NovelToon NovelToon
Permainan Terlarang

Permainan Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Pembantu / Pembaca Pikiran
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alim farid

**Sinopsis:**

Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31

Akibat ulah damon yang tak terkontrol, luna merasakan ketidaknyamanan yang sangat nyata—sebuah gangguan yang merembes hingga ke bagian terdalam dirinya. Kelembapan yang meresap melalui pakaian dalamnya membuatnya hampir panik, meski untungnya tidak sampai menodai jins yang ia kenakan. Meski begitu, kejadian ini membuatnya merasa enggan untuk berbaur dengan Nadia dan Rachel. Sebelumnya, Nadia sempat mengeluhkan suasana hatinya yang buruk, memohon agar luna dan Rachel menemaninya untuk bertemu. luna tahu persis penyebabnya—Nadia baru saja mengalami patah hati.

“Kamu nggak jadi ikut? Kenapa?” tanya Rachel dengan rasa penasaran saat mereka berdua sedang membereskan barang-barang untuk bersiap pulang.

“Kakakku nggak ada teman makan, jadi aku janji untuk makan bareng dia. Bilang ke Nadia lain kali aja aku gabung, ya,” jawab luna dengan alasan yang diangapnya paling masuk akal. Terlebih lagi, suasana hatinya sedang buruk akibat insiden yang melibatkan kakak iparnya tadi.

“Hmm... ya sudah kalau begitu. Taksi aku udah nunggu di depan. Aku duluan, ya.” Rachel melambaikan tangan sebelum meninggalkan luna sendirian di ruangan yang mulai sepi.

Rekan-rekan lain sudah pulang atau masih terjebak dalam rapat. luna sendiri bersyukur pekerjaannya hari itu telah usai, sehingga ia bisa segera pulang.

“luna, kebetulan sekali.” Suara sandra, asisten setia damon sekaligus sahabat dekat kakaknya, tiba-tiba terdengar dari balik pintu.

“Kak sandra belum pulang?” tanya luna sambil memperhatikan wanita itu yang tampak jelas kelelahan. Desas-desus tentang beratnya bekerja di bawah damon, dengan segala tuntutan kecerdasan dan ketahanan mental yang luar biasa, sudah sering sampai di telinganya. luna sadar, jika ia berada di posisi sandra, mungkin sudah lama ia menyerah. Namun, seperti yang pernah diungkapkan oleh kak elise, gaji yang diberikan damon kepada staf-stafnya, terutama asistennya, sangatlah tinggi—kerja keras sandra memang terbayar dengan sangat layak.

“Aku masih ada rapat, luna. Bisa tolong sesuatu?”

luna menatap sandra dengan penuh perhatian.

“Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan sebelum rapat dimulai. Bisakah kau mengantar dokumen ini ke ruang rapat di lantai empat? Kalau belum ada orang di sana, cukup letakkan di atas meja,” pinta sandra sambil menyerahkan beberapa berkas yang tertata rapi di tangannya.

“Setelah itu, kau bisa langsung pulang,” tambahnya. luna mengangguk tanpa ragu, tidak pernah berpikir dua kali untuk membantu sandra yang selalu baik padanya.

luna segera menuju lantai empat, menuju ruang rapat yang sudah ditentukan. Ia tidak terlalu peduli tentang rapat yang akan berlangsung malam itu, karena baginya, sebagai mahasiswi magang, pekerjaannya di kantor ini hanya sementara. Yang lebih penting, damon adalah sosok yang terlalu berbahaya untuk ia hadapi secara langsung.

Namun, saat pintu ruangan terbuka, pemandangan yang terhampar di depan matanya membuatnya terguncang. Di sana, damon—kakak iparnya—sedang terlibat dalam sebuah ciuman dengan seorang wanita yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Wanita itu begitu memikat, dengan kecantikan dan postur tinggi bak seorang model. Meskipun damon tidak membalas ciuman itu dan hanya tampak pasif, fakta bahwa mereka berada dalam situasi tersebut sudah cukup untuk membuat hati luna bergejolak.

luna merasa seperti dipaksa menjadi saksi dari sebuah adegan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ada rasa sesak yang tiba-tiba menyeruak dalam dadanya, membuatnya merasa panas. damon yang terkejut segera mendorong wanita itu begitu menyadari kehadiran luna. Ekspresi keterkejutan yang begitu jelas tergambar di wajahnya seolah menunjukkan bahwa ia baru saja tertangkap basah melakukan sebuah kesalahan besar.

“Aku disuruh Kak sandra untuk mengantar ini,” kata luna dengan nada datar sambil meletakkan dokumen yang dibawanya di atas meja, lalu dengan cepat meninggalkan ruangan tanpa menatap damon sedikit pun.

damon masih terdiam, kebingungan menyelimuti pikirannya. Beberapa detik kemudian, ia mendorong wanita yang tadi menciumnya dengan kasar dan segera berlari mengejar luna.

“luna, tunggu!” teriaknya, namun luna sudah masuk ke dalam elevator, dan damon terlambat untuk menghentikannya. Dengan putus asa, damon memutuskan untuk menuruni tangga dengan cepat menuju lantai bawah, pikirannya penuh dengan satu hal: ia harus menjelaskan kepada luna bahwa apa yang dilihatnya tadi tidak seperti yang dibayangkannya. Wanita itu tiba-tiba saja menyerangnya dengan ciuman, dan sebelum ia sempat menolak atau mendorongnya, luna sudah muncul.

Namun, ketika damon tiba di lantai bawah, luna sudah menghilang tanpa jejak. damon mencari ke segala arah, namun gadis itu seolah lenyap ditelan bumi. Betapa cepatnya luna menghilang, meninggalkan dirinya dalam kebingungan yang mendalam.

“Bangsat!” geram damon, penuh amarah, mengusap wajahnya dengan frustrasi. Malam ini, ada rapat penting dengan beberapa pemegang saham, dan wanita yang mencium damon tadi adalah putri salah satu pemegang saham tersebut. Sikap sembrono wanita itu, yang menganggap ciuman sebagai hal sepele dan biasa dilakukan dengan siapa saja, benar-benar membuat damon kesal. Kejadian ini hanya menambah beban pikiran damon yang sudah cukup berat.

Dengan wajah muram dan pikiran yang terus menerus dihantui bayangan luna, damon kembali ke ruang rapat.

“Kenapa wajahmu kusut begitu? Takut gadis tadi salah paham?” suara wanita bernama selina terdengar santai, memecah perhatian damon. Tatapannya berubah tajam, penuh kemarahan.

“Sudah berapa kali kuperingatkan untuk tidak menyentuhku?” damon berusaha keras menahan amarahnya, namun selina hanya tertawa kecil.

“Ayolah, damon, itu hanya ciuman. Anggap saja sebagai permainan. Aku hanya penasaran bagaimana rasanya menciummu,” jawab selina dengan nada mengejek, sama sekali tidak terintimidasi oleh sikap dingin damon. Wanita itu merasa aman dengan status ayahnya sebagai pemegang saham utama di perusahaan ini, berpikir bahwa damon tidak akan berani melakukan sesuatu padanya. Namun, ia tidak menyadari bahwa damon adalah orang yang benar-benar memiliki kuasa tertinggi di kantor ini. Bagaimana mungkin ia tahu, jika sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bersenang-senang dengan pria-pria lain?

“Bagaimana ciumanku, kau menikmatinya?” selina mengangkat alis dengan senyum provokatif.

Tatapan damon menajam, penuh ancaman yang jelas dan nyata.

“Jangan coba-coba menguji kesabaranku. Kau tahu aku bisa menghancurkan hidupmu dalam sekejap, bukan? Dan aku tidak main-main,” suaranya rendah, dingin, penuh dengan nada ancaman yang menakutkan.

selina terdiam sejenak, namun tetap berusaha menampilkan sikap tidak peduli dengan ancaman damon.

“Aku hanya bercanda. Kau sangat tidak asyik. Lebih baik aku pergi saja,” katanya dengan cengiran tak acuh. selina kemudian bangkit dan keluar dari ruangan itu, meninggalkan damon yang masih menatapnya dengan dingin—tatapan yang begitu tajam hingga terasa menusuk tulang.

damon menarik napas panjang, penyesalan menyelimuti pikirannya atas insiden yang terjadi malam ini. Apakah luna merasa cemburu? Jika iya, bukankah itu tanda baik? Mungkin saja luna mulai memiliki perasaan terhadapnya. Namun, damon tidak yakin harus merasa senang atau tidak. Yang pasti, luna kini mungkin akan selalu menganggapnya sebagai laki-laki brengsek yang tidak setia.

“Pak damon,” suara sandra memecah lamunan panjang damon. Pria itu menoleh, berusaha kembali fokus pada tugasnya.

“Mana yang lain?”

“Mereka sedang dalam perjalanan ke sini, Pak. Tapi tadi saya lihat putri Pak Leon keluar dari ruangan ini. Saya pikir dia datang bersama Pak Leon.”

“Jangan bahas perempuan itu lagi. Aku sudah muak dengannya,” balas damon cepat, nada suaranya penuh kejengkelan yang terpendam.

sandra hanya mengangguk, meskipun dalam hati ia merasa bingung. Ia sudah terbiasa dengan suasana hati bosnya yang sering berubah-ubah secara drastis.

1
Endang Yusiani
mirip-mirip
Alim Farid: apanya mirip"kak
total 1 replies
Debby Tewu
lanjut ceritanya
Debby Tewu
lanjut dong veritanya
Divana Mareta
lanjut thor...
Subrianti Subrianti
Luar biasa
Alim Farid: makasih kakak 🙏🙏🙂
total 1 replies
bb_yang_yang
Yuk, thor, update secepatnya! Pembaca mu sudah tidak sabar lagi. 😍
Jock◯△□
Ganti tanggal jadi sekarang ya thor!
Asnisa Amallia
Gimana ceritanya bisa sehebat ini? 😮
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!