Byan, seorang pria yang memiliki mimpi, mimpi tentang sebuah keadaan ideal dimana dia membahagiakan semua orang terkasihnya. terjebak diantara cinta dan sayang, hingga terjawab oleh deburan laut biru muda.
tentang asa, waktu, pertemuan, rasa, takdir, perpisahan.
tentang mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arief Jayadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
semacam magnet, menarikku
Leonyta loizga, 20 tahun, seorang gadis Indonesia keturunan, masih kental membawa genetic leluhurnya dari tiongkok. Orang dekat sering memanggilnya Ony. terutama keponakan kesayangannya, selalu saja memanggilnya Ony. Gadis yang memiliki tinggi diatas rata rata orang Indonesia ini adalah gadis yang cukup berprestasi. berbekal paras cantik orientalnya, dengan postur tinggi sekitar 174 cm, ia menggeluti dunia foto modelling sebagai hobbynya. Bahkan, dirinya pernah menjadi gadis sampul sebuah majalah remaja nasional ketika masih SMU. Pramugari, begitu pasti jawabannya kalau ia di tanya tentang cita citanya. Pernah diperjuangkannya, namun ia mengundurkan diri, karena alasan yang cukup sensitif baginya. Hingga akhirnya saat ini ia tersesat di sebuah Perusahaan nasional ini, dan bekerja bersama dengan aku.
Temperamental, keras, mandiri adalah awal penilaianku padanya, awalnya sebagai team leader di perusahaan ini, ia seringkali tidak segan memberikan instruksi dengan keras, bahkan cenderung dengan emosi yang tinggi, seringkali pula ia tidak segan langsung menunjukkan pada teamnya apa yang harus di lakukan dalam. memenuhi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Namun semenjak kejadian pagi itu banyak yang berubah menurutku, ia lebih menjadi gadis yang menuntut perhatian lebih, manja, dan selalu tau cara membuat aku mengalihkan fokusku apapun yang sedang aku lakukan. Tidak banyak yang bisa aku ceritakan tentang Ony, selain karena kedekatan kami belum terlalu lama,-ia baru bergabung di Perusahaan ini sekitar Setahun belakangan, umur kami yang terpaut terlalu jauh membuat adanya gap cara berpikir dan berkomunikasi. Tapi entah bagaimana kami selalu punya cara untuk mengikis gap tersebut.
Semenjak pagi tempo hari, Ony sering sekali meminta aku menghubungi ponsel pribadinya terutama di waktu waktu selepas kantor. "recharge" Bahasa yang ia selalu gunakan ketika mengajukan permohonan untuk aku meneleponnya. Tidak ada masalah buatku, toh aku seringkali sendirian di rumahku selepas jam pulang kantorku.
*****
"aku semalem mimpiin kakak!" burunya dengan cepat.
Adalah awal mula kedekatan ku dengan Ony, bagaimana tidak, semenjak kata itu, kegelisahan semakin menjadi jadi dalam diriku, terutama jika terkait dengannya, ketika melihatnya dan bahkan ketika aku tidak bisa menemuinya sehari saja di kantor.
Semenjak hari itu, Ony menjelma menjadi semacam magnet yang menarik ku, dan selalu membuatku siap ke kantor, seburuk apapun masalah yang akan aku hadapi di sana hari itu. Ya kata "recharge" memang lah kata yang tepat pula bagiku, selelah dan seburuk apapun keadaan di kantor, aku pasti akan mencarinya untuk mengisi lagi energi energi dalam diriku untuk kemudian maju berperang lagi. Energi instan, karena Senda gurau sejenak saja bisa membuat aku bertahan sampai dengan sore hari sebelum akhirnya aku dan dia berpisah karena harus pulang.
Selama ini Ony mengetahui keberadaan Asih dan selalu menghargai Asih sebagai orang yang aku cintai. Itulah sebab kami tak pernah pergi berdua, bahkan di kesempatan pekerjaan pun kami selalu didampingi orang lain agar tidak pernah hanya berdua. Kami sadar kami tidak pernah dan tidak bisa melangkah lebih dari hubungan pekerjaan atau teman dekat. Ingat istilah "ring nol"? istilah itu Ony yang membuatnya, sebagai garis batasan dimana kami bisa bertemu, berinteraksi dan tidak melewati rambu rambu yang haris kami jaga masing masing.
Ony adalah sisi lain dari Asih, Asih dengan segala kedewasaannya akan menjadi pilihan terbaik untuk pulang, merawat luka yang kudapat dari peperangan yang aku lalui. Sementara Ony itu layaknya supporter yang berisik, yang selalu bisa bersorak untuk memberi tenaga tambahan, tenaga baru, agar aku terus bisa maju berperang.
Ony sendiri sebenarnya cukup dewasa untuk usianya, pikirannya seringkali menonjol dibandingkan karyawan karyawan lain seusianya. Biasanya diusia itu pemikiran yang masih mendominasi adalah mengenai cara bersenang senang, tapi Ony tidak, dia sudah berfikir tentang apa yang penting dan tidak, dia sudah mengerti skala prioritas. Mungkin karena ia telah ditinggalkan ayahnya dari usia yang sangat dini. Mungkin ini pula yang membuat kau memiliki frekuensi yang mirip dengannya. Kami sesama anak yatim, kami sama sama berjuang melewati hari hari tanpa arahan Ayah. Ony selalu menjadi spesial buat ku, dalam artian yang berbeda.
*****
"semacam magnet yang selalu membuatku siap"
*****