NovelToon NovelToon
PESONA ADIK ANGKATKU

PESONA ADIK ANGKATKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Dalam keluarga yang harmonis, hidup seorang pemuda bernama Raka. Meski bukan saudara kandung, dia memiliki hubungan dekat dengan adik angkatnya, Kirana. Mereka tumbuh besar bersama, berbagi suka dan duka layaknya saudara sesungguhnya.

Namun seiring berjalannya waktu, Raka mulai memandang Kirana dengan cara yang berbeda. Kecantikan dan kemanisan gadis itu mulai membuatnya terpesona. Perasaan terlarang itu semakin membuncah, mengusik hubungan persaudaraan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17 Reaksi Mengejutkan

Setelah sesi konseling yang menguras emosi itu, Raka merasa seperti separuh jiwanya telah terkuras habis. Mengungkap semua obsesi terlarang dan fantasi vulgarnya tentang Kirana benar-benar bagaikan menelan ribuan jarum beracun yang mengoyak ulu hatinya tanpa ampun.

Dengan langkah terseok, Raka keluar dari ruangan Dr. Rahmat dengan kepala tertunduk lesu. Seluruh tubuhnya bergetar seperti kayu lapuk yang ringkih. Dia merasa seperti makhluk paling hina di muka bumi akibat pengakuan memalukan obsesi menjijikkannya barusan.

"Seharusnya aku dibunuh saja daripada hidup sebagai manusia serendah ini...," gumamnya parau ditengah isak tangis yang memilukan.

Ketika melintasi koridor rumah sakit jiwa itu, mendadak langkah gontai Raka terhenti. Matanya membelalak syok mendapati sosok yang tak pernah disangkanya akan muncul di tempat seperti ini.

"Ki... Kirana...?"

Untuk sesaat, waktu seperti terhenti di sekeliling Raka. Jantungnya berdentum keras seperti gendang yang ditabuh brutal. Sosok Kirana berdiri di ujung koridor sana dengan tatapan nanar, seolah baru saja menyaksikan penghinaan terbesarnya di dunia ini.

"Jadi inikah... penyimpangan terlarang mu selama ini, Kak?" Suara Kirana bergetar dengan sorot terluka yang membekukan. "Kau memang benar-benar monster keji yang pantas untuk dikurung!"

Raka terhuyung dengan nafas tersengal mendengar kata-kata pedas adiknya itu. Bulir-bulir keringat dingin sebesar biji jagung membanjiri keningnya yang berkerut.

"Ki-Kirana... Ini tidak seperti yang kau kira...," cicitnya terbata dengan kepayahan luar biasa.

"Apa lagi, hah?! Aku sudah mendengar semuanya barusan!" Kirana membentak keras dengan air mata berlinang di pipinya. "Bahkan di saat kau menjalani rehabilitasi, kau masih saja dibayangi obsesi menjijikkan tentangku!"

Raka terhuyung mundur dengan tubuh bergetar hebat. Pengakuannya barusan ternyata didengar langsung oleh Kirana! Dia merasa seperti ditikam beribu-ribu belati berkarat tepat di ulu hatinya.

"Kirana... Kumohon, beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya...," Raka terbatuk dengan pedih, berusaha menggapai sang adik yang kini berbalik memunggunginya.

Namun Kirana menepis tangannya dengan gestur murka yang menyayat kalbu. "Brengsek kau, Raka! Aku benar-benar muak hanya dengan menatap wajah lacur itu!"

"Kirana... Jangan pergi... Kumohon...," Raka meraung putus asa saat melihat tubuh adiknya mulai berlalu dengan langkah terhuyung menjauh.

Namun Kirana bahkan tak menoleh untuk yang terakhir kalinya. Segalanya sudah terlanjur hancur berkeping-keping di antara mereka berdua. Menyaksikan pengakuan obsesi terlarang Raka tentang dirinya, membuat segala kepercayaan Kirana pada sang kakak lenyap tak bersisa.

Yang tersisa kini hanyalah luka menganga di hati keduanya. Mungkin tak akan pernah tersembuhkan atau terpikirkan lagi untuk selama-lamanya...

Raka terduduk lemas di koridor yang sepi itu. Meraung histeris dalam tangis putus asanya. Dia tahu, reaksi Kirana yang mengejutkan ini mungkin baru saja merenggut kesempatan terakhirnya untuk mendapatkan pengampunan dari sang adik. Menutup rapat pintu maaf untuk selama-lamanya...

...

Raka terpaku di tempatnya berdiri, tubuhnya bergetar hebat seolah seluruh tulangnya dilumpuhkan. Kedatangan Kirana yang mengejutkan, disusul dengan caci makian dan tatapan penuh kemarahan dari sang adik, telah mengoyak pertahanannya hingga ke relung jiwa terdalamnya.

"Ki-Kirana... Kumohon... dengarkan dulu penjelasanku..." Suara Raka terdengar parau dan memohon di tengah isak tangisnya yang memilukan. Namun Kirana bahkan tak lagi menoleh ke arahnya.

"Jangan pernah mencoba mendekatiku lagi, monster!" desis Kirana penuh murka. "Kau memang pantas dikurung di balik jeruji besi seperti binatang buas!"

Kata-kata pedas itu menghujam Raka seperti ribuan anak panah beracun yang mengoyak jiwanya tanpa ampun. Dia berusaha mengulurkan tangan untuk menggapai kepergian Kirana, namun urung ketika sorot mata adiknya yang terluka menatapnya dengan muak.

"Kirana... A-aku mohon... Jangan seperti ini... Biarkan aku jelaskan semuanya...," Raka terbatuk di sela tangis tersedu-sedu.

Namun Kirana bahkan tak lagi berkata-kata. Tubuh rampingnya membeku sesaat, sebelum akhirnya berbalik pergi dengan langkah terseret penuh kepedihan. Meninggalkan Raka yang tergopoh-gopoh berusaha menyusulnya.

"Jangan pergi, Kirana!!! Kumohon... Kumohon... Ini adalah satu-satunya kesempatanku untuk..." Raka menjerit putus asa.

BRAKK! Tubuhnya menubruk pintu kaca yang tertutup ketika dia berusaha mengejar kepergian Kirana. Alarm keamanan rumah sakit pun menggema memekakkan telinga.

Dua petugas keamanan segera menangkap dan menguncinya dalam cengkeraman kuat. Namun Raka tetap meronta bagaikan kerasukan, mencoba untuk menggapai Kirana yang telah berlalu pergi meninggalkannya dalam kekecewaan paling pahit.

"Kirana!!! Jangan pergi, Kirana!!! Kumohon... Ini satu-satunya kesempatanku untuk menebus semuanya!!!" Raka meraung histeris dalam genangan air matanya yang membasahi koridor.

Alarm keamanan masih menggema memekakkan, bebaur dengan jeritan pilu pemuda malang itu. Petugas-petugas keamanan terus berusaha mengendalikannya yang memberontak bagaikan kerasukan. Salah seorang perawat bahkan harus menyuntikkan obat penenang melalui jarum suntik agar Raka tenang.

Kesadaran Raka perlahan mulai memudar. Namun di detik-detik terakhirnya, dia masih sempat menatap ke arah lorong tempat Kirana menghilang dengan pandangan memohon. Satu-satunya kesempatan terakhirnya untuk memohon ampun pada sang adik telah lenyap untuk selama-lamanya...

Ketika obat penenang itu membawanya terperosok dalam kegelapan tak sadarkan diri, Raka bisa merasakan sebagian jiwanya ikut terkubur dalam. Membuat lubang menganga yang tak mungkin lagi tersumbat sampai akhir hayatnya nanti. Kepergian Kirana diiringi tatapan kecewa terluka itu sudah merenggut separuh hidupnya yang tersisa.

Pemuda malang itu hanya bisa berharap masih ada sisa asa untuk memohon ampun kelak, ketika dia kembali membuka matanya suatu hari nanti... Dalam ketidaksadaran yang melingkupinya, raungan pedih Raka bergema untuk sang adik yang lenyap ditelan gelapnya malam.

...

Raka terbangun dengan kepala berdenyut-denyut hebat, seolah habis dihantam godam besar. Pengalaman mengerikan saat Kirana muncul dan menyaksikan pengakuan obsesi terlarangnya itu kembali berputar dalam ingatannya bak kaset rusak yang dikuliti.

Tatapan terluka Kirana, makian penuh murkanya, lalu kepergiannya yang memilukan, semuanya tervisualisasi hidup di pelupuk mata Raka hingga membuatnya meringis pedih. Denyut nyeri di kepalanya kini berpadu dengan raungan sakit yang melingkupi relung jiwanya.

"Kirana... Apa yang telah kulakukan?" Dalam isak tangisnya yang memilukan, Raka meratap penuh penyesalan.

Seharusnya dia tidak gegabah mengungkapkan obsesi terlarangnya tentang sang adik dalam sesi konseling tadi. Bagaimana mungkin dia bisa setega itu, hingga membiarkan Kirana menyaksikan kebusukannya sampai semengerikan itu?

"Aku benar-benar monster tak berperikemanusiaan!" Raka memukul kepalanya berkali-kali dalam penyesalan membakar. "Semestinya aku sadar, Kirana pasti akan syok setengah mati sampai tak mau lagi melihat wajahku!"

Lamunan Raka terganggu ketika suara pintu kamar terbuka. Dr. Rahmat melangkah masuk dengan raut wajah cemas.

"Kondisimu sudah mulai membaik, Raka? Aku minta maaf atas kejadian tadi," ujar sang dokter dengan nada khawatir.

Raka menggeleng lemah dengan sorot memelas. "Saya yang seharusnya meminta maaf, Dok. Kirana pasti sangat kecewa padaku sampai bertindak senekat itu..."

"Dia memang syok setelah mendengar pengakuanmu tentang obsesi menjijikkanmu soal dirinya. Itulah kenapa dia bertindak diluar kendali seperti itu," Dr. Rahmat menghela nafas panjang.

"Aku benar-benar sudah kehilangan segalanya, Dok... Dia pasti tidak akan pernah sudi memaafkanku lagi setelah ini..." Raka memejamkan mata dengan lelah.

"Tidak sepenuhnya begitu, Raka. Kirana memang kecewa luar biasa. Tapi aku yakin di lubuk hatinya yang terdalam, dia masih sedikit membuka pintu harapan untukmu."

Raka mengernyit menatap sang dokter dengan sorot memohon. "Benarkah, Dok? Masih adakah kesempatan untuk aku meluruskan segalanya di hadapan Kirana?"

Dr. Rahmat mengangguk meyakinkan. "Kita tidak akan pernah tahu selama belum mencobanya. Yang jelas, kau harus berjuang sekuat tenaga untuk menebus segalanya di matanya!"

Seulas senyum tipis mengembang di wajah Raka yang sembab oleh air mata. "Terima kasih, Dok. Anda benar, saya tidak boleh menyerah hingga titik darah penghabisan!"

Sang dokter tersenyum bijak. "Tapi sebelum itu, sebaiknya kau beristirahat dulu untuk memulihkan kembali keadaan jiwamu yang masih rapuh ini, Raka."

Raka mengangguk menurut sambil memejamkan mata. Memori tentang kepergian Kirana masih membekas jelas, mengukir luka baru di jiwanya. Namun tekadnya untuk berjuang demi mendapatkan pengampunan sang adik telah membaja lebih kuat daripada sebelumnya.

Dengan perjuangan panjang membersihkan diri dari obsesi terlarang itu, Raka yakin suatu saat kelak dia akan mampu menghadap Kirana dengan jiwa jernih. Dia akan memohon ampun meski hanya untuk menutup kisah kelam mereka dengan ending yang sesungguhnya.

Reaksi mengejutkan Kirana saat itu memang telah membuka luka baru di hatinya. Namun bukanlah Raka jika dia menyerah sampai di sini. Seberapa sulit pun jalan yang menghadang, dia harus tetap melangkah tanpa mengenal surut untuk menemui sang adik...

...

1
Almaa
kemilau hppyEnd, thanks sehat slalu thor🙆🏻‍♀️
Almaa
/Blackmoon/
Almaa
<3
dan
wah ini raka nya mesum🤣
Almaa
nyesekkk bgt jadi Kirana, until ifeel that:/
dan
menarik ceritanya
Almaa
greged/Blackmoon/
Almaa
sangat interesting thor🌚
Anonymous
👍👍👍
Anonymous
👍
Anonymous
semangat thor
Anonymous
bagus ceritanya
Anonymous
👍
yong leee
lanjut thor
remember
bagus
remember
seru
penakosong18
🔥🔥
penakosong18
lanjut tor
HRN_18
halo raeder semua,jangan lupa tinggalkan vote kalian ya🥰😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!