NovelToon NovelToon
Istri Paviliun

Istri Paviliun

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dendam Kesumat / Pihak Ketiga
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rifat Nabilah

Raisa harus merasakan kehilangan kedua orang tuanya setelah kecelakaan yang dialaminya, dia ditemukan dalam keadaan luka-luka oleh seseorang yang dia anggap sang penolong.

Untuk membalas budi sang penolong itu, dia merelakan dirinya dijadikan istri agar mewujudkan kemauan ayah dari sang penolongnya mendapatkan keturunan laki-laki.

Pernikahan itu berlangsung begitu cepat, Raisa mendapatkan ruangan tersendiri untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari selama menjadi seorang istri. Sedangkan dia berpikir menjadi istri satu-satunya yang tidak lain ratu dalam kehidupan suaminya, ternyata tidak. Ternyata, Raisa tidak mendapatkan itu dari suaminya, bahkan dia dikurung layaknya tahanan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifat Nabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Bicara Berdua

"Sudah jangan pikirkan kata orang lain yang tidak tau perasaan kita gimana, mereka tidak akan puas sekalipun kita menutupi semua yang ada pada diri kita, pasti ada saja yang digosipkan," balas Erik menenangkan Raisa.

Wanita itu mengambil cangkir kopi dan diberikan ke suaminya agar lebih rileks sekarang.

"Minumlah dulu," kata Raisa menyodorkan gelas.

"Iya," jawab singkat Erik.

Erik meminum kopi buatan Raisa untuk pertama kalinya, dia merasakan sensasi pertama yang tidak pernah enak ketika dibuatkan oleh pembantu rumah tangga.

"Enak," pujinya.

"Terima kasih," balas Raisa tersenyum kecil.

Mata Raisa terbuka tanpa penutup kain, mereka bahkan duduk di teras paviliun yang masih tertutup dinding tinggi rumah besar atau rumah utama di sana.

"Hobimu pasti masak."

Erik menaruh gelas di meja dan memulai pembicaraan, dia ingin mengenal istri sirinya ini lebih jauh.

"Tidak juga, kopi aku selalu buat saat pagi hari untuk ayah dulu, ayah sangat suka kopi, dia juga sama memuji aku seperti kamu sekarang, bedanya ayah mengecup dahiku mengatakan selamat pagi," balas Raisa malah kepanjangan menceritakan aktifitas setiap pagi yang rutin bersama ayahnya.

Erik seperti menahan amarah ketika istrinya menceritakan sang ayah, dia masih mencoba memaafkan Deri Hartito, tetapi masih belum bisa juga melupakan berapa sakitnya hidup tanpa orang tua kandung sejak kecil.

"Eh, maaf kalau kamu jadi--" putusnya tidak meneruskan kembali kata-katanya, sorot mata Erik sudah menggambarkan segala kebencian dan dendam yang belum selesai.

"Tidak masalah, aku hanya butuh waktu," ucap Erik mulai mereda emosinya.

Raisa lega Erik sudah bisa mengontrol emosinya, karena kalau tidak, dia akan mengamuk sesuka hati dan mungkin bisa bermain fisik.

"Aku lega."

Mata Raisa sekarang mulai percaya menatap mata Erik walaupun suaminya bisa seketika marah dan berubah baik kembali.

"Kalau kamu mau cerita tentang ayahmu lagi tidak masalah, aku rasa harus terbiasa karena sudah jadi menantunya, terus aku juga bisa melihat anaknya sangat baik dan setia."

Raisa tersipu malu, wajahnya merah jambu dan tertunduk. Tidak biasa Erik menggodanya seperti ini.

"Sudah cukup, aku tadi kelepasan cerita ayah karena ada kopi ini," kata Raisa tidak mau memancing keributan.

Erik tersenyum, dia juga masih belum siap kalau harus mendengar cerita orang yang sudah membuat kedua orang tuanya tiada. Baginya dendam itu tidak akan hilang sampai kapanpun.

"Raisa, apa kamu tidak mau keluar dari paviliun ini?" tanya Erik takutnya wanitanya jenuh dan bosan selalu dikurung olehnya.

Raisa berdiri dan menatap ke atas langit seperti waktu malam itu dia mencari matahari.

"Sudah cukup," ucapnya.

"Apanya yang sudah cukup?" tanya lagi Erik.

"Iya, sudah cukup berada di paviliun dengan mata yang terbuka bagaikan memiliki kebebasan, tidak perlu pergi keluar, karena apa yang aku lihat sudah berbeda dari sebelumnya, termasuk kamu yang sudah berubah sama aku, jadi aku tidak mau," terangnya menengok ke belakang.

Erik kagum dengan kesederhanaan Raisa yang jauh berbeda dari Elisa, dia membuat warna baru yang tidak ditemukan dari Elisa.

"Kalau begitu tetaplah di sini tanpa penutup kepala yang aku berikan, aku akan datang setiap waktu jika kamu mau."

Raisa tentu senang mendengar suaminya bisa pulang setiap waktu, tempat yang tersembunyi sekalipun tidak akan menjadi masalah jika diisi oleh dua orang yang akan saling mencintai.

"Iya, aku tidak berharap lebih padamu, aku adalah istrimu, maka keputusan apapun ada di tanganmu," kata Raisa yang akan menuruti segala perkataan suami.

"Bagus, tapi ada yang ingin aku bicarakan penting sama kamu, ayah mendesak lagi aku memiliki anak darimu," ucap Erik memberitahu Raisa.

"Tidak masalah kan kita suami istri yang sah."

"Bukan itu masalahnya, aku takut kelak anak kita akan dijadikan sama persis seperti aku, anak itu mungkin perasaannya akan ditekan sama kakeknya dan dia akan merasa aku tidak berguna sebagai ayah, dia akan tumbuh menjadi anak yang pembenci," tambahnya tidak mau mengulang kesalahan yang sama.

Tangan Raisa ada di bahu suaminya untuk mengurangi kecemasan yang ada dalam benak Erik yang selama ini selalu menghantuinya.

"Kamu tenang saja Erik, aku ibunya tidak akan membiarkan anakku besar dipaksa orang lain, kecuali kita berdua, kita akan sama-sama merawatnya," balas Raisa dengan penuh percaya diri agar suaminya bisa semangat kembali.

Tangan Erik menggenggam tangan Raisa, memegang erat dan mengecupnya cukup lembut.

"Terima kasih sudah menenangkan aku, tapi aku tidak akan mampu melawan ayah, kamu belum mengenal ayah walaupun dia ada di dalam penjara, kasus apapun akan bebas, aku takut tindakan aku malah membuat kita susah nantinya."

Kecemasan kembali melanda Erik, tetapi dia harus menyembunyikan semua dari Raisa sedih.

"Apapun itu aku akan mendukungmu Erik."

Raisa memberikan senyum termanisnya, sudah tidak ada lagi air mata yang selalu keluar ketika baru masuk dalam paviliun ini, tempat itu juga sekarang bersih.

Erik mempercayai Raisa dibandingkan Elisa yang selalu berbohong padanya, dari bibir tipis dan manis wanita yang ada di depannya, Erik seketika terbesit ingin mengecupnya.

"Ada apa?"

Tatapan Erik tidak biasa untuk Raisa, wanita itu mempertanyakan kenapa memandangnya terlalu tajam dengan wajah yang tersenyum.

"Tidak apa-apa," jawabnya menyembunyikan niatnya.

Erik sedikit gugup sekarang, entah sejak kapan tubuhnya sulit bergerak ketika menatap mata Raisa.

"Lalu, apa yang ingin kamu lakukan Erik dengan ayah dan Elisa?" tanya Raisa masih penasaran dengan rencana Erik yang sebenarnya.

"Tidak ada rencana kecuali memenjarakan mereka, walaupun pada akhirnya akan bebas, tapi aku bisa membuat Elisa menyesal."

Erik menelpon pengacara agar melaporkan bukti yang dia punya ke pihak berwajib atas dasar perselingkuhan.

"Aku harus pergi dulu keluar, kamu baik-baik di dalam sini, kalau ada apa-apa, di lemari itu ada tombol jalan keluar dari sini, kamu bisa langsung pergi dari belakang," pamit Erik.

Lelaki itu tidak tanggung-tanggung memberitahu pintu keluar jika keadaannya darurat, dan Raisa bisa selamat kalau nanti terjadi sesuatu yang mencurigakan, maksudnya Erik jika Elisa dan ayahnya mengendus keberadaannya.

Raisa mengangguk dan segera meraih tangan Erik untuk bersalaman sebagai istri yang baik pada suaminya.

"Hati-hati, cepatlah kembali ke paviliun tanpa ketahuan."

Erik tersenyum seraya memeluk Raisa dengan nyaman, dia sekarang bisa merasakan memiliki istri yang mencintainya dan menunggunya di rumah.

Kepergian Erik membuat Raisa penasaran dengan pintu rahasia tersebut, sejak lama dia ingin melarikan diri dari Erik dan tidak memiliki cara apapun, tapi sekarang suaminya sendiri yang mengatakannya.

"Aku rasa garis kehidupanku sudah bersama dengannya, perubahan sikapnya membuat aku mencintaimu suamiku."

Raisa sudah melihat jalan rahasia yang memiliki tombol itu, dia melihatnya sendiri kalau pintu tersebut bisa terbuka.

"Astaga, semudah ini jalan keluar dari sini, aku rasa bisa pergi tanpa diketahui Erik jika aku merasa bosan," usulnya sendiri ingin mencari kegiatan di luar paviliun.

1
Ema Kharisma
Ceritanya menarik, jadi penasaran kelanjutannya..
Rifat Nabilah: terimakasih kasih kak sudah mampir, iya ditunggu kelanjutannya yah
total 1 replies
Deka Satu
nice karya
Rifat Nabilah: terimakasih kak
total 1 replies
Deka Satu
erik kamu jahat, i hate you bgt
Rifat Nabilah: iya kak sama benci juga sama erik, terlalu jahat, terimakasih sudah mampir ya kak
total 1 replies
Violeta Itzae Gonzalez O.
Mengguncang perasaan
Rifat Nabilah: awww makasih kak, baca terus yah biar terguncang terus
total 1 replies
Xu xu
Terimakasih telah membuatku terbawa suasana, lanjutkan karyamu thor! ❤️
Violeta Itzae Gonzalez O.
Aku terbuai oleh alur ceritanya yang sangat baik, hebat thor!
Rifat Nabilah: terimakasih kak telah terbuai, jangan lupa baca terus kelanjutannya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!