Pesona Janda Sultan

Kai, jawab aku!"

Raut cemas tak henti-hentinya menyertai Sofia. Tangannya gemetar menanti jawaban dari calon suami di seberang sana.

"Kai ...."

^^^"Sofia ... kau masih di sana?"^^^

Jantung puan bernetra bulat itu seketika terasa lega seakan baru saja menaiki roller coaster saat mendengar suara Kaivan yang sempat terhenti bersamaan dentuman hebat tadi.

"Apa yang terjadi, Kai? Apa kau baik-baik saja?"

^^^"Maaf membuatmu khawatir, Sayang. Ada kecelakaan lalu lintas tepat di tepi jalan dekat toko bunga."^^^

"Toko bunga yang mana? Aku akan menyusulmu."

^^^"Tidak, Sof. Di sini sangat kacau. Kecelakaan sudah ditangani. Aku akan segera kembali. ^^^

^^^Tunggu aku."^^^

Panggilan pun berakhir saat Kaivan memutuskan secara sepihak. Walau belum sepenuhnya lega, Sofia tetap bersyukur nyatanya Kaivan terdengar baik-baik saja.

Tak lama setelah itu, ponsel Sofia kembali berdering pertanda panggilan masuk.

Nomor tak dikenal ... siapa ini?

Sofia menatap layar ponsel dengan cetakan barisan nomor tanpa nama. Walau sedikit ragu, wanita itu memutuskan menggeser tanda hijau pada layar. Mana tahu panggilan itu penting.

"Halo."

^^^"Halo, apa benar kau Sofia Wilson?"^^^

"Siapa ini?"

^^^"Aku Sonya, kakak Jayden."^^^

Mendengar nama pria yang pernah melamarnya disebut, hati Sofia sedikit tercuil. Berbagai pertanyaan mendadak menyeruak di otaknya. Mengapa kakak Jayden menghubunginya? Mengapa bukan Jayden yang menghubungi Sofia langsung? Ada apa sebenarnya?

^^^"Halo? Apa kau masih di sana?"^^^

"Uhm ... ya."

^^^"Maaf jika aku mengejutkanmu. Aku menyusuri kontak dalam ponsel Jayden untuk mencari nomormu."^^^

"Apa? Untuk apa kau melakukannya?"

^^^"Akan kujelaskan. Tapi sebelumnya, apa kau memiliki waktu untuk bertemu? Kumohon ini. sangat penting."^^^

"Maaf aku tidak memilki waktu luang beberapa hari ke depan."

Sofia menghela napas dalam sebelum melanjutkan pembicaraan.

"Aku akan menikah besok." 

^^^"Apa? Kau seri-us?"^^^

"Ya. Aku serius."

Ada jeda beberapa detik, baik Sofia dan Sonya sama-sama terdiam.

"Jika berkenan, Jayden dan kau boleh datang ke—"

^^^"Jayden kecelakaan tadi malam."^^^

Seketika, jantung Sofia mencelos sesaat setelah mendengar pengakuan Sonya lainnya.

Sonya kemudian meminta maaf karena menyela kalimat Sofia dengan mengatakan kecelakaan sang adik saat itu juga. Lebih lanjut ia mengurai singkat kronologis kecelakaan yang dialami Jayden. Seusai operasi di Korea dan pulang ke tanah air, Ibu mereka sempat membaik. Namun, kembali drop dan kritis. Kini, Jihan sedang dirawat di salah satu rumah sakit tanah air.

Jayden yang tak terima karena takdir sedang mempermainkannya, nekat memacu kendaraan dengan kecepatan di atas batas maximal sehingga menyebabkan mobil hilang kendali lalu terperosok ke semak di sebuah jalan bebas hambatan.

"Aku terpaksa men-hack ponsel Jayden dan mencari kontakmu karena adikku kerap mengigau namamu, Sofia."

Terdengar tarikan napas berat dari belah ranum Sofia beberapa kali. Oh Tuhan ... apakah ini pertanda barusan adalah kecelakaan Jayden?

^^^"Halo? Kau masih di sana?"^^^

"Dimana Jayden sekarang?"

Beberapa saat kemudian.

Tanpa aba-aba, Kaivan melingkarkan kedua tangan memeluk tubuh ramping Sofia. Pria itu lanjut menc*umi surai hitam tergerai sang puan lalu turun menyesap ceruk dengan penuh urgensi—seolah kekasih yang sudah lama merindu.

"Kai, hentikan. Banyak orang di sini," protes Sofia canggung seraya mengedarkan netra ke arah beberapa pekerja Wedding Organizer yang masih menghias Ballroom.

"Aku tidak peduli. Ini sebagai penebus kesalahan karena aku telah membuatmu khawatir tadi."

"Hehe, benarkah?" Sofia membalikkan tubuh menghadap Kaivan. " Bukankah kau memang menyukainya?" goda Sofia seraya menggigit bibir bawah, sengaja memancing batas Kaivan di tempat umum.

"Oh, Sofia. Kau tau akan ada hukuman jika kau berani memancingku?" Kaivan memicingkan netra, menantang balik Sofia. 

"Oh iya? Tapi aku tau kau tidak akan berani melakukannya di tempat ramai?"

Kaivan semakin memangkas jarak dengan menunjukkan persona kharismatik pria matang keturunan sultan Asia.

"Kita bisa melakukannya di mobil," bisik Kaivan dengan nada sens*al.

Netra Sofia sontak terkesiap, terkejut mendengar ucapan nakal mantan suami. Darahnya berdesir hebat membangkitkan gai*r*h. Kedua netra pasangan itu saling terkunci satu sama lain. Sofia mengerti betul kemana arah pembicaraan mereka.

"Ekhem! Tuan Kaivan."

Sayangnya, momen Kaivan dan Sofia harus terganggu saat Bowie sang asisten pribadi menginterupsi untuk membicarakan persiapan terakhir pesta pernikahan.

...***...

Seusai mengecek Wedding Hall, Kaivan mengantar Sofia ke kediamannya yakni rumah keluarga besar Wilson. Sebelumnya, Sofia dan Kaivan sudah terbuka di hadapan Daniel yakni mereka saling jatuh hati dan akan melangsungkan pernikahan sungguhan di tanah air. Tentu saja sebagai ayah, Daniel sangat bahagia mendengar pengakuan menantu yang benar-benar mencintai putri tunggalnya.

Namun, gusar hebat sedang melanda Sofia saat ini. Lagi-lagi, pria bernama Jayden berhasil mengusik kedamaian hidupnya. Ingin sekali Sofia mengunjungi pria yang sedang dilanda musibah itu. Bukan karena perasaan spesial melainkan sebatas iba.

Haruskah aku pergi ke rumah sakit? Tapi, ini tidak adil untuk Kaivan jika pergi tanpa memberitahunya.

Setelah berperang batin cukup lama, Sofia pun mengangguk mantap. Sang puan segara men-dial nomor calon suaminya untuk meminta ijin menjenguk Jayden.

TUT!

TUT!

...Nomor yang Anda tuju tidak dapat menjawab panggilan, silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut ini .... ...

Tak ada jawaban. Beberapa kali Sofia mencoba, hasilnya tetap sama. Hanya sahutan otomatis dari operator yang menyambut.

Jika dipikir lagi hal ini wajar, mengingat Kaivan berpesan padanya bahwa ada pekerjaan penting yang harus ia selesaikan sebelum acara pernikahan. Mungkin hal ini yang menyebabkan prianya tidak bisa mengangkat telepon.

"Baiklah kalau begitu aku akan mengirimi Kaivan pesan. Bagaimana pun, Jayden adalah mantan bosku dan juga ... saudara angkat. Aku masih punya waktu untuk menjenguknya sebentar," gumam Sofia pada diri sendiri. Sang puan lantas melakukan panggilan berikutnya untuk dapat mengirim pesan voicemail pada Kaivan.

"Apa yang kau lakukan di kamar, Sof? Ayo turun. Perwakilan dari designer gaun pengantin sudah datang." Daniel mengingatkan putrinya untuk segera turun ke bawah.

Si*l, aku hampir lupa kalau ada janji dengan designer gaun.

Imbas momen barusan, niat meninggalkan pesan untuk Kaivan pun terlupakan. Wanita itu cepat-cepat merapikan penampilan dan segera turun dari kamar atas.

...***...

Tak lama setelah pertemuannya dengan designer gaun, Sofia menyempatkan diri mengunjungi rumah sakit.

"Kau Sonya?" tanya Sofia kepada satu-satunya sosok wanita dengan posisi berdiri tepat di depan kamar bertuliskan VIP 01.

Sonya pun mengangguk dan segera menghampiri kenalan adiknya tersebut. "Terima kasih telah menyempatkan datang. Masuklah ke dalam walau sebentar saja," pinta Sonya.

Beberapa saat kemudian.

"Aku sudah bilang ingin sendiri, Kak. Apa kau tidak mengerti?" ketus Jayden sembari membelakangi lawan bicara yang baru saja masuk ke dalam kamar rawat.

"Jadi seperti ini kau bersikap pada kakakmu?"

"Sofia ...."

Atma Jayden membulat sempurna. Dalam posisi tubuh setengah berbaring wajah baby face penuh memarnya sontak menoleh saat mendengar suara wanita yang ia cintai mengumandang.

"Hey," sapa Sofia lembut seraya melangkahkan tungkai perlahan mendekati brankar. " Bagaimana keadaanmu?"

Belum terima atas atas keputusan sang puan satu minggu yang lalu, Jayden memutuskan untuk tetap bersikap ketus walau dalam hati ingin sekali melakukan hal sebaliknya, bahkan keinginan memeluk tubuh Sofia erat imbas rindu yang teramat dalam.

"Pergilah. Bukankah kau akan segera menikah?"

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Jay. Mengapa kau melakukan hal bodoh memacu kendaraan di atas kecepatan maksimal?"

"Apa pedulimu, Sof?! Kau tidak memiliki perasaan apapun padaku, bukan? Untuk apa aku bercerita?"

"Tidak bolehkah sebagai teman mengkhawatirkanmu?"

"Kita bukan teman dan aku tidak ingin menjadi temanmu!"

Bukan mereda, keduanya malah terlibat dalam perdebatan. Jayden benar-benar tak tahan melihat Sofia datang kepadanya karena perasaan iba dan bukan cinta. Padahal, jauh dari lubuk hati terdalam sang CEO masih berharap Sofia berubah haluan. Jayden tidak peduli jika hatinya dimanfaatkan. Pria itu yakin bahwa Sofia merasakan hal yang sama sepertinya walaupun secuil.

"Baiklah. Sepertinya aku salah telah datang kemari." Sofia meradang lalu mengembus napas kasar. "Permisi." Sang puan pun pamit dengan cukup kesal.

Namun, baru beberapa langkah sebelum ambang pintu, Jayden berhasil merengkuh tubuh Sofia, memeluknya erat dari arah belakang.

"Maaf ... aku tidak bermaksud memarahimu."

"Lepaskan, Jay. Orang akan salah paham jika melihat ini," titah Sofia meminta Jayden melepaskan dekapan.

"Tidak! Aku tidak mau. Tolong, biarkan seperti ini." Penciuman Jayden mulai menyesap aroma rambut Sofia. "Aku sangat merindukanmu."

"Masuklah, ini kamar rawat adikku—"

Tak lama, sepasang netra Sofia sontak terbelalak kala melihat kedatangan Kaivan yang di antar Sonya ke dalam kamar rawat Jayden.

"Kai ...."