NovelToon NovelToon
Istri Dosen Galak

Istri Dosen Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / dosen / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.5M
Nilai: 4.6
Nama Author: Kunay

Sebuah perjodohan membuat Infiera Falguni harus terjebak bersama dengan dosennya sendiri, Abimanyu. Dia menerima perjodohan itu hanya demi bisa melanjutkan pendidikannya.

Sikap Abimanyu yang acuh tak acuh membuat Infiera bertekad untuk tidak jatuh cinta pada dosennya yang galak itu. Namun, kehadiran masa lalu Abimanyu membuat Infiera kembali memikirkan hubungannya dengan pria itu.

Haruskah Infiera melepaskan Abimanyu untuk kembali pada masa lalunya atau mempertahankan hubungan yang sudah terikat dengan benang suci yang disebut pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengajak ke KUA

Tekan tombol like sebelum melanjutkan.

Suasana pagi yang biasa sepi, kini terasa lebih hangat karena ibu sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Ayah mertua juga tidak mau kalah, kebiasaannya di Palembang kini dilakukan di rumah anak-anaknya—menyiram

tanaman – memotong, dan membersihkannya. Sungguh, suasana yang ceria dan menghangatkan.

“Kamu, potong saja buahnya, biar ibu yang masak.” Ibu memerintahkan Fiera. Akhirnya, seperti itulah pembagian pekerjaan pagi ini.

Jangan tanya di mana Abimanyu, pria itu sedang menjemur pakaian yang baru saja selesai dicuci. Pria yang biasa terlihat rapi dengan celana cino dan juga kemeja. Pagi ini, dia masih mengenakan celana pendek dan kaos hitam. Mungkin karena dia ingin lebih lama bersama dengan kedua orang tuanya, karena hampir satu tahun tidak bertemu.

Abimanyu dan ayah mertua datang ke dapur, menghampiri para wanita yang baru selesai masak. Ayah berbinar, begitu juga dengan putranya.

“Wah ... makan enak kita pagi ini.” Abimanyu terlihat senang, baginya masakan ibu mengalahkan makanan mewah mana pun.

“Berlebihan!” sindir ayah yang duduk di kursi depan. “Masakan istri jauh lebih enak biasanya.” Ayah mengingatkan karena Abimanyu seperti berkata kalau biasanya dia tidak pernah menikmati masakan istrinya.

Fiera tersenyum, dia melirik Abimanyu—memberikan tatapan mengejek. Dia ingin menjulurkan lidahnya, tapi menahan diri karena ada kedua mertuanya.

Ibu hanya menggelengkan kepalanya, paham maksud dari suaminya.

“Nak, mau bareng ayah ke kampusnya?” tanya ayah mertua pada Fiera, karena dia tahu kalau Abimanyu kini tidak ada jadwal mengajar. Jadi, tidak ada salahnya dia mengantar Fiera terlebih dahulu sebelum pergi ke tempat dia mengisi seminar.

Fiera langsung menggelengkan kepalanya karena dia tahu tempat mertuanya mengisi seminar itu berlawanan arah dengan kampusnya. “Tidak perlu, Yah, aku bisa naik angkot saja.”

Ibu yang duduk di samping suaminya menyahut, “Loh, kok naik angkot? Kan, ada suamimu? Dia juga bisa mengantar terlebih dahulu, kan, sebelum pergi ke kantor?”

Abimanyu yang baru saja menyuapkan nasi ke mulutnya tersedak dan terbatuk. Ibu terkejut dan segera memberikan gelas berisi air. “Kamu kenapa, Bi, hati-hati kalau makan.”

Fiera hanya diam, melirik Abimanyu karena tahu alasannya. Dia menggigit bibirnya. Jelas, Abimanyu tidak ingin semua orang tahu kalau dia adalah suaminya.

“Tidak apa-apa, Bu, aku hanya tersedak.”

Suasana hatinya berubah karena ibunya tiba-tiba memintanya mengantarkan Fiera. Dia tidak suka jika jadwal kerjanya berubah tiba-tiba.

...

Akhirnya, Abimanyu harus mengalah, mengantarkan Fiera ke kampus. Padahal, dia berniat untuk hunting tempat untuk usaha barunya. Abimanyu berniat membuka cafe bersama dengan Gerald Keegan, rekannya.

“Mas, turunkan aku di dekat halte saja. Aku naik angkot dari sana.” Kini keduanya berada di dalam mobil menuju kampus. Abimanyu hanya diam sepanjang perjalanan. Hal itu membuat Infiera sungguh tidak nyaman.

Supir angkot saja masih bisa diajak ngobrol. Pikirnya.

Lagi-lagi, Abimanyu hanya diam, wajahnya masih datar dan tatapannya lurus melihat jalanan yang ramai di depannya.

“Mas!” panggil Fiera lagi karena diabaikan pria itu.

“Diamlah, aku akan mengantarkanmu ke kampus!” ketusnya, sikapnya jauh berbeda dengan saat di depan kedua orang tuanya. Abimanyu tampak seperti manusia labil yang menyebalkan bagi Fiera saat ini.

Infiera menarik napas dan mengembuskannya cukup keras, membuat Abimanyu sedikit menoleh, lalu kembali melihat ke arah depan. “Kenapa? Apakah kau tidak suka aku antarkan?” tanyanya, tanpa mengalihkan pandangannya.

“Bukannya mas yang tidak mau mengantarkanku?” sahut Fiera, dia memalingkan wajahnya keluar jendela, sedikit jengkel dengan sikap judes pria itu.

Abimanyu menghela napas pelan. “Aku hanya sedikit kesal karena akhirnya harus membatalkan jadwal hari ini dan pergi ke kampus.”

Fiera merasa hatinya dicubit mendengar hal itu. Namun, dia tetap diam mendengarkan. “Padahal, hari ini engga ada jadwal mengajar.”

“Kenapa? Kan, bisa langsung pergi setelah mengantarku?”

Abimanyu mendengkus. “Lalu, bagaimana jika ada yang melihat kita dan berpikiran yang tidak-tidak? Ya, setidaknya kalau aku datang ke kampus. Mereka akan berpikir kalau kita hanya bertemu di jalan dan aku mengajakmu.”

Fiera merasakan punggungnya yang tegang, dia bergumam dalam hati. Apakah sampai seperti itu Abimanyu tidak ingin pernikahan mereka diketahui? Apakah gosip mengenai dirinya dan juga Bu Almira adalah fakta?

Seharusnya, tidak masalah jika ada yang berpikiran macam-macam karena kenyataannya mereka sudah suami istri, tapi Abimanyu malah setakut itu dengan pandangan orang lain.

Hatinya sedikit mencelos. Padahal, Fiera sudah berpikir dengan hubungan mereka yang membaik setelah kesepakatan pertemanan. Ternyata memang tidak ada yang spesial, selain hanya seorang teman.

“Turunkan aku di dekat mini market itu.” Fiera menunjuk mini market di dekat gerbang kampusnya.

Abimanyu sedikit tertegun, bukan karena permintaan istrinya, tapi karena suara Fiera yang asing di telinganya—dingin dan ketus. Abimanyu memutar setirnya dan menghentikan mobilnya sesuai permintaan istrinya.

Fiera turun tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia menutup pintu sedikit keras, membuat Abimanyu terkejut dengan perubahan sikapnya yang begitu cepat. Kenapa dia? Gumamnya.

Saat keluar dari mobil, baru saja dirinya akan melangkah menuju kampusnya, Fiera dikejutkan oleh dua temannya yang baru saja keluar dari mini market dengan menenteng kantong keresek berisi makanan.

“Fiera, lu ke sini bareng Pak Abi?” pertanyaan itu terlontar begitu saja, saat Anisa mengenali mobil Abimanyu yang masih di sana, sepertinya pria itu menyadari orang lain yang memergoki mereka.

Tubuh Fiera menegang, dia merasa kaku untuk menjawab. Wanita itu juga melirik ke arah mobil yang belum pergi juga.

“Itu, kami...”

Sebelum Fiera menjawab, Abimanyu tiba-tiba menurunkan kaca mobilnya dan berkata, “Infiera, terima kasih bantuannya, karena kamu, akhirnya saya menemukan toko obat herbal yang bagus.”

Fiera meringis mendengar kebohongan Abimanyu, tapi dia langsung menangkap maksud pria itu.

“Sama-sama, Pak.”

Setelah mendengar jawaban Fiera, Abimanyu pergi melajukan menuju kampusnya. Sedangkan Infiera hanya bisa menghela napas lega karena memiliki alasan untuk menjawab pertanyaan temannya.

“Kami tidak sengaja bertemu pas aku lagi tunggu angkot. Dia nanyain toko yang jual obat herbal. Sebagai ucapan terima kasihnya, dia kasih tumpangan. Lumayan, kan, engga perlu keluar ongkos.”

“Haha ... lo benar, Fier.” Anisa tertawa dan merangkul pundak wanita itu. “Ayo, kita pergi. Hayu, Bim.”

Kedua wanita itu melangkah masuk ke dalam area kampus seraya bercengkrama banyak hal, sedangkan Bima menatap Infiera dengan tatapan aneh. Dia jelas-jelas melihat temannya itu membanting pintu mobil dengan raut wajah yang sangat kesal saat turun. Tidak mungkin jika mereka hanya tidak sengaja bertemu.

***

“Kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompoknya akan dibentuk oleh ketua kelas. Kalian tidak bisa protes.” Gerald memberikan tugas sebelum meninggalkan kelasnya hari ini. “Kalian bisa mencari beberapa buku untuk dikaji. Bagaimana penyuntingan buku itu, kalian bisa menemukan kelebihan dan kekurangannya.”

Setelah merinci apa saja yang harus dilakukannya, Gerald melirik pada ketua kelas. “Daftar kelompoknya serahkan hari ini juga.”

“Baik, Pak.”

Setelah itu Gerald melangkah meninggalkan kelas, seperti biasa pria itu selalu terlihat ceria dan penuh energi.

Fiera menelungkupkan kepalanya setelah mata kuliah terakhir selesai. Dia berniat untuk pulang langsung hari ini karena Gio, editornya mengirim pesan untuk segera merevisi buku baru yang akan diterbitkannya lagi.

“Fiera, bukannya lo mau pergi ke ruang dosen dulu untuk mengantarkan buku punya Bu Almira?” tanya ketua kelas, menghampiri mejanya.

“Iya, gue mau mengembalikan buku yang selesai dipotocopy.”

“Titip ini sama Pak Gerald, ya? Gue harus ke pergi menemui dekan.”

Fiera mengangguk dan menerima kertas yang diberikan oleh ketua kelas.

Setelah membereskan buku-bukunya, Fiera melangkah menuju ke ruang dosen. setelah ucapan Abimanyu pagi tadi, Fiera seperti tidak memiliki energi apa pun untuk melakukan banyak hal.

Dia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya. Apakah marah, kecewa? Tapi, kenapa? Bukannya dari awal dia tahu jika memang seperti itulah hubungan pernikahan mereka.

Ketika sudah dekat dengan ruang dosen, Fiera mendengar tawa beberapa dosen yang sedang bercanda. Dia mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan itu. “Permisi.”

Ternyata, di dalam ruangan itu hanya ada empat orang dosen, yakni Abimanyu, Gerald, dan juga salah satu dosen perempuan yang entah siapa Fiera lupa namanya, satu lagi... Almira.

Wanita itu duduk di kursi milik Abimanyu dan suaminya duduk di meja, di hadapan Almira, terlihat sangat akrab, mereka saling berhadapan, bahkan tangan Almira berada di atas pangkuan Abimanyu yang langsung ditarik saat mendengar suaranya.

“Eh, Fiera.” Gerald yang pertama kali menyapa dengan suara yang terdengar bersemangat. “Kamu ke sini mencari saya?” tanyanya Gerald, keluar dari balik meja kerjanya dan menghampiri Infiera.

Fiera bisa melihat jelas bagaimana Abimanyu yang berubah tegang saat melihat kedatangannya. Apa lagi, Fiera melihat jelas keintiman keduanya.

Aliran darahnya semua berpusat pada wajahnya, Infiera merasakan wajahnya yang panas melihat pemandangan itu. Dia tidak malu dilihat orang lain saat dekat dengan Almira, tapi dengan dirinya yang notabene istrinya, Abimanyu takut ada seseorang yang melihat.

“Eh, iya, Pak. Ini saya mau ngasih titipan ketua kelas.Selain itu, saya mau mengembalikan buku Bu Almira.”

“Ah.” Gerald menyentuh dadanya secara dramatis. “Kupikir kau datang khusus mencariku. Padahal, aku siap meneraktirmu.” Fiera hanya tersenyum, tapi dosen wanita yang ada di belakangnya menggoda, “Haha ... Pak Gerald, dari pada hanya teraktir, bukankah akan lebih baik jika langsung daftar

ke KUA.”

Seperti mendapatkan pendukung, Gerald berbinar. “Bu Rita benar, seharusnya memang seperti itu, kan?” tanya Gerald pada Fiera yang akhirnya tertawa juga dengan tingkah dosennya. Dia sama sekali tidak berpikir kalau Gerald serius. Dia menyerahkan kertasnya. “Saya harus menyerahkan bukunya pada Bu Almira.” Fiera berkata.

Semua orang tidak menyadari raut wajah Abimanyu yang berubah gelap saat mendengar godaan rekan sejawatnya dan diaminkan oleh Gerald untuk menikahi Infiera.

“Jangan ganggu mereka, mereka lagi pacaran,” sahut Gerald, meraih buku yang akan diberikan pada Almira.

Senyum di wajah Fiera seketika lenyap, dia melirik Abimanyu yang ternyata menatapnya dengan pandangan rumit.

Sedangkan Almira tersenyum malu-malu dan wajahnya merona. “Pak Gerald, jangan sembarangan,” sahut Almira. Lalu, melirik ke arah Infiera. “Makasih, ya, Fier.”

“Sama-sama, Bu.”

Saat hendak meninggalkan ruangan itu karena hatinya semakin sesak, tiba-tiba Gerald kembali berkata. “Bagaimana Fiera? Kau mau aku teraktir atau daftar ke KUA?” Gerald kembali berkata.

“Astaga, belum nyerah juga!” seru Bu Rita menggeleng pelan.

Fiera menghela napas pelan untuk meredakan sesak di dadanya. Dia mengangkat sedikit dagunya, berani, untuk menunjukkan kalau dia baik-baik saja. “Bapak atur saja, bukankah kalau ke KUA harus ada restu?”

“Itu mah kecil, orang tuamu akan langsung menerimaku ketika melihat wajah tampanku!”

Fiera menggeleng dan tertawa mendengar percaya diri Gerald yang sangat besar.

Di belakang mereka, Abimanyu mengepalkan tangannya saat mendengar pembicaraan orang-orang di hadapannya. Dia ingin sekali menarik Fiera dari sana, tapi tak ada yang bisa dilakukannya.

1
Mainah Inah
hadeh makin bucin aja si bapak
Mainah Inah
😂😂😂😂😂
Mainah Inah
mulai deh itu si bapak buta
Mainah Inah
bujang lapuk
Afnina Helmi
nyembur gk tu, pak dosen.. betingkah sihh
Mainah Inah
kepo
Mainah Inah
baru tau lu gimana rasanya dicuekin enak nggak
Mainah Inah
emang Abi munafik
Afnina Helmi
menyesal itu pst belakangan, klo didepan pendaftaran al
Mainah Inah
😅😅😅😅
Mainah Inah
emang kenapa ? masalah
Mainah Inah
oooooo
Ririn Mutiarini
Sesak kan mas Abi menahan rindu bener kata Dilan jangan rindu itu berat 🤭🤭
Afnina Helmi
nahhh fi... rayu biar gk nilai gk berkurang
Afnina Helmi
behh benih² cinta mulai berjatuhan
Afnina Helmi
Luar biasa
Capricorn 🦄
keren
Hana_rmt🍁
Kecewa
Hana_rmt🍁
Buruk
Sri Handayani
abi udah menikah ngapain msih punya tanggungan untuk jagain almirah mskipun notaben nya dlu prnah pacaran lama....almirah udah bukan anknkcil LG udah tua malah kmna mna aja udah berani ngapain Abi harus ada setiap kehidupan Al.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!