Married Via Audition

SARAPAN BERSAMA PENUH CERAMAH

Makanan sudah siap untuk sarapan pagi. Irie yang sudah diberikan sebuah kunci cadangan kamar Alina, kini dia harus segera memanggil gadis itu untuk sarapan bersama, apalagi sebentar lagi neneknya akan pulang ke rumah.

Tepatnya di depan pintu putih, Irie kembali gugup. “Kau pasti bisa Irie, ayo!” semangatnya sendiri. Tok! Tok! Tok! Ia mulai mengetuk pintu, awalan yang sangat basi. Alina tidak membukakan pintunya, walaupun kini gadis itu sudah bangun, namun dia sibuk dengan ponselnya. Meski dia dengar ketukan berulang kali serta panggilan dari suara ibu barunya itu, Alina pura-pura tuli.

Tok! Tok! “Sebentar lagi ibu Jolie akan pulang, apa kau tidak mau sarapan bersama dengannya sebelum dia pulang?” ucap Irie sebisa mungkin dia membujuk putri tirinya itu.

Di dalam kamar, Alina sangat kesal dan marah ketika harus di ganggu dan terus dipaksa. “Aku hanya akan makan bersama keluargaku asal kau pergi menjauh dari kami.” Balas Alina lantang.

Irie yang mendengarnya seketika terdiam. Bukankah ucapan alian sudah jelas sekali bahwa gadis itu sangat tidak menyukainya. Memaksa? Oh, ayolah– Irie bukan tipe wanita jahat yang suka memaksa, apalagi Alina seorang anak yang keras kepala dan memiliki kisahnya sendiri tentang kekurangan kasih sayang.

“Itu tidak mungkin...” bodohnya Irie, dia tak bisa memikirkan dialog lainnya.

“KALAU BEGITU PERGILAH, JANGAN MENGGANGGUKU.” Teriak Alina hampir mengangetkan Irie. Baru ini dia merasa harus merendahkan harga dirinya, karena bagaimanapun Alina sudah menjadi ibunya, jadi dia harus merendahkan diri.

Ada ucapan. <>. Begitulah yang Irie rasakan, setiap hari dia akan selalu menahan dirinya agar tidak terpancing emosi.

Tiba-tiba dari arah belakang, Arky langsung menyahut kunci yang masih Irie bawa di tangannya, membuka pintu tersebut tanpa berkata-kata lagi. Irie hanya tertegun menatap sosok pria tampan yang sudah rapi dan wangi begitu dengan dengan keberadaannya.

Alina terkejut melihat pintu kamarnya dibuka, dia pikir Irie yang melakukannya, ternyata ayahnya sendiri yang kini memberikan tatapan tegasnya seperti biasa.

“Keluar. Nenekmu sudah menunggu.” Suara Arky terdengar berat dan santai, namun penuh perintah. Gadis berusia 19 tahun itu tersenyum remang tak percaya jika ayahnya seakan membantu Irie. Si wanita asing itu.

“Aku tidak mau. Jangan memaksaku, aku tidak suka.” Ketus Alina saat berbicara dengan ayah kandungnya sendiri. Irie sudah gelagapan dan takut jika sampai anak dan ayah itu bertengkar lagi.

“Aku rasa bicarakan saja, Alina masih perlu— ”

“Keluar atau aku yang akan menyeret mu keluar.” Ancam Arky seolah tak mendengarkan ucapan Irie yang terpotong olehnya. Terkejut? Tentu saja Irie terkejut begitu juga Alina yang menatap ke ayahnya dengan ketidak percayaan.

“Cepat.” Lanjut Arky yang terdengar tegas. Tak ingin berurusan dengan ayahnya, Alina sangat muak dengan keluarganya itu kecuali neneknya.

Dengan wajah kesalnya, gadis itu mulai turun dari ranjang dan berjalan ke arah Arky. Meliriknya tak suka, lalu melewati pria itu yang masih menatap lurus. “Menyebalkan.” Umpat Alina seakan menyindir Arky dan Irie.

Irie dan Arky mendengarnya, tapi mereka memilih diam dan enggan menanggapi ucapan Alina yang terdengar sangat membenci orng tuanya.

Setelah Alina keluar dan pergi ke ruang makan terlebih dahulu, Arky menutup kembali pintu kamar putrinya. “Dasar tidak becus.” Kali ini giliran ayah dari gadis itu tadi yang menyindir Irie, lalu pergi begitu saja tanpa menatap mata hazel milik sang istri.

Wah, wanita malang itu harus kuat-kuat mental di rumah Vernandez. Menghadapi dua orang yang hampir memiliki sifat yang sama? Irie rasanya ingin berteriak setiap hari.

Jolie yang melihat cucunya akhirnya mau bergabung, tak ada kebahagiaan lainnya selain melihat hal langkah itu. Alina tersenyum tipis ke neneknya, tipis dan singkat. Tak berselang lama, Arky dan iri juga hadir di sana. Keempat orang tadi berkumpul untuk pertama kalinya di satu meja yang sama, meski ekspresi mereka berbeda-beda, setidaknya Jolie dapat melihat putra dan cucunya bisa berdekatan.

“Ini lebih baik kan!” ucap wanita tua itu masih tersenyum. Irie membalas senyuman itu, berbeda dengan dua orang lainnya yang saling berdiam diri dan malah makan terlebih dahulu dengan tergesa-gesa.

“Hari ini aku akan pulang ke rumahku.” Ucap Jolie seketika.

“Apa? Kenapa mendadak? Kenapa Ibu tidak bilang lebih awal?” desak Arky yang kini mulai menatap kesal.

“Kenapa? Aku sudah lama tinggal di sini, sekarang aku merasa lega karena ada Irie yang akan merawat kalian.” Jelas wanita tua itu tersenyum penuh kelegaan di hatinya, nada bicaranya begitu lembut dan lamban. Berbeda dengan Alina dan Arky yang nampak terkejut akan ucapan Jolie.

“Jika alasannya seperti itu, aku bisa menjaga diri sendiri, rumah dan— ” Arky menghentikan sejenak ucapannya ketika dia sadar siapa lagi yang harus dia jaga di rumah tersebut. Alina yang mendengarnya hanya menunduk tersenyum miris ketika ayahnya sendiri tidak bisa mengatakannya dengan lantang bahwa dia juga bisa melindungi putrinya.

Irie melihat tatapan kedua orang tadi yang bertolak 'kan. There's no love.

“Semua orang-orang yang ada di rumah ini.” Lanjutnya dengan suara sedikit rendah.

“O, iya? Lalu kenapa dia bisa menjadi seperti ini huh?” balas Jolie yang tak kalah marahnya sembari menunjuk Akina dengan kelima jarinya.

“Apa? Memang aku seperti apa Nek?” tanya tak terima Alina. Dia baik-baik saja, sehat jasmani dan rohani lalu kenapa neneknya malah bicara seperti itu.

“Seperti apa? Sikap kalian berdua seperti kerasukan setan.” Jawab Jolie dengan berani. Irie menahan tawanya ketika ucapan seperti itu keluar dari bibir orang kaya. Yang benar saja!

Arky langsung menoleh ke arah Irie dengan kerutan di keningnya. Wanita itu langsung kembali datar dan menunduk menatap makanannya.

“Tapi Ibu—”

“Jangan membantah. Ikuti saja alurnya.” Tegas sang wanita tua bernama Jolie Vernandez itu. Arky langsung menghembuskan napas beratnya.

“Aku berangkat dulu.” Akhirnya pria itu memilih pergi sebelum makanannya benar-benar habis. Di susul oleh Alina yang juga ikut pergi dari meja makan menuju ke kamarnya. Keduanya benar-benar sangat mirip tak salah jika Jolie mengatakan bahwa mereka seperti kerasukan setan.

“Semoga kau bisa me-ruqyah mereka berdua. Hahh~ ” Ujar Jolie kepada Irie yang hanya tersenyum.

Senyuman Irie menghilang disaat dia mulai kebingungan sendiri. -‘Bagaimana aku bisa melakukannya, jika kelakuan keduanya benar-benar sangat mirip.’ Batin Irie merasa menjadi wanita termalang di dunia.

Jolie yang melihat wajah manyun menantunya seketika bertanya. “Apa kau baik-baik saja?”

“A, iya!” jawabnya kembali tersenyum, padahal di dalam hati dan pikirannya sangat kacau memikirkan bagaimana keadaan dia di rumah ini tanpa adanya ibu Jolie. Alina saja mau keluar karena diancam oleh Arky.

-‘Tamatlah riwayatmu, Irie.’ Pikirnya pasrah dengan keadaan.

...***...

“Bodoh, bodoh, bodoh, bodoh....” Umpat Jillian sambil mondar-mandir tak jelas bersama ponselnya yang ia genggam. Sepertinya dia baru saja ditelepon oleh seseorang.

“Kau ini kenapa?” tanya Ken yang baru saja menuju ke dapur.

“Tuan Pildo baru saja menelepon ku. Wanita itu belum membayar hutang-hutangnya.” Kesal Jillian dengan sangat marah, mengetahui bahwa Irie masih belum membayar hutangnya.

Ken terkejut mendengarnya. “Lalu bagaimana? Apa yang tuan Pildo katakan?” tanya Ken yang berjalan mendekati Jillian.

“Pria tua itu mengancam, jika hari ini belum dibayar, dia akan membawa kita berdua paksa dan akan menyuruh kita mencari Irie atau melunasinya detik itu juga. Jika tidak, dia akan membunuh kita.” Jelas wanita paruh baya itu nampak sekali ketakutannya.

“Sial.” Umpat Ken memukul meja makan.

“Entah dimana wanita sialan itu.” Dengan marahnya, Jillian lagi-lagi menyalahkan Irie. Dan kini mereka berdua masih tidak tahu kalau Irie sudah menikah dengan seorang pria kaya yang masuk daftar pengusaha sukses se-Asia.