"Pergi kamu dari rumah" Usir Bianca, ibu tiri Sarah. Begitulah, Sarah terpaksa pergi dari rumah sendiri. Bukan hanya Bianca yang kejam, tetapi adik tiri Sarah pun selalu mengganggu hubungan percintaan Sarah dengan Rafi sang guru SMK di sekolah.
Di tengah perjalanan, Sarah bertemu dengan gadis tengil yang bernama Salma. Wajah Sarah dengan Salma mempunyai kemiripan 100 persen. Namun, jika Sarah wajahnya glowing, Salma berwajah kusam.
Rupanya, Salma pun kabur dari rumah lantaran menolak ketika dipaksa menikah dengan guru matematika yang bernama Haris. Salma lantas mempunyai ide gila, mengajak Sarah tukar tempat. Tukar tempat, itu artinya Sarah sudah siap menggantikan Salma menikah dengan Haris.
"Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cintaku Ditukar Siswi Kembar. Bab 16
"Ibu..." Haris memotong ucapan bu Keisih, kala menyebut hal yang tabu. Sebab, Haris tahu jika Sarah menunduk cepat, tentu saja malu mendengarnya.
"Hehehe... maaf Nak Salma... sekarang minum dulu," Bu Keisih mengalihkan, kemudian mendekatkan minuman di depan Sarah.
"Terimakasih Bu"
Mereka berbincang-bincang sambil minum, ditemani rengginang. Lebih tepatnya Sarah dengan Keisih yang ngobrol. Sedangkan Haris hanya diam mendengarkan.
Waktu sudah sore, Sarah pun pamit pulang. Sejak perdebatan tadi, selalu menghindari kontak mata dengan Haris.
"Sudah mau magrib Salma, sebaiknya kamu menginap di sini saja" Keisih mengajak Sarah makan malam bareng.
"Ibu tadi masak jengkol sama goreng ikan asin loh" imbuh bu Keisih. Wanita itu bukan sekedar basa basi tetapi memang apa adanya.
"Lain kali ya Bu..." Sarah mengatakan hari ini belum belajar padahal besok ada pr. Ingat pr, Sarah lantas menatap Haris, karena pr tersebut tugas darinya.
"Haris... sebaiknya kamu antar Sarah" ucap bu Keisih ketika mengatar Sarah ke teras rumah, bersama Haris tentunya.
"Dia tidak mau Bu..." jujur Haris. Dia memang hendak mengantar pulang tetapi Sarah lagi-lagi menolak.
"Tidak apa-apa Bu... kan tidak jauh..." Saras hendak menarik motornya tetapi dengan cepat Haris mendahului.
"Kamu yakin Sal, mau pulang sendiri?" Haris memastikan. Barang kali Sarah berubah pikiran mau dia antar. Tetapi Sarah keukuh menolak.
Haris hanya bisa memandangi motor Matic tersebut hingga jauh meninggalkan rumahnya.
Sementara Sarah melaju sedang menuju kediaman Asyima. "Mama belum pulang Bi?" Tanya Sarah ketika sudah tiba di rumah.
"Belum Non"
****************
Malam harinya di dalam kamar, Sarah telungkup di kasur. Sejak pulang dari rumah Haris, dia banyak melamun. Rupanya perjodohan itu Asyima yang punya rencana. Sebenarnya Sarah hendak membatu Salma menggagalkan pernikahan tersebut. Tetapi mana mungkin Sarah tega melihat mama Salma bersedih? Tentu saja ini yang menjadi pertimbangan Sarah.
"Salma... Mama sudah berunding dengan Keisih, pernikahan kalian cukup dihadiri keluarga terdekat Nak" Asyima ingin pernikahan putrinya diadakan sederhana saja. Ketika lulus nanti baru kemudian mengadakan pesta.
"Terserah Mama saja," Hanya itu jawaban Sarah. Tidak ada kata lain, selain menerima pernikahan ini. Asyima lalu membahas panjang lebar tentang akad nikah dan lain sebagainya.
"Sebaiknya kamu tidur Nak, besok sekolah," titah Asyima, setelah selesai membahas tuntas rencana pernikahan yang tinggal setengah bulan. Asyima lalu mencium pipi Sarah sebelum ke luar kamar.
Lelah. Itu yang dirasakan Sarah, kemudian tidur.
Keesokkan harinya, seperti biasa. Sarah tiba di sekolah lebih awal, begitu juga dengan Haris. Tetapi tidak seperti hari-hari sebelumnya, Sarah biasanya menyapa Haris dengan rasa hormat sebagai guru. Tetapi kali ini setelah turun dari motor hanya salim tangan Haris lalu melenggang pergi menuju kelas.
"Anak itu rupanya benci sekali padaku. Apa benar, dia sudah punya pacar? Akan aku selidiki," Batin Haris yang masih berada di atas motor.
Haris pun masuk ke ruang guru, tidak lama kemudian guru wanita datang. "Selamat pagi Pak Haris..."
"Selamat pagi..." Haris yang tengah menyiapkan materi untuk bahan mengajar pagi ini menatap guru yang berjalan ke arahnya. Ada perasaan tidak nyaman, lantaran guru tersebut menyukai Haris sejak lama. Apa lagi mereka hanya berdua.
"Pak Haris mau minum apa?" Wanita itu mencari perhatian Haris.
"Tidak usah bu, sudah minum" tolak Haris sopan. Datang guru lain tentu saja sebagai penyelamat, Haris bernapas lega.
Suara gaduh di dalam kelas Sarah, hingga terdengar dari kantor. Meja belajar mereka jadikan musik, di sertai suara seperti kaset rusak. Tiga siswa teman-teman tongkrongan Salma bahkan joget di atas meja.
Tanpa mereka sadari di tengah pintu Haris meneliti mereka satu persatu. Salah satu teman mereka memberi kode. Setelah sadar, berlari ke tempat duduk masing-masing.
"Kalian bertiga, setelah pulang sekolah membersihkan lapangan basket," Perintah Haris, sebagai hukuman tak mau dibantah.
Kelas menjadi sepi hanya bisa saling pandang. Doa di bacakan salah satu siswa atas perintah Haris. Kemudian dilanjutkan mengajar.
Sesekali Haris melempar tatapan kepada Sarah yang tengah mengerjakan soal tanpa tengok kanan kiri. Dengan menggendong dua tangan di punggung bawah. Haris melewati meja-meja Siswa siswi. Ketika melewati di mana Sarah duduk, Haris berhenti. Pura-pura melihat kertas yang di kerjakan Sarah.
Siku menyenggol lengan Sarah, tangan siapa lagi jika bukan Hani. Sarah lalu mendongak menatap Haris. Sedetik kemudian, mata mereka bertemu. Jika Sarah segera melanjutkan mengerjakan tugas. Haris bergegas ke depan.
Hari berganti. Semenjak Saat itu, Sarah lebih banyak diam. Bukan menyalahkan Haris, Salma, maupun menyalahkan keadaan. Tetapi lebih mengoreksi diri sendiri. Semua terjadi karena ulahnya, dan sudah siap mengambil keputusan.
*****************
Dua minggu kemudian, waktu yang ditentukan telah tiba. Di lantai bawah, pernikahan yang hanya dihadiri kerabat dekat tengah berlangsung
"Sah"
Sayup-sayup terdengar kata 'sah' dalam kamarnya, Sarah tidak ada berhentinya menangis. Dia takut karena yang Haris tahu dirinya adalah Salma, dan pada akhirnya akan minta hak. Walaupun semua sepakat tidak akan melakukan sebelum lulus sekolah.
Sarah heran, mengapa orang tua Salma bersikap aneh. Apa maksudnya anaknya di suruh menikah terburu-buru, toh pada akhirnya menunggu sampai lulus juga. Setiap kali Sarah bertanya jawaban Asyima "Haris kan tampan, nanti keburu mencintai orang lain"
"Jangan menangis terus Non... riasanya luntur," MUA sudah berapa kali membetulkan riasan wajah Sarah, tetapi rusak.
"Biar saja luntur, Mbak. Saya lebih baik tidak usah dirias," Sarah berkata serak, menarik tissue di depannya. Keranjang sampah kecil pun penuh dengan tissue bekas air mata, lalu melempar ke tempat tersebut.
Terdengar pintu dibuka, di sertai alas kaki, melangkah tergesa-gesa menghampiri Sarah. Dia adalah Asyima. Hingga ijab kabul selesai, putrinya tidak juga ke lantai bawah. Maka ia ke kamar.
"Salma... maafkan Mama sayang... tolong jangan membuat Mama semakin bersalah, Nak" Asyima mengangkat tangan. Jari telunjuknya mengusap air bening yang mengalir di pipi Sarah.
Sarah menatap wanita di depanya selalu tidak tega, dan pada akhirnya mengangguk.
"Sekarang kita ke bawah, mulai saat ini kamu sudah sah menjadi istri Haris," Ucap Asyima.
...Bersambu...
terimakasih kembali author
ditunggu karya selanjutnya
iklan mendarat y kak