NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9

Apa yang terjadi di malam setelah Nanda kehilangan fokus dan malah beralih menatap intens pada bibir kemerahan lawan bicara saat itu? Yah, lumayan menjadi pelajaran berharga bagi pria rupawan tersebut untuk berhati-hati dan fokus pada pembahasan. Tak baik juga jika selalu teralihkan.

“Bisakah sedikit lembut pada suamimu, Delilah? Tidak ada aturan yang melarang untuk melihat bibirmu, ‘kan?” Nanda mengelus pipinya yang kemerahan.

“Fokus! Bagaimana caramu menyelamatkan pasien jika sering teralihkan begitu?” Kalimat Delilah mengandung sengat.

“Tapi ini sama sekali berbeda, sakit.” Nanda masih mengeluh dan membelai pipi.

“Itu refleks, pertahanan diri. Jadi, dimana orang tuamu sebenarnya?” Delilah kembali pada pembahasan awal mereka.

“Seperti yang kau dengar, mereka telah tiada. Dimakamkan dekat rumah nenek, di Inggris sana. Tempat pertama mereka berjumpa.” Nanda menyandarkan punggung penuh sambil menerawang jauh.

Sedangkan Delilah hening menatap sang suami. Sedikit tersirat rasa tak nyaman, maka si jelita mengurungkan niat untuk bertanya lebih jauh. Dia tak ingin terlalu masuk ke kehidupan si pria juga, sangat perlu menjaga jarak dan batas yang tegas antara mereka.

Beberapa hari telah berlalu setelah tatto tangan Delilah bertengger di pipi Nanda dengan mesra. Sedikit tergesa dia menuruni tangga, melewati lorong dan segera mencapai kendaraan yang sudah dipanaskan mesinnya oleh sopir kepercayaan keluarga. Namun, si pria tak menunggu orang yang biasa berada di balik kemudi hari ini.

Setelah Nanda melajukan kendaraan keluar pagar, sayup-sayup terdengar suara Delilah. Akan tetapi, terlambat. Mobil sudah melaju pergi tanpa peduli jas putih yang sedang bertengger di lengan sang istri. Kesal diabaikan, si wanita jelita menghentakkan kaki dan memajukan bibir sambil kembali masuk ke dalam rumah.

Jatah cuti Nanda telah usai, dia harus kembali berkutat dengan aktivitas sebagai seorang dokter. Meski menyebalkan, tetapi baru juga sebentar berlalu Delilah sudah terusik. Apalagi dengan jas kebesaran sang dokter yang tertinggal.

“Apa Nanda melupakan jasnya lagi?” Suara serak Wisnu terdengar dari arah ruang makan.

“Ah iya, Kek. Dia terburu-buru, ada code blue.” Delilah memandangi jas putih yang masih berada di lengan.

“Em, kenapa kau tidak mengantarkannya kalau begitu?” Kalimat Wisnu menjadi pemantik senyuman di wajah jelita si wanita.

“Bolehkah?” Netra Delilah melebar dengan senyum terkembang.

“Delilah, dia suamimu.” Wisnu tertawa melihat tingkah Delilah.

Netra Delilah semakin menyipit, dia menggaruk tengkuk yang tak terasa gatal. Terasa canggung tiap berhadapan dengan sang Kakek meski telah kerap kali mereka berjumpa. Sekedar mengobrol pun cukup menguras energi bagi Delilah. Padahal jika dipikir ulang, Wisnu adalah sosok ramah yang tak jauh berbeda dengan sang Ayah. Namun, strata sosial sedikit membedakan sudut pandang dari sisi Delilah.

Seusai berpamitan, dia lekas berbenah dan bersiap menyusul sang suami. Delilah tentu dengan senang hati pertama kali melangkah keluar dari rumah megah sendiri dan menghirup udara bebas. Tujuan dari si wanita adalah mengembalikan jas putih berlengan panjang sang suami, tetapi tak ada salahnya juga jika dia menyapa kawan setelah selesai nanti. Pikiran manis terbayang di kepala, entah bagaimana nanti dengan realita.

***

“Siapa yang menelpon tadi?” Nanda menajamkan tatapan pada jajaran perawat dan dokter jaga. “Kenapa kalian—” Nanda menjeda kalimat dan berdesah sambil memijat pelipis yang berkedut.

Dia tak menyangka harus berlarian dan bertaruh nyawa hingga memasang sirine di mobil demi mengejar nyawa pasien pagi tadi. Dia bahkan melewatkan sarapan, tak sempat berpamitan pada sang istri di hari pertama dia masuk kerja. Melupakan restu sang kakek dan pergi begitu saja tanpa membawa snelli yang masih tergantung di kamar ganti.

Pasien yang membuat panik dokter terbaik tanpa catatan gagal sekalipun di rumah sakit unggulan tersebut telah terbaring nyaman di ruang rawat. Seperti tak pernah terjadi hal gawat darurat. Penanggung jawab code blue hari ini sudah berhasil menangani dengan baik.

“Ck ck ck, tidak baik marah di pagi hari begini.” Matthew menepuk dan memijat bahu Nanda sambil menyeret tubuh panas si dokter menjauh dari sana. “Sudah, kalian kembali ke tugas masing-masing, ya. Jangan ganggu pengantin baru!” Kalimat terakhir Matthew setengah berbisik.

Nanda melepas cengkraman si sahabat dan melangkah pergi mendahului si pemilik senyum termanis. Kesal sudah membuang waktu berharga perkara dering kejutan. Jika boleh dia ingin memiting leher Matthew sekarang.

“Hei, sudahlah. Mereka tidak salah juga, ‘kan?” Matthew masih membujuk Nanda yang terlihat kesal.

Dia memutar bola mata dan menghentikan langkah. “Iya, jelas aku yang bersalah.”

“Ayolah, bukan begitu juga maksudnya. Kontak kita bersebelahan, lagi pula tidak biasanya kau melupakan jadwal dan langsung berlari kemari.” Matthew mengedikkan bahu dan berupaya meredam amarah dokter dengan perut kosong di depan.

“Karena itu kubilang, aku yang salah.” Nanda beringsut pergi.

Belum jauh dia melangkah, tepat di tikungan lorong tanpa peringatan. Seseorang menabrak tubuh jangkung si pria yang masih sedikit mengepulkan asap di ujung kepala. Ditambah dengan kertas yang dibawa si penabrak berhamburan. Spontan dia ikut berjongkok dan memungut lembaran di lantai. Akan tetapi, bukan ucapan terima kasih yang dia dapat.

“Tolong, pasang mata Anda saat berjalan. Saya sedang sibuk.” Si gadis tanpa senyum menerima uluran tangan Nanda yang menyerahkan kertas, dengan tatapan sadis dia memandang si dokter pria.

Manik legam Nanda bergetar, rahang pria tampan itu mengatup kuat dan mengikuti arah langkah dokter muda yang tak sengaja bertabrakan dengannya tadi tanpa suara. Dia melihat Matthew masih bergeming mengamati dengan bibir yang tak mengatup dan berkedip lucu. Si dokter perempuan muda mengangguk dan menyapa dengan sopan pada Matthew sebelum melewati si pria yang mematung. Beruntun sekali ujian batas kesabaran dokter ahli bedah jantung kali ini.

“S-siapa gadis tengil barusan?” Nanda bertanya sambil merapatkan barisan gigi.

“Co-ass, kau lihat jasnya? Sudah, sabar … sabar, tarik nap—” Kalimat Matthew terputus, Nanda menghalau tangan yang hendak membelai mesra punggung. “Nanda, tunggu sebentar akan kubawakan kopi, ya?” Dia masih berusaha memperbaiki mood berantakan si sahabat.

Disisi lain, seorang wanita jelita sedang merias wajah dengan sapuan make up tipis dan lipstik berwarna nude. Jika saat bekerja Delilah selalu mengenakan warna mentereng, kali ini dia berkesempatan memadu padan warna soft yang dia mau. Memilih dress minimalis dengan panjang selutut dan alas kaki senada. Melangkah ke lantai bawah dan berpamitan pada sang kakek yang sibuk mengurus bunga di taman belakang.

“Apa kalian akan berkencan?” Wisnu tentu menggemari penampilan Delilah yang terlihat ceria.

Si jelita hanya tersenyum sambil mengecup punggung tangan Wisnu. Kemudian berlalu tanpa jawaban pasti. Dia tentu akan berkencan, dengan diri sendiri seperti biasa. Delilah melenggang pergi meninggalkan halaman dengan sopir pribadi menuju rumah sakit tempat sang suami bekerja.

Saking menikmati perjalanan pertama setelah menikah dan tak bekerja. Delilah tak menyadari mobil telah menepi, dia telah sampai. Langkah kecil kaki mungil Delillah menyusuri lorong demi lorong gedung yang di dominasi cat putih. Bau obat-obatan khas menyeruak tanpa permisi, sesekali menggelitik penciuman si wanita jelita. Beberapa saat sampai juga di depan pintu geser yang tertera nama sang suami di sana. Sedikit tak percaya, tetapi si pria usil itu kini memang seorang dokter bedah jantung. Bahkan, salah satu dokter terbaik di rumah sakit milik kakeknya tersebut.

Dia telah melewati perawat dan mendapat izin untuk langsung masuk. Masih sopan, dia mengetuk pelan pintu sebelum membuka. Pertama kali yang nampak oleh si jelita adalah sang suami bercumbu dengan seorang pria lain. Iya, betul. Posisi si pria sedang mengungkung penuh tubuh Nanda dan sedang menangkupkan kedua telapak di sisi wajah sang suami.

“Ah, m-maaf. Salah ruangan.” Delilah berpandangan sejenak kemudian segera menutup pintu dan beranjak pergi dengan debar jantung tak tenang.

“Delilah, tunggu!” Suara Nanda terdengar memanggil dari belakang.

Namun, siapa peduli? Pikiran Delilah sudah kacau, jika yang lain sibuk dan takut kehilangan suami yang diambil oleh wanita lain. Justru saingan Delilah lebih dari seorang wanita. Entah bagaimana dia menyebutnya. Kepala mungil si wanita menggeleng cepat bersama langkah kaki berderap.

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!