NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16 Takut kehilangan

Selesai mengajar Brian, Inne pun langsung menghampiri Adit yang masih berenang dengan santainya.

"In, kok wajah kamu gitu?" Sapa Adit saat melihat raut wajah kekasihnya itu tampak suram.

"Hmm, capek." rengeknya.

Adit tidak tinggal diam, dia pun keluar dari kolam, lalu memakai bathrobe nya dan duduk disamping Inne di pinggir kolam renang.

"Lapar?" Tanya Adit dengan suara lembut sambil menarik kepala Inne untuk bersandar dibahunya.

"Mau makan apa?"

"Hmm, chicken katsu." Jawabnya.

Adit langsung memesankan sesuai keinginan kekasihnya itu.

"Ada cerita apa hari ini?" tanya Adit sambil mengelus punggung tangan Inne.

"Gak ada cerita apa apa sih. Aku hanya lelah, rasanya semua energiku terkuras setelah mengajar."

"Hmm, kasihannya pacar aku."

"Eh tapi ada berita gembira loh, Dit." tiba tiba Inne bersemangat.

"Oya? Berita apa?"

Inne berhenti bersandar. Dia mengalih posisi duduknya yang tadi kakinya berjuntai ke dalam kolam, kini menjadi bersila tepat menghadap Adit.

"Bunda berhasil dipromosikan dan bunda mendapat gaji tambahan. Gaji tetap mulai bulan depan." tuturnya antusias.

"Wua, bagus dong. Aku harus ngasih selamat nih sama bunda."

"Iya. Nanti malam makan dirumah ya, sekalian merayakan kenaikan gaji bunda."

"Boleh. Tapi, ajak teman teman yang lain juga ya In."

"Kenapa?"

"Ya gak apa apa. Supaya bunda gak curiga aja sama hubungan kita."

"Hmm, oke deh. Nanti aku undang mereka juga."

Inne sangat bahagia saat ini, melihat senyum itu membuat Adit ikut merasa bahagia.

Tidak berselang lama, makanan yang dipesan Adit pun tiba. Mereka makan siang bersama sambil mengobrol santai seperti biasa.

"In, boleh jujur gak?" tanya Adit tiba tiba ditengah menikmati makan siang mereka.

"Boleh dong. Memangnya mau jujur tentang apa sih, Dit?"

"Hmm, sebenarnya mantan aku Neta kemaren ngirim pesan sama aku."

"Pesan apa?" Inne berhenti makan, dia mulai serius memperhatikan Adit.

"Lebih tepatnya sih dia ngirim photo ini." Adit memperlihatkan layar hp nya pada Inne yang membuat Inne terdiam menatap photo yang dimaksud Adit.

Photo dirinya sedang berduaan dengan Adit di taman malam itu.

"Dia udah tau kita pacaran, In. Dia juga ngancam mau ngasih tau papa."

Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut Inne. Dia tidak tahu harus bagaimana sekarang.

"In, apa gak sebaiknya kita jujur saja sama papa sama bunda. Dari pada mereka tau dari mulut orang lain."

"Aku takut kehilangan kamu, Dit."

"Kamu tidak akan kehilangan aku, In."

"Bunda pasti akan meminta kita putus kalau saja bunda tau kita pacaran. Terus papa kamu juga pasti akan meminta aku jauhi kamu."

"Tidak akan sayang. Aku akan coba bicara baik baik sama papa. Kamu jangan takut ya."

"Aku takut Dit. Aku belum siap..."

"Yaudah iya, aku akan mencoba cari cara untuk membuat perempuan itu bungkam."

"Bagaimana caranya Dit?"

"Kamu tenang saja ya. Aku pastikan dia tidak akan bisa mengancam kita lagi."

Adit mencoba menyakinkan Inne. Tapi, tetap saja Inne tidak bisa tenang saat ini. Dia benar benar takut menghadapi kalau sampai mantannya Adit memberitahu papa dan bunda tentang hubungan mereka.

"In, kamu baik baik saja kan?" Adit menyentuh bahu kekasihnya itu dengan lembut.

"Maafkan aku, Dit. Tapi, aku belum siap jujur sama bunda tentang kita. Aku belum siap untuk berpisah sama kamu, Dit."

Adit menarik Inne masuk dalam pelukannya, dia memberi pelukan hangat untuk menenangkan kekhawatiran kekasihnya itu.

"Iya, aku akan menunggu sampai kamu siap memberitahukan hubungan kita sama bunda. Kamu gak usah khawatir tentang Neta. Aku punya cara untuk membungkam mulutnya."

Kalimat itu sedikit menenangkan hati Inne, walau pada akhirnya dia menangis terisak dalam pelukan Adit. Tangisan itu terdengar sangat pilu. Inne merasa bersalah karena membohongi bunda dan menyakiti hati bundanya, tapi di lain sisi dia belum siap untuk mengakui hubungannya dengan Adit pada bunda.

"Makan malamnya batal aja ya, Dit. Sementara waktu lebih baik kamu tidak usah bertemu bunda dulu."

"Iya sayang. Tapi, kamu janji jangan memikirkan hal hal yang membuat kamu sedih ya?!"

"Hmm." angguk Inne.

"Aku cinta kamu, In. Dulu, sekarang dan selamanya hanya kamu Inne Aprilia."

"Aku juga cinta kamu, Adit. Jangan tinggalin aku." Sahut Inne yang berakhir kembali menangis dan Adit pun kembali memeluknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!