Istri Paviliun

Istri Paviliun

Bab 1. Masuk Perangkap

"Turun dari mobil!"

Seorang pria tengah memaksa seseorang turun dari mobil berwarna hitam keluaran terbarunya.

"Di rumahku ada bangunan baru? Kapan kamu membuatnya?" dua pertanyaan sudah mencecar pria di samping Raisa yang membawakan koper berisi baju-baju miliknya.

Pria dengan mengenakan jas hitam dengan kemejanya yang putih, serta gaya rambutnya yang rapih. Dia juga memiliki tinggi badan yang hampir sekitar 180 centimeter. Pria itu juga memiliki sisi maskulin yang selalu diidam-idamkan oleh banyak wanita. Bernama Erik Axilo Harunicution. Sepertinya saat ini Erik mengeluarkan ekspresi marah pada wanita yang baru beberapa menit yang lalu dinikahinya.

Masih berdiri di bangunan baru tersebut. Bangunan yang cepat berdiri untuk tempat tinggal Raisa dibangun oleh Erik yang sekarang menjadi suaminya.

"Masuk sekarang!" bentaknya.

Erik tidak menjawab pertanyaan Raisa, wanita itu menghentikan langkah agar mendapatkan jawaban dari suaminya.

"Jawab aku dulu, kenapa kamu membawa aku ke bangunan baru yang cukup kecil ini, sedangkan di dalam rumah sangat besar, apa kamu tidak berencana membawa aku ke dalam rumah? Aku sangat rindu kamar tidurku yang lama. Walau bagaimana rumah ini peninggalan dari ayahku sendiri," tuturnya masih ingin penjelasan dari suaminya.

Erik meletakkan koper tersebut tidak jauh dari pintu masuk ruangan terlihat tabu untuk Raisa.

"Aku bilang masuk! Kamu tidak perlu banyak tanya kalau aku tidak menjelaskan apa pun, lagipula kamu tidak memiliki hak untuk bicara di sini," balas Erik menunjukkan sedikit demi sedikit sifatnya yang begitu tidak menyukai jika dirinya ditanya-tanya.

Raisa melihat bola mata Erik yang menghindar darinya, tentu Raisa mengerti arti dari semuanya. Erik menunjukkan keasliannya dari sifatnya yang selama ini ditunggu-tunggu Raisa.

"Jadi ini sifat aslimu, Erik?"

Raisa lemas setelah Erik memberikan jawaban mengangguk, ternyata Erik tidak sebaik yang dia pikirkan.

"Kamu sudah tau sekarang, hiduplah di sini dengan tujuanmu yang sudah kamu janjikan pada diriku," kata Erik.

Raisa kesal mendengar Erik begitu angkuh dan sombong di depannya, wanita itu memukul-mukul tubuh bagian depan Erik.

"Kamu jahat! Jahat Erik!"

Erik menarik lengan Raisa sangat kencang, tidak peduli jika wanita itu akan kesakitan. Tenaganya kuat mencengkam lengan istrinya.

"Masuk kamu, Raisa!"

Raisa dipaksa masuk ke dalam paviliun yang sudah disediakan olehnya. Tentu, Raisa terpaksa harus menginjakkan kaki memasuki ruangan baru tersebut.

"Lepaskan aku, Erik! Kamu menyakiti aku sekarang!"

Sekuat-kuatnya Raisa ingin terlepas dari Erik. Akan tetapi, Erik begitu kuat dan tidak bisa dilawan.

"SUDAH HENTIKAN TINGKAHMU INI! Aku mau kamu masuk ke dalam kamar!" Suara Erik meninggi membuat Raisa ketakutan.

Paviliun itu isinya sangat mewah, Erik memberikan banyak fasilitas yang memadai untuk Raisa, termasuk beberapa alat olah raga agar wanita itu tidak jenuh, dan Erik juga bisa berolahraga di sana. Bukan hanya televisi, lemari pendingin, meja makan yang terbuat dari kaca menambah kesan elegan. Satu lagi, banyak sekali CCTV dan alarm yang dipasang di atas dinding dan sekitar ruangan itu agar memperlihatkan semua kegiatan Raisa nantinya.

"Lepaskan! Jangan sakiti aku Erik!"

Suara Raisa tidak juga membuat Erik melepaskannya, Erik mengeluarkan satu kain panjang berwarna hitam yang cukup untuk diikatkan.

"Duduk!"

Erik memaksa Raisa duduk di kursi dekat tempat tidur, Raisa terpaksa menuruti suaminya untuk duduk di kursi tersebut.

"Kamu mau apa?" pertanyaan Raisa yang kesekian kalinya untuk Erik. Namun, Erik tidak menghiraukannya.

Erik memperlihatkan kain panjang itu pada Raisa. Raisa juga terheran apa yang akan dilakukan lagi oleh suaminya.

"Gunakan ini. Jangan bergerak!"

Raisa hanya bisa pasrah saat suaminya memakaikan kain panjang itu untuk matanya, sekarang Erik bisa tenang melihat Raisa seperti ini.

"Ini untuk apa?"

Raisa tidak nyaman dengan tindakan Erik yang menurutnya tidak wajar. Sekarang dia ingin melepaskan kain panjang itu dari matanya.

"Jangan lepaskan itu! Setelah kita menikah, syarat untuk menjadi istriku adalah kehidupan dalam kegelapan, matamu akan menjadi buta, maka aku yang akan menjadi matamu."

Raisa merasa Erik konyol, untuk apa penutup mata itu? Bukankah dunia ini sangat indah untuk bisa dilihat? Itu juga sebelum kecelakaan keluarganya terjadi, kehidupan Raisa begitu sangat bahagia, tidak ada satupun yang membuatnya kacau, kecuali saat merindukan seorang ibu.

"Ini kenapa mataku ditutup? Aku punya mata sendiri, kenapa harus menggunakan matamu?"

Erik mengencangkan ikatan penutup mata tersebut agar Raisa tidak mudah melepaskannya. Tangan Raisa tentu gatal ingin melepaskan penutup yang tidak penting itu.

"Ingat tujuanmu menikah denganku, lakukan apa yang menjadi tujuanmu, ikuti aturanku," bisik Erik mendekatkan bibirnya ke dekat telinga Raisa.

Raisa berontak.

Dia berbalik badan ketika tiba-tiba berdiri, memukul sekuat mungkin di mana posisi Erik berada sekarang.

Buk!

"Jangan gila kamu Erik! Aku mau keluar dari sini! Aku tidak perlu menuruti segala yang kamu perintahkan, bukan? Tujuanku sudah hilang ketika tau sifat aslimu ini."

Raisa tidak mau terjebak dalam permainan Erik yang merencanakan hal yang tidak baik padanya, sorot mata Erik yang masih belum terlihat oleh Raisa semakin tajam. Raisa berlari dengan mata yang tertutup. Sehingga Raisa terjatuh.

"Haha, Rasakan itu Raisa! Kamu memang pantas terjatuh! Sudahlah turuti perkataan aku sebelum aku melakukan sesuatu yang membuatmu sakit!"

Erik jelas mengancam Raisa, dengan perlahan Raisa menggerakkan tubuhnya dengan tangan agar tidak tertangkap oleh Erik. Namun, Erik sudah berada di depannya.

"Sekali lagi kamu bersikap seperti ini, Aku akan menghabisi nyawamu!"

Cuih!

Raisa meludahi Erik, "Kamu pria yang jahat Erik! Aku menyesal sudah menikah denganmu, sikap dan sifatmu sangat kasar."

Penyesalan yang mendalam untuk Raisa menjadi awal pernikahan yang tidak dilandasi oleh cinta, mereka hanya bertemu dalam waktu yang singkat satu bulan lebih.

"Rasakan ini!"

Erik menarik rambut pendek Raisa dengan kuat, tangannya kasar seperti ingin melepaskan rambut dari akar kepala Raisa.

"Argh ...."

"Jangan pernah seperti ini lagi Raisa! Ini baru permulaan, kamu bisa merasakan yang jauh lebih kasar lagi, di sini dan ikuti semua yang aku mau. Itu saja masa kamu tidak bisa? Bodoh!"

Erik melepaskan tangannya dari rambut Raisa, terdorong kesakitan Raisa merintih bagian kepalanya.

"Panas! Sakit!"

Raisa mengeluh atas kehidupan barunya yang seperti ini. Dunia yang gelap digariskan oleh suaminya sendiri.

"Di mana dia? Kenapa harus seperti ini? Aku tidak mau hidup dalam kegelapan. Tapi, kalau aku melepaskan kain penutup ini, akan kah dia membunuhku? Aku sangat takut!"

Raisa berpikir ulang untuk melepaskan penutup tersebut. Dia membiarkan penutup hitam itu menempel di matanya. Kakinya berdiri dengan kedua tangan yang meraba dinding. Memastikan dirinya tiba di tempat tidur.

Sedangkan di dalam ruangan lain Erik menonton sebuah video dari laptop, di mana ada Raisa di dalamnya.

"Bagus, sepertinya dia sudah mau menerima apa yang aku lakukan. Dengan begini sangat mudah bagiku membalaskan dendam dan rasa sakit hatiku selama ini!"

Terpopuler

Comments

Deka Satu

Deka Satu

nice karya

2024-03-29

0

Deka Satu

Deka Satu

erik kamu jahat, i hate you bgt

2024-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!