Seorang wanita cantik membawa setangkai bunga mawar merah. Sepulang dari bekerja menyempatkan diri untuk membeli bunga, sebagai hiasan di kamarnya.
Namun, melihat seorang pria selesai membelikan bunga dan masuk kedalam mobil.
Bunga di tangannya itu, langsung jatuh ke aspal dan di tabrak orang-orang lewat. calon suaminya itu, tengah bersama dengan seorang wanita yang dikenalnya.
Bunga yang sudah hancur, seperti hatinya saat ini.Akan tetapi,dia mengambil bunga sudah tidak layak lagi. Langkah kakinya terus berjalan menempuh hujan, bercampur dengan air matanya.
Mampukah melupakan semuanya itu? Apakah dia bisa menyimpan semuanya, menganggap tidak melihat apapun?Yuk kepoin ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.16
Sepulang dari kerja sore hari,Wulan mengajak Mawar nongkrong di kafe baru buka.
Awalnya Mawar,menolak ajakan temannya yang mau mentraktir. Dia tahu, bagaimana kehidupan Wulan banyak tanggungan keluarga juga.
"Menunya banyak juga,kamu pesan apapun dan aku traktir hari ini. Kebetulan sekali,aku berulang tahun. Kemarin kamu berulang tahun, traktir aku juga dan sekarang membalasnya". Kata Wulan, tersenyum sumringah.
"Aku tahu,kamu banyak tanggungan keluarga ibu dan adikmu juga. Kita bayar masing-masing,kalau gak kamu bayarkan minumannya saja. Harga makanannya lumayan mahal ini,Lan. Aku tidak mau membebani kamu, turuti perkataan ku!". Mawar, terus-terusan memaksa temannya itu.
Wulan, akhirnya mengalah apa kata temannya. "Lihatlah, bukankah sepupumu di sana?".
Benar sekali, Bastian tengah bersama seorang wanita. Kemungkinan kekasihnya itu, bersantai di kafe ini juga.
"Iya.Bastian,sama pacarnya mungkin". Kata Mawar, mengedipkan sebelah bahunya.
"Sumpah! Aku terkejut mendengar Romi, menjalin hubungan dengan Sinta sampai hamil. Beruntung sekali, kamu pacaran lama dan gak sampai bunting duluan". Wulan,memukul lengan Mawar dengan pelan.
"Yee..Aku pacaran waktu itu, cuman biasa dan tidak terlalu mesra-mesraan. Kemungkinan sih, Sinta lebih dulu melempar dirinya. Pria mana sih,gak mau incip-incip". Mawar dan Wulan cekikikan menahan tawanya.
"Bisa jadi itu, baguslah mereka pada minggat semua. Kamu akhirnya bisa tenang, tanpa ada benalu di rumah mu itu. Mawar,kamu tidak sampai niat bunuh diri kan? Melihat seseorang yang kamu cintai, malah menghamili wanita lain dan juga menikah?". Tanya Wulan, awalnya was-was dengan temannya ini
Mawar, menggeleng kepala mendengar ucapan temannya itu."Wulan, mendingan kamu belajar dari aku. Meskipun kita cinta dan sayangnya seperti apa. Jangan sampai deh, niat mau bunuh diri dan putus asa. Diluar sana itu,masih banyak pria yang tulus sama kita. Mungkin sudah takdirnya,bukan berjodoh dengannya".
"Iya, deh. Akhirnya aku dapat pelajaran dari hubungan kamu ini. Meskipun menjalin hubungan lama,belum tentu berjodoh. Semoga saja,kita mendapatkan calon suami yang benar-benar tulus dan menjadikan kita sebagai ratu". Wulan, sampai menyentuh tangan Mawar untuk memberikan semangat.
Aku tidak menyalahkan siapapun tentang hubungan kami yang tidak berjodoh. Tuhan, sudah membukakan mata ku dan melihat dia bukan yang terbaik.Batin Mawar, tersenyum melihat pesanan mereka sudah datang.
Mawar, masih bisa tersenyum mendapatkan ujian berat dalam hidupnya. Masih bisa tegar sampai sekarang, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Aku salut dengannya ini, masih mampu sabar dan berusaha mengontrol dirinya. Berpikir positif untuk masa depan, mengikhlaskan kepergian calon suaminya.Batin Wulan, menikmati jus apel miliknya itu. "Hmmmmmm... Benar-benar segar banget tau, akhirnya bisa bersantai sepulang dari kerja".
Mawar, cengengesan melihat temannya dan jarang nongkrong seperti ini. "Benar sekali,gimana kabar ibumu?". Mereka saling berbincang hangat satu sama lain. Tiba-tiba saja, Bastian mendekati mereka berdua.
"Ya ampun! Benalu, ngapain kamu ke tempat kami?". Kata Wulan, terkejut melihat Bastian malah duduk juga.
"Diam,kamu! Kak Mawar,aku boleh minta tolong gak?". Bastian, berbicara dengan pelan-pelan.
"Ngapain kamu datang ke meja kami? Mendingan kamu sana,gih!". Mawar, menatap sinis ke arah sepupunya.
"Kak Mawar,aku tidak punya uang. Boleh tidak,kak Mawar yang bayarin?". Bastian, tidak tahu malu dengan Mawar dan Wulan.
"Astaga! Kamu ke kafe kesini,tapi gak punya uang? Sudah jadi benalu,di tambah kere!". Wulan, tidak segan-segan meninggikan suaranya.
"Kamu diam! Jangan kencang-kencang kalau berbicara,ketahuan dan malu nanti". Bastian, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau kamu tidak punya uang,jangan sok-sokan ngajak pacarmu ke kafe. Mendingan kamu nongrong di taman,beli es plastik sama pentol dua biji. Sudahlah, pergi sana! Aku tidak peduli dengan mu itu,minta sama kakakmu itu!". Mawar, mengibas-ngibas tangannya.
"Pelit!". Bastian, langsung meninggalkan meja Mawar dengan perasaan dongkol. Dia tidak mendapatkan keinginannya itu, karena tidak bisa mengajak kekasihnya jalan-jalan ke mall.
Bastian,mencoba menghubungi kakaknya -Sinta. Cukup lama juga, tidak menjawab panggilan telponnya itu."Lama banget sih, ngangkat panggilan aku".
(Kamu ngapain telpon-telpon kakak,hah? Awas yah,kalau ada masalah lagi!).
Sinta, langsung marah-marah kepada adiknya itu. Seringkali melakukan kesalahan, membuat dirinya rugi dan harus mengeluarkan uang.
``Kak,boleh minta uang gak?``.Bastian,awalnya ragu meminta uang kepada kakaknya ini.
(Apa,minta uang!Enak banget minta-minta segala kamu ini,sudah lulus sekolah SMA mendingan kamu cari kerja sana.Jangan minta sama aku lagi,paham!)
Bastian,menghembuskan nafas beratnya karena tidak mendapatkan uang dari kakaknya itu.Menoleh ke arah Mawar,mana mungkin di kasih juga.
``Sayang,kita tidak jadi jalan-jalan ke mall.Kakakku tidak mau memberikan uang,katanya belum gajian.Maaf,yah?Lain kali saja,aku pasti mengajakmu belanja``.Bastian,menyentuh tangan kekasih yang cemberut.
Namun,kekasihnya itu menarik tangannya.``Kita putus!Aku capek berhubungan sama kamu ini,tidak pernah membahagiakan aku dengan belanja.Mendingan nih,aku cari pria lain yang mampu menyenangkan hatiku!``.
``Apa!Sayang!Sayang,tunggu``.Bastian,mengejar-ngejar kekasihnya sampai ke parkiran motor.
Mawar dan Wulan cekikikan tertawa menyaksikan Bastian yang di tinggalkan pacarnya itu.
Sebuah mobil berhenti di kafe,Romi melihat Mawar yang tengah bersantai.
Bastian,langsung diam dan melihat dari kejauhan.Pasti dia akan memberitahu kepada kakaknya itu,dimana suaminya masih menemui sang mantan.
Mawar dan Wulan jelas terkejut dengan kedatangan pria yang tidak di undang.
``Mawar,duduklah dan kita bisa nongrong sebentar``.Kata Romi,dengan wajah memohon.
``Romi,kamu sudah menikah dengan sepupunya.Urus istrimu itu,jangan sampai menyalahkan Mawar.Satu lagi,kamu jangan mengganggu temanku!``.Tegas Wulan,menatap tajam ke arah Romi.
``Hubungan kita sudah berbeda,Romi.Jangan paksakan kehendak mu ini,karena aku tidak mau merusak rumah tanggamu.Inikan yang kamu inginkan,diam-diam berselingkuh dan ujung-ujungnya menyesal.Kalau kamu tidak mau kehilangan seseorang,maka jangan coba-coba berkhianat`.Mawar,tersenyum tipis.
``Mawar,aku sadar dengan kesalahanku.Tunggulah,waktu yang tepat dan kita bersama lagi``.Romi,tidak peduli menjadi bahan tontonan orang-orang di kafe ini.
``Cukup!Aku sudah di tidak mau mendengar ucapanmu ini,sampai kapanpun tidak akan bersamamu.Satu lagi,aku akan menikah dengan pria pilihanku.Wulan,ayo kita pulang``.Mawar,segera meninggalkan Romi.Nyatanya sang mantan,masih mengejarnya juga.
``Katakan Mawar,kalau kamu berbohong mau menikah!Aku yang pertama menggagalkan semuanya,katakan siapa dia!``Teriak Romo,dengan sorotan mata tajamnya.
``Bukan urusan kamu,Romi!Ngapain kamu mengurusi Mawar,hah?Mendingan kamu pulang,terus temui istri tercinta kamu itu``.Wulan,sudah menghidupkan motor Mawar.
Mawar,segera duduk di belakang Wulan.``Satu minggu lagi,aku akan menikah``.
Deg!
