Empat orang sekawan yang berprofesi sebagai youtuber chanel horor, lantas dihadapkan dengan sekumpulan cerita yang tak pernah ada habisnya.
Siapa yang menyangka jika penghasilan terbesar mereka, berubah menjadi serangkaian teror yang tak pernah habis menghantui keempatnya.
Bagaimana semua ini bermula? Apakah mereka sanggup mengatasi setiap masalah yang mereka hadapi?
ikuti terus kisahnya hanya di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah kebetulan
"Aku tidak melakukan apapun... Apa yang ku lakukan bukanlah sebuah kesalahan." ucap Arka menatap tak percaya ke arah pengemudi tersebut.
Arka tak percaya segala sesuatunya hanya sebuah kebetulan, Arka mundur beberapa langkah sambil menatap kosong ke arah depan.
Sedangkan ketiga temannya terlihat berlarian menyusul Arka yang terlihat tengah terkejut saat itu.
"Bagaimana kondisi pengemudinya?" ucap Fanda kemudian dengan raut wajah penasaran.
"..."
"Oh astaga, semuanya benar-benar kacau...." ucap Gabriela sambil mengusap rambutnya dengan kasar.
"Ar apa kamu baik-baik saja? Apa sesuatu telah terjadi? Mengapa muka mu seperti itu?" ucap Ayu yang baru saja datang dan melihat ekspresi raut wajah Arka yang terkejut.
"Aku.... Aku tidak tahu... Aku bahkan tidak melakukan apapun...." ucap Arka dengan raut wajah yang seperti orang linglung.
"Apa?" ucap ketiganya dengan raut wajah yang bertanya-tanya akan jawaban Arka yang terdengar begitu aneh.
.
.
.
.
.
Suara sirine ambulans dan mobil polisi terdengar menggema membelah kesunyian malam itu. Arka yang nampak terkejut dengan apa yang terjadi hanya bisa terduduk di tepi jalan, sambil menunggu Fanda dan juga Ayu yang sedang memberikan informasi terkait kecelakaan tersebut kepada pihak kepolisian.
Gabriela yang melihat ada yang tidak beres dengan Arka, lantas mulai membawa langkah kakinya mendekat ke arah Arka kemudian mengambil posisi duduk di sebelahnya.
"Apakah sesuatu terjadi kepada mu Ar? Apa ada sesuatu yang tidak kami ketahui?" ucap Gabriela kemudian yang lantas membuat Arka menoleh ke arah sumber suara.
"Aku benar-benar tidak tahu, pikiran ku tengah bercabang saat ini." ucap Arka sambil mengacak-acak rambutnya dengan kasar.
"Tentang apa ini Ar? Apakah kami melewatkan sesuatu?" tanya Gabriela kembali dengan raut wajah yang penasaran.
"Hem..... Pria itu tahu segalanya, apa yang kita lakukan sebelum kecelakaan terjadi.. Hingga aku yang sengaja melaju melambat untuk membuktikan perkataan Nenek-nenek tersebut. Aku... Aku bahkan merasa menyesal atas apa yang terjadi kepada Pria itu, jika saja aku mendengarkan kalian untuk memperingatkannya, maka semua ini tidak akan pernah terjadi dan Pria itu pasti masih hidup." ucap Arka dengan raut wajah yang lesu.
"Kita tidak akan pernah tahu alurnya Ar, berhenti menyalahkan diri sendiri seperti ini. Aku tahu kamu tidak sengaja melakukan hal itu, lagi pula siapa yang akan langsung percaya dengan perkataan Nenek tersebut. Jika aku jadi kamu aku pasti akan melakukan hal yang sama. Jadi jangan dipikirkan lagi ok?" ucap Gabriela mencoba untuk menenangkan Arka yang terlihat gelisah.
Arka yang mendengar setiap perkataan Gabriela barusan merasa sedikit lebih lega, meskipun tidak bisa di pungkiri jika hingga saat ini ia masih merasa bersalah atas apa yang telah terjadi.
"Guys kita sudah di perbolehkan untuk pergi, btw apa yang terjadi Ar? Mengapa muka mu pucat seperti itu? Apa kamu sakit?" ucap Ayu yang baru saja datang bersama dengan Fanda.
"Tidak apa.. Hanya sedikit lelah saja, sebaiknya kita segera pergi dari sini dan pulang ke rumah." ucap Arka sambil mulai bangkit dari tempat duduknya dengan memegangi area pundaknya yang terasa berat.
"Biarkan aku yang mengemudi, kamu istirahatlah saja..." timpal Fanda kemudian yang di balas Arka dengan anggukan kepala.
Keempatnya kemudian terlihat melangkahkan kakinya menuju kembali ke arah mobil mereka. Sayangnya tanpa mereka sadari, sosok Pria yang baru saja dinyatakan tewas ikut pulang bersama dengan mereka dan naik ke punggung Arka.
Arka yang tak menyadari akan hal tersebut mencoba untuk menyeimbangkan tubuhnya yang mendadak terasa begitu berat. Rasanya seperti sedang menggendong beban berat di pundaknya saat ini, namun Arka tidak tahu apa itu.
"Ada apa dengan diriku sebenarnya? Mengapa punggung ku terasa seakan-akan memikul beban yang berat sekali?" ucap Arka dalam hati sambil mengusap area punggungnya dengan perlahan.
"Apa kamu baik-baik saja Ar?" tanya Gabriela kemudian yang seakan sadar dengan sikap Arka yang terlihat aneh.
"Ya aku baik-baik saja..." ucap Arka sebelum pada akhirnya masuk ke dalam mobil dan diikuti oleh yang lainnya.
"Semoga apa yang Arka katakan benar..." ucap Gabriela sambil mulai membawa langkah kakinya ikut masuk ke dalam mobil.
***
Di sebuah jalanan di mana kanan dan kirinya adalah pepohonan yang rindang. Gabriela nampak berlarian dengan peluh keringat yang membasahi tubuhnya.
Sesuatu yang entah apa itu tengah mengejarnya dengan cepat saat ini, lantas membawa langkah kakinya kian cepat mencari tempat aman untuk bersembunyi.
Gabriela mulai terlihat panik, langkah kakinya yang semula cepat kini terasa kian melemah, seiring dengan semakin jauh kakinya membawanya pergi untuk menghindari sesuatu yang mengejarnya.
Gabriela yang tanpa sadar ada sebuah batu berukuran sedang berada tepat di hadapannya, lantas tersandung dan membuatnya tersungkur hingga berguling beberapa kali.
"Agh.... Sakit...." rintihnya dengan napas yang ngos-ngosan.
Langit malam itu nampak berputar di dalam pandangannya. Sesosok Nenek-nenek yang tak asing baginya terlihat melayang tepat di atas tubuhnya saat itu.
"Aku tidak akan pernah menyakiti kalian, aroma kalian yang wangi membuat ku ingin ikut dan menjaga kalian..... Hihihihi..... Kita akan selalu bersama-sama cu..... Apakah kau menyukainya? Hahahahaha" ucap Nenek-nenek tersebut dengan raut wajah yang menyeramkan.
Hhhhhhhhhhhh
Gabriela terbangun dalam tidurnya dengan kondisi yang basah akan keringat. Di sibaknya rambut miliknya ke arah belakang sambil berusaha meraup oksigen dengan serakah di sekitarnya.
"Aku hanya bermimpi.... ya itu semua hanyalah sebuah mimpi..... Hhhhhh...." ucap Gabriela secara berulang-ulang, seakan berusaha untuk menenangkan hatinya sendiri kala itu.
Gabriela mengusap raut wajahnya dengan kasar kemudian terdiam sejenak. Sampai kemudian pandangannya terhenti pada sehelai rambut berwarna putih yang saat ini berada tepat di tangannya.
"Aaaaapa ini..... Tidak....." ucap Gabriela dengan spontan sambil membuang rambut tersebut dari genggaman tangannya.
***
Kontrakan Arka
Arka yang merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya, lantas terlihat melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur untuk mengambil air minum.
Malam ini ia benar-benar tidak bisa memejamkan matanya, suara bisikan yang entah terdengar dari mana terus menggangu tidurnya tanpa bisa membuatnya terlelap.
Arka menghela napasnya panjang, sebuah bayangan tentang bagaimana kecelakaan yang terjadi beberapa jam yang lalu, hingga kini masih membekas di ingatannya.
"Andaikan aku waktu itu mendengar perkataan mereka, akankah semua tetap berakhir seperti ini?" ucap Arka dengan raut wajah penuh penyesalan.
Arka mengusap tengkuknya yang terasa begitu berat. Disaat ekor matanya tanpa sengaja menangkap sebuah bayangan aneh yang menempel di punggungnya lewat kaca lemari, hal tersebut membuat Arka mulai terlihat bertanya-tanya sambil mencoba mempertajam penglihatannya.
"Apa itu yang ada di punggung ku?" ucap Arka sambil mempertegas penglihatannya kala itu.
Bersambung