NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:35.7k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu Cemburu?

💐💐💐

Masalah beberapa hari terakhir mengenai masa lalu dibenam Shanum. Wanita itu kembali berusaha hidup biasa-biasa saja tanpa beban seperti lima tahun terakhir. 

Dengan senyuman Shanum membalas sapaan beberapa petugas rumah sakit, ia juga menyapa mereka. Senyuman pagi ini juga menyalurkan kebahagiaan di hati mereka yang melihatnya sampai ada beberapa orang yang penasaran, mengapa perawat cantik itu tampak bahagia hari ini?

Shanum memasuki lift, ia hendak ke kamar bocah yang pernah diberikannya hadiah. Tangan kanannya menenteng plastik belanja berisikan coklat. 

Setelah pintu lift terbuka di lantai yang dituju Shanum, wujud Divi terlihat sedang mendengarkan perkataan dokter paruh baya yang memeriksa kondisi Marta. Divi terdiam, mereka saling menatap beberapa detik sampai akhirnya mereka saling membuang muka. Shanum lanjut berjalan melewati keberadaan mereka, begitu dengan Divi yang memasuki lift bersama dokter tadi. 

Mereka bertingkah seperti orang yang tidak saling mengenal. 

***

Lagi, di jam istirahat, Shanum dan Divi bertemu di kantin rumah sakit, kebetulan lagi mereka duduk saling memunggungi. Divi masih bersama pria paruh baya tadi, mereka masih membicarakan tentang kondisi Marta. 

“Kita akan melakukan penanganan yang baik dan lebih teliti untuk kesembuhan Dokter Marta. Dokter Divi tenang saja,” ucap dokter paruh baya itu. 

Shanum menghela napas karena perasaan lelah selalu saja berada di dekat Divi. Terpikir olehnya perkataan Medina yang tidak bisa ditolak kebenarannya kalau mereka pasti akan bertemu karena satu tempat kerja. 

Mendengar bunyi napas Shanum, Divi menoleh ke belakang setelah menahan bibir, mata, dan telinganya yang berhubungan dengan Shanum. Pria itu juga berusaha mengutamakan perasaan dengan situasi yang kebetulan itu. 

“Kamu kenapa?” tanya Talita yang sejak tadi memperhatikan tingkah Shanum yang duduk tidak tenang. 

“Kalau lelah, istirahat,” ketus Divi. 

Shanum terpancing, sejak tadi ia juga berusaha menahan diri. Shanum ikut menoleh ke belakang, mengadu pandangan dengan Divi. 

“Siapa yang lelah? Dasar aneh!” Shanum berdiri dan berjalan kesal meninggalkan kantin. 

Divi ikut bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti jejak Shanum. Dokter yang duduk di hadapan Divi dan Talita memperhatikan kepergian mereka dengan dahi mengerut bingung. Kemudian, mereka salin melayangkan pandangan dan tersenyum ringan sambil menganggukkan kepala. 

Beralih dari mereka, Divi masih mengikuti Shanum sambil memanggil wanita itu, menghentikannya. Shanum mengabaikan Divi, kakinya terus berjalan menuju toilet bagian luar rumah sakit. 

Saat Shanum memasukinya, Divi menerobos masuk tanpa peduli itu toilet pria ataupun wanita. Kemudian, Divi menyeret Shanum keluar dari sana, membawa wanita itu ke tempat yang lebih sepi, yaitu di parkiran. 

“Apa lagi?” tanya Shanum sambil melepaskan tangan Divi dari pergelangan tangannya.

Divi diam, bingung untuk berbicara setelah sadar dengan tingkahnya tadi berani karena dorongan perasaan yang tertekan, tidak sanggup diam saat melihat Shanum.

“Kamu … kamu masih berhubungan dengan pria itu?” tanya Divi, sembarangan mengajukan pertanyaan tanpa berpikir untuk memusnahkan tanggapan Shanum dengan ekspresi dan diamnya tadi. 

“Tidak ada hubungannya denganmu. Begitupun dengan dirimu, aku tidak peduli apakah kamu mau menikah dengan wanita itu maupun wanita lainnya.” Shanum ikut mengeluarkan emosi yang sejak tadi ditahan dengan menarik masalah pernikahan Divi dan Milka yang terdengar di telinganya. 

Sejenak Divi diam sambil mengamati ekspresi Shanum yang perlahan memunculkan senyuman di bibirnya. 

“Kamu cemburu?” tanya Divi dengan ragu. 

“Cemburu. He.” Shanum mendengkus remeh sambil memalingkan muka. “Mengapa aku cemburu? Lima tahun aku sudah melupakanmu. Tidak ada perasaan apa pun lagi di hatiku untukmu,” ucap Shanum.

Cupp! 

Divi mengecup bibir Shanum dan menahan bibirnya masih menempel di bibir kecil manis milik Shanum dengan mata menatap kedua bola mata wanita itu yang membesar karena kaget. Kemudian, Divi melepaskan sentuhan bibir mereka dan mendaratkan telinga kanannya di dada Shanum, mendengar detak jantung yang begitu cepat. 

“Detak jantungmu dan pipimu yang memerah tidak bisa berbohong kalau kamu masih mencintaiku sama seperti lima tahun lalu,” ucap Divi dengan perasaan bahagia yang disembunyikan.

“Apa-apaan.” Dada bidang Divi didorong Shanum untuk menjauhkan pria itu darinya. 

“Astaga … Dokter Divi benar mencium suster Shanum? Mereka benar pernah berhubungan sebelumnya? Jadi, berita itu benar.” Wawan, petugas kebersihan yang biasa menyapa Shanum melihat mereka dari kejauhan. 

Wawan tidak sengaja menjatuhkan sekop pemungut sampah di tangannya, memunculkan bunyi yang mengundang pandangan Divi dan Shanum ke arahnya. Bergegas Wawan merendahkan badan, bersembunyi di balik mobil yang ada di sampingnya sambil mengambil sekop itu. 

“Jaga jarak. Aku tidak mau ada isu-isu tidak sedap terdengar di telingaku. Satu lagi, aku tidak pernah cemburu. Jadi, jangan kepedean,” ucap Shanum, memberikan peringatan dan meninggalkan keberadaan Divi. 

Wanita itu mengelus dadanya yang tidak stabil dan sesekali menepis kedua pipinya untuk membuatnya sadar dengan kaki berjalan memasuki gedung rumah sakit. 

Baru saja memasuki rumah sakit, seorang perawat bernama Delima menghampiri Shanum, minta bantuan Shanum itu untuk mengantarkan obat ke kamar Marta. Wanita itu harus kembali ke rumahnya karena anaknya jatuh sakit. 

“Bisa bantu saya suster Shanum?” tanya perawat yang sejak beberapa hari lalu mengurus Marta.

Sejenak Shanum diam sambil berpikir. Mengingat pria itu adalah ayah mantan suaminya yang belum tahu apakah menyukainya atau tidak membuat Shanum ragu untuk muncul di hadapan Marta. Namun, ia juga ingin tahu kondisi pria itu atas dasar rasa peduli. 

“Baik.” 

Shanum mengikuti Delima, untuk mengambil obat yang dimaksud wanita itu. 

***

Shanum menghela napas dan mengetuk pintu kamar Marta, lalu masuk. Kemunculannya membuat Marta sedikit kaget sampai pria itu berhenti memainkan ponsel di tangannya. Dalam keadaan sakit, Marta tetap harus memantau perusahaan obat-obatan, aset yang dimilikinya selain rumah sakit. 

“Selamat pagi Dokter Marta,” sapa Shanum dengan senyuman ramah sambil meletakkan nampan di mana ada obat dan makanan di atasannya. 

“Suster Delima di mana?” tanya Marta.

“Dia harus pulang karena anaknya sakit. Dokter, ini obat yang harus dimakan saat ini. Seperti biasa, minum ini sebelum makan dan yang ini setelah makan,” ucap Shanum sambil memperlihatkan obat yang ada di tangan kanan dan kirinya, menjelaskan seperti anak kecil yang membuat Marta tersenyum ringan. 

Senyuman itu mencairkan perasaan Shanum yang sebelumnya cukup gugup bertemu Marta. Shanum menaruh obat-obatan di tangannya ke atas meja dan memeriksa kondisi pria paruh baya itu. 

“Sejak kapan dokter divonis kanker paru-paru?” tanya Shanum setelah memeriksa kondisi pria itu. “Seharusnya dokter tidak menyembunyikan kondisi dokter kepada dari keluarga. Ini akan menyakiti mereka,” ucap Shanum dengan raut wajah prihatin setelah tahu kondisi Marta tidak baik-baik saja. 

“Saya hanya tidak ingin membebani pikiran mereka,” jawab Marta dengan senyuman. 

Melihat sisi lembut Shanum, menilai karakter wanita itu dari luar membuat pria paruh baya itu meragukan cerita sang istri mengenai seorang Shanum yang pergi dengan pria lain karena ditawari uang 200 juta. 

“Kalau begitu, saya pamit, Dokter. Jaga kondisinya,” ucap Shanum.

“Tunggu, kamu tau kondisi saya dari siapa? Divi yang menceritakannya?” tanya Marta, mengemukakan dugaannya.

“Tidak. Saya hanya kebetulan mengetahuinya.”

Shanum melanjutkan kaki berjalan keluar dari ruangan itu dan Marta memperhatikan kepergiannya sampai pintu kamar ditutup.

1
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!