NovelToon NovelToon
"My Love...." LILY

"My Love...." LILY

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Aku membacanya di sebuah buku, bunga Lily memiliki pesona yang manis dan lugu, mungkin itulah yang membuat dia jatuh cinta padaku.
Lily biru memiliki arti kesetiaan dan kepercayaan, mungkin inilah yang menginspirasinya untuk selalu menungguku.

Takdir mempertemukannya dengan Reiner.
Lily dan Reiner saling mencintai, namun takdir juga yang memisahkan mereka.
"Apa salah kita Li, kita hanya jatuh cinta".
"Kamu dan aku tidak salah, yang salah adalah waktu, karena kita bertemu diwaktu yang salah".

Disaat itulah Leo datang mengobati Lily.
"Dulu kamu menungguku bertahun tahun untuk aku datang padamu, kali ini maafkan aku membuatmu menunggu lagi...."

Tiger Lily memberi makna kepercayaan diri.
Lily, I dare you to fall in love.
And, I dare you to love me.

Full of love from me,
Author

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Perpisahan

Rutinitasku mulai kembali seperti aku dulu pacaran dengan Reiner, kami akan makan siang bersama di kampus kadang dengan teman-temanku atau teman-temannya.

Mengantar jemputku ke tempatku bekerja. Cuma saat ini kadang Reiner makan malam di rumah, untuk membuktikan bahwa Reiner bisa memegang janjinya ke mamanya. Hari kencan kami adalah hari Minggu dengan jam malam tentunya, karena Reiner tidak akan menginap dikostku dan pulang ke rumah.

Hari Minggu itu aku malas keluar kost, jadi kami menghabiskan waktu bersama di kamar kostku dan hanya keluar untuk makan disekitar kost saja.

Saat langit mulai gelap, Reiner mulai bermesraan denganku, kami berciuman, tangannya mulai masuk kedalam bajuku, lalu melepaskan kaosku. Ia membawaku ke tempat tidur, membuka bajunya, lalu mulai mencium setiap inci tubuhku.

Ya, aku juga merindukan sentuhan dan ciumannya.

Saat kami akan melakukan hubungan intim, ia mau memasukkannya tanpa alat pengaman, kudorong Reiner menjauh.

"Reiner", kataku dengan nada tegas.

"Ayolah Li, sekali saja", kata Reiner.

"Reiner" teriakku menolaknya.

"Baiklah", ia pun memakai pengaman sebelum kami melanjutkan berhubungan intim.

Setelah selesai melakukannya, ia menyelimutiku, dan kami saling berpelukan. Lalu Reiner mengatakan hal gila menurutku,

"Kadang aku berharap kamu hamil Li".

"Reiner", kataku sambil melotot kepadanya.

"Sungguh Li, dengan begitu aku bisa cepat menikahimu, dan mamaku tidak mungkin menolak keturunannya".

Semenjak aku menyerahkan keperawananku pada Reiner, aku menggunakan alat kontrasepsi, jadi meskipun Reiner tidak menggunakan pengaman, seharusnya kami melakukannya dengan aman. Cuma kadang aku masih takut, jadi aku meminta Reiner untuk selalu menggunakan pengaman.

"Rei kamu tau kan aku menggunakan kontrasepsi", jawabku pada Reiner.

"Ya aku tau, mamaku mungkin pingsan kalau aku mengatakan telah menghamilimu", kata Reiner sambil tersenyum.

"Tapi Li maukah kamu mempertimbangkannya, mari kita menikah dan memiliki anak Li".

"Rei, kamu sebenarnya tau itu hanya akan menambah masalah baru bukan, itu bukan solusi Rei, mari kita melakukannya dengan benar sesuai keinginan mamamu Rei".

"Ya Li, aku mencintaimu Li"

Lalu Reiner mencium bibirku lagi, mengelus punggungku dan memintaku bermain lagi memuaskannya.

Setahun berlalu, hubungan kami sejauh ini baik-baik saja, meskipun aku belum pernah menemui mama Reiner lagi.

Saat ini aku sedang bimbingan menyusun skripsiku. Berbeda denganku, Reiner masih mengambil beberapa mata kuliah dan belum bisa memulai bimbingan skripsi.

Penyusunan skripsiku juga berjalan lancar.

Sepertinya aku sedang menghabiskan keberuntunganku, karena sejauh ini semuanya berjalan sangat baik.

Di hari wisudaku, om dan tante yang menggantikan kursi kedua orangtuaku.

Reiner membawakanku bunga, aku mengenalkan Reiner pada keluargaku dan kami makan siang bersama.

Om dan tanteku langsung pulang kembali ke kampung halaman setelah makan siang, sedangkan Reiner menemaniku sampai malam.

Saat kami sedang makan malam dikostku, Reiner berkata,

"Li, aku mendapat WA dari mama, mama meminta aku mengundangmu untuk makan siang bersama di hari Minggu, minggu depan".

"Ada acara apa Rei?", tanyaku.

"Mama ulang tahun hari Rabu depan, tapi agar kakak dan keluarganya bisa ikut berkumpul, maka mama mengadakan acara makan siangnya hari Minggu".

"Apa benar tidak apa apa jika aku datang? Aku takut malah membuat suasana jadi tidak enak Rei".

"Tidak apa apa Li, apapun yang terjadi kita sudah berjanji untuk selalu bersama kan Li?".

"Ya Rei".

"Jadi cepat atau lambat maka kita akan menghadapinya bersama, benar kan Li", Reiner memintaku untuk menjawabnya.

Aku tau Reiner takut aku mundur lagi, dan merasa tidak percaya diri lagi.

"Ya Rei", jawabku sambil tersenyum.

"Aku mencintaimu Li".

"Aku juga mencintaimu Rei".

Lalu kami berpelukan, kemudian Reiner mencium bibirku dengan lembut.

Hari itupun tiba, Reiner menjemputku lalu membawaku ke rumahnya. Saat aku tiba, keluarga Reiner sedang duduk bersantai di ruang tamu. Aku menyapa dengan sopan kepada mama Reiner, kakak perempuan Reiner dan suaminya juga keponakan Reiner. Tidak seperti yang aku takutkan semuanya sejauh ini baik-baik saja.

Reiner selalu memegang tanganku, mungkin ia ingin memberikan kekuatan kepadaku.

Karena semua anggota sudah hadir, mama Reiner mengajak kami berpindah ke ruang makan untuk makan siang.

Saat makan siang mama Reiner membuka obrolan dengan berbicara kepadaku,

"Selamat ya Lily kamu sudah wisuda".

Lalu kakak Reiner dan suaminya juga memberikan selamat kepadaku, aku mengucapkan terima kasih kepada mereka semua.

"Apa rencanamu selanjutnya Lily, apa kamu tidak ingin mempertimbangkan sekolah lagi?".

"Mungkin aku mencari pekerjaan dulu tante, sambil mencari beasiswa untuk melanjutkan sekolah", jawabku sesopan mungkin.

"Jika tante menawarkan untuk membiayai sekolah dan keperluan di luar negri apa kamu tertarik? Tapi tante mau kamu menukar ini dengan kebebasan Reiner", mama Reiner berkata dengan tegas kepadaku.

"Mama!" Reiner berteriak kepada mamanya, sambil bangkit dari duduknya, kutahan tangan Reiner agar ia menahan emosinya.

"Maafkan mamaku Lily, tapi mungkin sebaiknya kamu pulang dulu", kakak perempuan Reiner berkata selembut mungkin, berusaha menenangkan situasi.

Aku mengangguk kepada kakak Reiner, memberi tanda bahwa aku mengerti maksudnya.

Tetapi mama Reiner melanjutkan pembicaraannya,

"Rei apa kamu masih berharap untuk menikahinya, apa karena itu kamu menidurinya untuk membuatnya hamil?!"

"Kamu kira mama tidak tau kelakuanmu Rei!", teriak mama Reiner.

"Mama keterlaluan, apa mama tidak mendengar kata-kata mama barusan, mama tidak pantas berkata seperti itu pada Lily!!".

"Aku akan menikahinya, kalau perlu aku akan membuatnya hamil agar mama tidak bisa memisahkan kita!!", Reiner balas berteriak kepada mamanya.

Aku hanya bisa duduk mengeluarkan air mata, kakiku lemas, aku tau aku harus keluar dari sini.

Aku berusaha menenangkan Reiner dan mengajaknya keluar bersamaku, tapi Reiner dan mamanya masih saling berteriak satu sama lain, aku seperti sudah tuli, kepalaku berputar entah kenapa aku seakan akan tidak bisa mendengar apapun, hanya ada keheningan, aku hanya bisa melihat mereka saling berteriak.

Lalu kulihat mama Reiner jatuh pingsan, Reiner yang berada paling dekat jaraknya segera menggendong mamanya dibantu suami kakaknya, mereka segera pergi ke rumah sakit.

Sebelum kakak Reiner pergi menyusul Reiner dan suaminya, ia berkata:

"Maafkan kata-kata mamaku Lily".

Selama beberapa menit aku hanya bisa berdiri mematung, aku melihat rumah Reiner dan berkata pada diriku sendiri, aku datang ke rumah ini dengan harapan segalanya berjalan dengan baik, namun sepertinya keberuntunganku sudah habis terpakai, aku tidak menyangka akan berdiri sendirian di ruangan ini.

Akupun pulang ke kostku memutuskan untuk menemui Reiner dan keluarganya di rumah sakit besok.

Beberapa jam kemudian, Reiner mengirimiku pesan singkat, yang menceritakan mamanya terkena stroke dan harus segera di operasi, ia juga meminta maaf kepadaku atas kejadian tadi.

Siang harinya aku sudah tiba di rumah sakit dengan sebuket bunga di tanganku. Kulihat wajah Reiner begitu kusut, ia juga masih memakai baju yang sama dengan kemarin. Begitu pula dengan kakak perempuan Reiner.

Begitu melihatku, Reiner langsung memelukku, aku melepaskan pelukan Reiner merasa tidak enak dengan kakak Reiner.

Lalu kakaknya menghampiriku, berkata:

"Jangan khawatir, operasinya berjalan lancar, untuk sementara aku yang akan menerima bunga ini ya Li", katanya sambil tersenyum.

"Terima kasih kak", jawabku pelan.

"Boleh aku minta tolong Li, tolong bawa Reiner pulang, dia harus mandi dan makan, setelah itu baru dia boleh ke sini lagi", kakak Reiner berkata padaku dengan lembut.

"Kakak juga butuh beristirahat kak", kata Reiner pada kakaknya.

"Ya aku akan pulang untuk beristirahat setelah kamu kembali lagi kesini", kakaknya berkata.

Lalu ia menoleh padaku dan berkata lagi,

"Aku serahkan Reiner padamu ya Li".

"Baik kak", hanya itu yang bisa kuucapkan.

Aku dan Reiner pulang ke rumahnya.

Saat aku tiba di rumah Reiner, aku teringat kejadian semalam. Mungkin Reiner bisa menebak perasaanku, ia mempererat genggaman tangannya dan menuntunku ke arah kamarnya.

"Tunggu sebentar ya Li aku akan mandi dulu".

Ini pertama kalinya aku melihat kamar Reiner. Aku melihat buku-buku, beberapa foto Reiner bersama keluarganya dari kecil hingga sekarang membentuk kolase yang indah. Aku juga melihat foto Reiner dan teman-temannya, juga foto kami berdua.

Saat melihat foto itu, aku teringat akan kenangan dihari foto itu diambil, itu terjadi pada saat perayaan 1 tahun jadian kami. Aku meneteskan air mata, lalu berusaha mengatur emosiku, ini bukan saatnya aku menangis. Ini saatnya menunjukkan aku baik-baik saja dan akan selalu baik-baik saja, agar Reiner pun tenang.

Setelah Reiner selesai mandi, ia mengajakku makan di salah satu cafe yang searah dengan jalan menuju rumah sakit.

Kami duduk berdampingan, baik aku dan Reiner sama sama tidak berselera makan, jadi kami hanya memesan sandwich.

Kami banyak terdiam, mengeluarkan kata kata seperlunya saja dan hanya berpegangan tangan.

Saat tiba di rumah sakit, kakak Reiner pamit kepada kami berdua untuk pulang. Mama Reiner pun sudah dipindahkan ke ruangan perawatan.

Sebelum Reiner masuk ke dalam ruangan mamanya, ia memelukku erat, mencium pipiku, dan masuk ke dalam ruangan tanpa berbicara sepatah kata padaku.

Aku mengintip dari jendela pintu ruangan, kulihat Reiner memegang tangan mamanya sambil menunduk.

Aku tau inilah saatnya aku benar-benar melepaskan Reiner.

1 Minggu berlalu, setiap hari aku mengunjungi mama Reiner di rumah sakit, tapi aku tidak berani masuk ke dalam ruangannya. Setiap hari aku membawakan bunga untuk mama Reiner.

Beberapa kali aku melihat Reiner menyuapi mamanya, aku bahkan tidak berani memberitahu Reiner kalau aku di rumah sakit, aku hanya akan menitipkan buket bunga pada suster yang berjaga.

Reiner masih setiap hari meneleponku, memberi tau perkembangan mamanya.

Di minggu ke 2, mamanya sudah semakin membaik dan dibolehkan pulang.

Reiner berkata akan datang ke kostku setelah membantu mamanya makan siang.

"Hai Li", kata Reiner sambil tersenyum saat aku membukakan pintu kamar kostku. Aku dapat melihat wajah letih karena kurang tidur, saat memandangnya.

Reiner langsung masuk, menutup pintu kamarku, lalu memelukku erat.

"Aku kangen kamu Li, terima kasih untuk bunga bunga yang kamu kirimkan untuk mamaku".

Lalu ia mencium bibirku dengan lembut, aku merasakan kerinduannya saat kami berciuman.

Kuajak Reiner duduk diatas tempat tidurku.

Reiner memandang isi kamarku yang mulai kosong, ya aku bisa menebak pikirannya.

"Jangan bilang kamu akan pergi Li", kata Reiner dengan muka yang sendu.

"Rei, kamu tau kalau aku tidak mungkin membuatmu memilih antara aku dan mamamu kan Rei", kataku sambil menangis.

"Aku tidak bisa melepaskanmu Li, aku bisa hancur jika kamu pergi", aku bisa melihat mata Reiner mulai berkaca-kaca saat mengatakan itu kepadaku.

"Rei kamu kuat, kamu orang terhebat yang pernah aku kenal, buktinya kamu yang dulu dengan sekarang sangat jauh berbeda, sekarang kamu mengenal kata tanggung jawab dan kamu membuktikannya disetiap langkahmu".

Kami sama sama terdiam, mengetahui ujung pembicaraan ini.

"Aku tau ini sulit Rei, tapi kamu tidak sendiri, ada keluargamu yang akan selalu menguatkanmu Rei"

Reiner sudah meneteskan air mata.

"Apa salah kita Li, kita hanya jatuh cinta".

"Beri aku waktu 2 tahun untuk membuktikan bahwa aku bisa menggantikan posisi mamaku tanpa perlu bantuan siapapun.... tidak Li, beri aku waktu 1 tahun untuk aku mewujudkan mimpi mamaku....Setelah itu aku akan mencarimu Li".

Aku menahan air mataku, mengangkat wajah Reiner, berkata :

"Rei jangan mencoba mencariku lagi, kamu tau kita sudah mencoba bersama 1 tahun belakangan ini, dan sekarang inilah saatnya, akhir dari jawaban pertanyaan kita Rei".

Aku menghapus air matanya, sambil aku sendiri menahan tangisanku, aku harus terlihat tegar dan baik baik saja.

"Tidak Li, beri aku waktu Li, kamu boleh membuka hatimu untuk siapapun, jika kamu berbahagia dengan orang itu maka aku akan merelakanmu, tapi jika kamu masih sendiri saat itu biarkan aku masuk dalam kehidupanmu lagi Li".

"Tolong Li berjanjilah padaku".

Aku memeluk Reiner mengelus punggungnya dan berkata,

"Hei crybaby, akulah yang harus kamu tenangkan bukan sebaliknya", aku berusaha bercanda dengannya untuk mencairkan suasana.

"Apa salah kita Li, kita hanya jatuh cinta".

"Kamu dan aku tidak salah Rei, yang salah adalah waktu, karena kita bertemu diwaktu yang salah".

"Aku tau di masa depan kamu akan menjadi orang yang hebat, lupakan aku Rei".

Reiner menangis dalam pelukanku, akupun sebenarnya menahan air mataku, sesekali aku menghapus air mata di ujung mataku agar tidak jatuh membasahi pundak Reiner.

Kami berpisah malam itu dengan pelukan dan ciuman terakhir.

Aku tau aku akan benar-benar akan meninggalkan Reiner kali ini, aku tidak berani menerka-nerka isi kepala Reiner.

Setengah dari hatiku berharap ia akan menemukanku kembali di masa depan, tapi setiap kali pikiran itu terlintas di pikiranku, aku berusaha menyingkirkannya.

1
Whyro Sablenk
mkch thor...
crtnya bagus, ending-nya bikin nyesek, harusnya bikin ending mereka bs bersama lg thor...
fien: endingnya diambil dari kisah nyata ditambahkan bumbu2 menjadi karya fiksi kak 🥰
terima kasih kak untuk dukungannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!