ke Medan tempur.

Setelah mereka berunding lama dan panjang, seorang valkries bernama Bella yang merupakan Rank A beranggapan jika subjek berada di kota Tokyo.

Tanpa pikir panjang mereka mempersiapkan senjata dan berangkat ke kota Tokyo untuk menangkap subjek.

Di saat itu Indria berjalan dengan ekspresi murung dan sedih. ia sedang memikirkan Dokter Mei, sampai ada valkries bernama Audrey mendekatinya.

"Ada apa? Kenapa murung begitu!?" Tanyanya sembari duduk disebelahnya dan memegang bahu Indria.

"Dokter Mei belum kembali juga. Aku jadi khawatir mengenai situasi dokter." Jawab Indria dengan ekspresi sedih sembari sedikit mengeluarkan air matanya.

"Oh.....! kamu seharusnya jangan terlalu khawatir. Apalagi dia ilmuwan jenius di abad ini, pasti dia akan kembali kok." Ucapnya.

Audrey pun mencoba menenangkan dan membawa Indria ke kamarnya agar beristirahat, kemudian dia bergegas menghampiri squadnya.

Tiba-tiba dia sadar akan satu hal. Mengingat tidak ada satupun dari mereka yang memiliki pengalaman menuju ke perkotaan kecuali Audrey dan 5 orang lainnya, tanpa pikir panjang Audrey memerintahkan bawahannya mengirim 15 valkries menuju ke perkotaan termasuk dirinya sendiri.

Setelah semua orang berkumpul, tanpa basa-basi mereka pergi melakukan misi mencari subjek bernama Akio Graham ke pusat kota Tokyo.

Setelah semua Persiapan selesai, merekapun bergegas berangkat ke area perkotaan.

KOTA TOKYO

Beberapa jam kemudian, aku sudah lelah berjalan kaki terus menerus. Kemungkinan tidak akan lama lagi untuk sampai ke sekolah.

Sudah dua hari aku belum makan apapun, selain makanan sisa yang di buang oleh orang - orang di tempat sampah.

Kondisi para pengungsi disekitar sini benar-benar miris, seringkali mereka menderita dikriminalisasi dari penduduk lokal. Tapi penduduk kaya tidak peduli dengan hal itu, yang mereka pedulikan hanyalah isi kantong dan perut mereka yang kenyang.

Poster yang ku bawa sepertinya tidak bermanfaat bahkan jika dibawa ke sekolah. Tanpa basa-basi aku merobek poster itu lalu membuang nya sembarangan dan pergi.

***********

Akhir-akhir ini aku merasa tidak ada harapan hidup. Meski sudah seperempat jalan, dia justru merasa berjalan tanpa arah. Kemudian aku menyadari sesuatu yang begitu mencurigakan dari arah Utara. Ada sebuah Gang sempit yang penampakannya memiliki banyak sampah berserakan dimana-mana. Tapi  didepan gang justru di jaga oleh preman, sangatlah merepotkan melewati mereka, lebih baik menghindari gang sempit itu daripada harus berurusan dengan mereka.

Kebetulan sekali aku melihat sosok gadis yang lompat dari satu atap ke atap lain. Setelah ku amati dari jarak yang cukup jauh, ternyata itu hanya gadis kecil. Tapi, kemudian aku teringat gadis dengan postur dan rambut pirang yang seperti itu. Dia adalah Ninti. Aku yakin dugaanku tepat karena kami berdua pernah bertemu di kereta bawah tanah, saat itu aku menipunya.

Gadis itu melompati dari atap ke atap mungkin saja untuk menghindari gang sempit yang di jaga oleh dua preman.

Tanpa sadar tubuhku bergerak seolah mengikuti insting. Aku berjalan menuju gang sempit itu dengan berani dan dihampiri oleh salah satu dari dua preman.

Keduanya menatapku dengan tajam sambil memaki kearahku.

"Woi, bangsat bagi duit!" ucap preman tersebut sambil memakiku dengan kata kasar.

"Kalau kamu tidak mau memberi kami duit, ku pitak jidat kau jadi dua!" Jawab rekannya dengan nada mengesalkan dan juga mendorongku sangat keras.

Aku sempat berpikir ingin mundur, tapi ini sama saja menjadi pengecut. Tidak akan ku biarkan harga diriku sebagai cowok tercoreng begitu saja.

"Yakin, mau duit?" Ucapku dengan nada santai sembari sedikit tersenyum.

"Sini, jangan kebanyakan cakap kau anjing!" Jawab preman itu sambil menarik bajuku.

"Jangan menarik bajuku begitu, dong. Kita kan teman." Ucapku dengan ekspresi santai meski dalam situasi seperti ini.

Tanpa sadar sebuah pukulan mendarat di wajah ku dengan keras.

"Sial, kalian terlalu gegabah."

"Gegabah, apanya? Kau terlalu lama, bangsat." Ucapnya dengan ekspresi marah.

Wajahku sudah seperti ini, jadi tidak ada pilihan selain bertarung dengan mereka berdua.

"Kau! Berani sekali kau menantang kami anjing!" Ucap preman tersebut dengan nada kasar dan memukul balik kepadaku.

"Hajar saja boss." teriak rekannya sambil menyemangati bosnya.

Tinju tangannya akan mendarat ke wajahku, sempat ku tangkis pukulannya dan balas menendangnya dengan cukup keras.

"Berani sekali kau menghindarinya, bangsat!" Ucapnya dengan nada marah.

Aku menyobek bajuku dan meletakkan Pedang Besar Di lantai untuk bersiap menunjukkan betapa jagonya bela diriku untuk melawan mereka.

"Oh, kamu berani juga menantang kami!"

"Oi, kau juga harus bertarung bersamaku!" Ucap preman tersebut memanggil rekannya.

"Baik boss, akan kulakukan dan anak ini akan ku buat bonyok." Jawab rekannya dengan memukul kedua tangannya berulang - ulang kali.

Setelah beberapa menit bertarung dengan mereka berdua, tubuhku memiliki beberapa memar dan ada darah di kepala. Aku menghampiri preman tersebut dan mengatakan sesuatu.

"Siapa juaranya sekarang? Hah? Siapa juaranya, bangsat?!" Ucapku kasar pada para preman yang sudah kalah.

"Ka... Kau.." jawabnya susah payah karena terluka parah.

"Bagus, tunjukkan aliansimu padaku, akan ku bantai kalian semua dengan satu lawan semua."

Aku yang berlagak sombong mulai berteriak sekencang mungkin sampai terdengar oleh para valkries yang sedang mencariku di sekitar area itu.

Jiwa ku tidak akan menyerah untuk menjadi lelaki jantan, akan kulakukan pembantaian demi hasrat menjadi lelaki sejati.

Beberapa waktu kemudian tibalah seorang valkries cantik menghampiriku, tapi kemudian dia melihatku dalam keadaan telanjang bulat yang hanya menyisakan celana panjang hitam.

Para valkries mulai menodongkan senjata mereka kearahku.

"Angkat tanganmu, sandera!"

"Tidak ada gunanya, apa kau pikir bisa mengarahkan senjata kepadaku dengan mudah?" ucapku sambil tersenyum agak jahat.

Valkries bernama Audrey menghampiriku dan berkata dengan suara , "Tenanglah, kami ingin membawamu kembali. Itu saja."

Saat Audrey menatap mataku, entah kenapa aku seperti merasakan kesedihan.

"Namaku Audrey, sebagai valkries aku harus membawamu kembali, akio Graham." Ucap Audrey.

Aku Benar-benar tidak setuju harus di bawa kembali oleh mereka. Terlebih semua yang mereka lakukan padaku tidak akan bisa ku terima dengan mudah.

Sifatku mulai berubah menjadi dingin. Seperti insting dan pikiranku yang mengatakan bahwa tujuan menelitiku tidak begitu jelas.

Aku memberanikan diri memukul gadis valkries. Sebenarnya hal ini cukup fatal karena bisa dianggap sama menyebalkannya dengan hal mesum sebelumnya.

Audrey sejenak menghampiri rekannya, lalu kembali bergegas mendekatiku pelan-pelan seolah-olah dirinya juga sudah tahu hasrat terdalamku. Dia juga sudah tahu, jika aku memukul pasti aku sedang memiliki hati yang kosong dan membutuhkan perhatian.

Audrey pun menyuruh para valkries lain membawa valkries yang dipukul mundur, biar Audrey yang akan mengurus subjek di depan untuk berbicara empat mata.

Valkries bernama Audrey memiliki Rambut berwarna pirang cenderung berwarna Stroberi serta memiliki ahoge. Dia memiliki wajah yang gemes seperti kucing yang tidak akan kuragukan.

Dia pun meletakkan kedua senjata pistol ke tanah, lalu mendekatiku.

"Akio, aku sudah tahu bagaimana perasaanmu itu." Ucap Audrey.

"Diam, kau tidak akan tahu penderitaanku selama ini." Jawab ku penuh emosi.

Audrey mendekatiku tanpa gentar, dirinya rela melakukan apapun untuk mengetahui apa yang kualami selama ini.

"Jangan mendekat! Kau tidak berhak mendekati ku!" Ucapku dengan nada kasar dan waspada kepada gadis didepanku.

"Aku tidak peduli, yang ku inginkan hanyalah membawamu kembali dan ingin mengetahui perasaanmu sebenarnya." Jawab Audrey.

"Hentikan, kau tidak berhak menghentikanku!" Aku hanya bisa mundur dan menghindari gadis di depan ku.

Aku yang tidak tahu harus berbuat apa, hanya bisa berlari ke gang sempit ini. Hasratku akan berubah jika menyadari bahwa Audrey hanya ingin menyakitiku melalui dunia yang kelam.

Ketakutanku seketika berubah menjadi sedikit cemas. Aku hanya bisa berlari dari kejaran gadis di belakangku. Gadis itu tidak menyerah mengejarku meski aku berlari hingga jauh. Kemudian sebuah tempat terbuka memberiku kesempatan untuk lolos dari kejaran gadis bernama Audrey itu.

Meski wajah dan tatapan Audrey cantik, tetapi hatinya seolah bisa mengetahui dunia yang berlaku kejam padaku. Aku tidak memiliki hasrat melakukan apapun lagi didunia ini.

Dia masih mengejarku. Pengertian dan adaptasi tidak ada gunanya bagiku karena dunia ini terlalu kejam.

BEBERAPA JAM KEMUDIAN

Audrey masih mengejar dibelakangku, sangat menjengkelkan mengetahui fakta dia belum lelah dan kemungkinan aku akan dikalahkan oleh valkries perempuan itu tanpa bisa kabur.

Aku menghentikan langkah meratapi nasib saat mengetahui jika aku tak bisa lolos dari kejaran gadis itu. Sepertinya aku bisa mati begitu saja.

"Akhirnya, kamu tidak akan bisa kabur lagi dariku!" Ucapnya.

Dia mendekat lalu duduk di sebelahku. Kemudian dia mulai menyentuh bagian kepalaku dan mengelus-elus lembut sambil menggoda tubuhku yang tidak memiliki perasaan sama sekali. Sentuhannya tidak memiliki efek apapun padaku. Aku ingin tidur sejenak sampai harapan ku untuk hidup tidak akan ada lagi.

........BERSAMBUNG........

1
Moon-Typestar
.
LyanaLyrashiaa_1805
bagus ni, semangat ya kak!!
Moon-Typestar: makasih, kak
total 1 replies
ChiArt_27
emang apa-apa masalah dari awal itu berasal dari diskriminasi. Penyakit paling umum dah🤏
ChiArt_27
Akio calon ngeharem💅
ChiArt_27
dia pasti trauma liat orang tuanya tewas di depan mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!