Tunggu Saja Pembalasanku

Dengan hati - hati Yen tang melap badan Lan Mei. Dia melihat kaki Lan mei yang patah, dia bergidik ngeri.

"Oh, Dewa bagaimana ini, bagaimana kaki nonaku bisa sembuh? Apakah selamanya dia akan tidur di ranjang?" Lirih Yen tang dengan suara pelan sambil terisak membersihkan seluruh kaki Lan Mei.

"Yen tang, jangan bersedih. Aku bisa masih bisa sembuh."

"Nona, nona bagaimana mungkin bisa, sementara tuan besar tidak mengirim tabib ke sini."

"Yen tang, percaya saja padaku" ucapku.

Bagaimana mungkin aku tidak bisa menyatukan tulang patah. Itu hanya tulang.

Di duniaku sebelumnya tulang apa yang tidak bisa aku sambung?

Hah, tulang tengkorak kepala manusia saja bisa aku satukan.

Tapi sepertinya tubuh ini di racun, dia sampai kegemukan begini karena racun.

Walaupun tubuhnya bisa melawan racun sedikit tapi tidak bisa keluar sehingga menyebabkan jerawat besar di wajahnya, hampir mirip dengan bisul.

Jerawat jerawat ini karena tidak di keluarkan sehingga menumpuk dan berwarna kehitaman.

Sungguh mengerikan, siapa yang mau melihat orang seperti ini.

"Yen tang, bagaimana dengan tunanganku"

"Ohh, ya nona saya sampai lupa. Ketika Tuan memberi hukuman pengasingan ke pada Nona, nona langsung jatuh pingsan.

Dan setelah itu datang seorang kasim utusan putra mahkota, mengatakan pemutusan pertunangan. Dan dia mengatakan akan bertunangan dengan nona muda ke dua Lan Wei Wei."

"Ohh, trus bagaimana tanggapan ayahku"

"Dia setuju, tapi masih ada kendala bagi nona kedua, Sang putra mahkota hanya bisa mengangkat dia menjadi selir nantinya kalau sudah menikah, karena dia bukan anak sah Tuan besar."

"Karena itu nyonya selir mengirimi anda bandit agar anda di singkirkan nona"

"Yah, tapi rencana mereka akan gagal, dan semuanya akan saya gagalkan.

Tunggu saja pembalasanku, akan ku hancurkan kalian."

Ucapnya dengan amarah tertahan. Selama ini mereka hanya mengirim makanan sisa ke paviliun  zhùzi dan mengandung banyak sisa lemak dari hewan.

Semua ini di rencanakan sang ibu tiri dan putrinya agar sang ayah tidak menyukainya.

Karena dalam pikiran sang ayah dia gemuk, berarti tidak kekurangan makanan.

Padahal selama ini dia memakan bagian hewan yang seharusnya di buang.

Sang ibu tiri menyuruh para koki mengolah sedemikian rupa agar tidak ada yang mengetahui niat buruknya.

Menaburkan bubuk agar lidah pengecapnya tidak merasakan rasa yang aneh, dan selera makan yang kuat tanpa mempedulikan rasa.

Sehingga setiap kali Yen tang mengambil makanan sang nona pasti menunya berbeda dari yang lain.

Berbeda dari menu nona ke dua dan ke tiga, serta para tuan muda.

Karena porsi yang sedikit dan selera makan yang kuat, sehingga Yen tang tidak dapat bagian makanan dari nona nya.

Tapi dia tidak merasa sakit hati dan dia mengumpulin sisa makanan di dapur untuk di makan, sehingga tubuhnya lebih kurus dari pelayan lainnya.

Hanya Yen tang seorang pelayan di paviliun zhùzi, sedangkan di paviliun lain tiga sampai enam orang pelayan di dalamnya.

Paviliun zhùzi yang paling belakang, dari aula utama harus melewati danau kecil untuk menuju ke sana.

Paviliun zhùzi di kelilingi bambu sehingga di namakan zhùzi yang arti dalam pinyin bambu.

Paviliunnya tidak sebesar paviliun yang lain.

Dari kecil Lan Mei tidak memiliki keahlian apapun. Begitulah kata ibu selirnya sehingga tidak ada guru yang mengajarinya secara khusus.

Tidak seperti Tuan muda pertama, nona ke dua, nona ke tiga dan tuan muda ke dua. Mereka semua memiliki guru yang mengajar mereka dari kecil.