Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : Berkenalan dengan Mimo
Rere pamit ke toilet sebentar sebelum pulang ke rumah, saat dia masuk ke bilik, beberapa mahasiswi lain juga memasuki toilet.
"Eh lo tadi lihat Kanaka dateng sama Rere nggak?" tanya seseorang yang suaranya mirip dengan Yeri itu.
"Anjirr! Nggak sepadan banget deh ih!"
"Dapet pelet dimana tuh cewek?" Tuduhan demi tuduhan dilontarkan oleh teman-teman Rere dan Kanaka.
Tentu saja mereka curiga, tak pernah dekat dan berinteraksi, tahu-tahu setelah menyelesaikan magang keduanya jadian, kan aneh.
"Eh lo liat Rere nggak?" tanya Dewinta begitu masuk ke dalam toilet.
Semua manusia sampah yang baru saja mencemooh Rere tersebut langsung bungkam, karena baru menyadari siapa yang ada di dalam salah satu bilik yang tertutup itu.
Demi apapun sebenarnya Rere tak ingin keluar dan membiarkan temannya itu pergi dulu baru dia keluar, tapi kalau seperti ini ya mau tak mau Rere harus menampakkan dirinya.
Dengan santai Rere keluar dari dalam bilik, mencuci tangan di wastafel tanpa peduli sama orang yang baru saja mencemoohnya itu.
Tapi sebelum benar-benar pergi, Rere balik badan dan berucap," Kata mbah dukun yang gue mintain pelet, biar Kanaka naksir ama gue, gue dilarang pakai make up tebal yang kayak badut!"
Habis mengatakan itu Rere keluar dari dalam toilet diikuti Dewinta, kakinya berhenti melangkah saat melihat Kanaka telah menunggunya dengan bersandar di tembok pembatas depan toilet sambil menatapnya mesra tak lupa mengulum senyum kesenengan.
"Aishhhh, asli malu gue!" Rere menutup wajahnya dengan kedua tangan dan berlari meninggalkan Kanaka.
Dengan langkah lebar Kanaka mengejar Rere dan merangkul gadis itu dengan mesra."Keren banget sih pacarku."
"Aku malu Ka," ucap Rere masih menutup wajahnya.
"Kenapa malu?" tanya Kanaka sambil memeluk Rere dengan posesif.
"Pede banget bilang kayak tadi," jawab Rere dengan wajah memerah.
"Kamu bilang aku cinta mati sama kamu juga nggak masalah, kamu bilang jangan naksir aku karena aku milik kamu juga nggak masalah," ucap Kanaka dengan nada santai tapi serius.
Rere melingkarkan tangan ke pinggang Kanaka, meski masih ada masalah restu dari ibunya, tapi entahlah, Rere merasa Kanaka tulus dan pasti bisa mencari jalan untuk hubungan mereka.
"Aku anterin pulang, nanti jam enam aku jemput buat makan malam di rumah," kata Kanaka sambil memakaikan helm ke kepala Rere.
Interaksi keduanya masih menjadi perhatian hampir seluruh penghuni kampus ini, bagaimana mereka tak heran kalau pangeran tampan itu bisa jatuh cinta ke upik abu yang wajahnya pas-pasan menurut mereka.
"Aku pakai apa ya Ka?" tanya Rere.
"Pakai apa aja sayang, kamu cantik kok pakai apa aja," jawab Kanaka mesra.
"Gombal!" ketus Rere sambil mencubit pinggang Kanaka gemas.
***
Rere mematut dirinya di depan cermin di dalam kamarnya, bolak balik mencari busana yang cocok untuk dikenakan malam ini.
Jujur Rere tak siap datang memenuhi undangan dari keluarga Kanaka, disamping merasa tak pantas, Rere juga takut ibunya tantrum karena kenekatannya ini.
Hanya saja Rere ingin tahu sejauh mana penerimaan keluarga Kanaka terhadap dirinya.
Tadi dia sempat berkenalan dengan adik bungsu Kanaka dan hasilnya tak mengecewakan.
Tapi saat ini kan lebih menegangkan daripada bertemu dengan Keiko, yang mau ia temui saat ini adalah orang tua kekasihnya.
"Re.... " panggil bu Laras dari depan pintu kamar Rere.
"Masuk bu," sahut Rere.
"Kamu yakin nak?" tanya bu Laras ketar-ketir, bayangan masa lalunya melintas dengan tidak tahu malunya.
"Rere pengen tahu bu sejauh mana keluarga Kanaka menerima Rere, kalo tanggapan mereka tak mengenakan Rere siap untuk mundur, ibu nggak usah khawatir," jawab Rere membuat bu Laras terdiam.
Rere memakai baju yang pantas yaitu kulot panjang hitam dan baju lengan pendek berwarna brunette.
Tak lama Kanaka datang, ia sempat berbasa-basi dengan bu Laras yang tampaknya sedikit melunak terhadap Kanaka.
Ya iyalah lunak, lha wong Rere sudah berjanji kalau keluarga Kanaka tidak merestuinya dia akan mundur teratur.
Lalu mereka segera pergi dari rumah Rere menuju ke rumah Kanaka.
Rere menjadi salah tingkah saat Kanaka sering melirik ke arahnya.
"Kenapa sih liatin aku kayak gitu? Aku.... aneh?" tanya Rere tambah gugup.
"Nggak sayang, kamu.... cantik," puji Kanaka sambil melempar senyum manis.
"Gimana kalo orang tuamu nggak menerima aku ya Ka?" tanya Rere.
"Mimo Pipo itu orang yang demokratis Re, dia tak pernah memaksakan pilihan anaknya yang penting dia baik, seiman dan nggak menganut pergaulan bebas," jawab Kanaka.
"Oh gitu? Masih nggak percaya aja sama apa yang kamu omongin, kayak kamu ngebual," ucap Rere.
"Ya udah kamu siap-siap aja bakalan semakin terjebak dan tak bisa lari dari aku, apalagi kalo sampai Mimo suka sama kamu, wah bakalan diiket kamu," kata Kanaka dengan santai.
Dan saat ini Rere bukannya tenang justru semakin gelisah atas kalimat Kanaka yang membuat takut.
Tak terasa mobil memasuki sebuah rumah megah dengan halaman luas, ada beberapa mobil dan motor yang terparkir di garasi rumah itu.
Letta sudah menunggu kedatangan calon menantunya dengan perasaan tak sabar.
Rere turun dari mobil dan digandeng Kanaka menghampiri Mimo yang tersenyum lebar menyambutnya.
"Akhirnya Mimo punya mantu," sambut Letta memeluk Rere dengan lembut.
"Tante.... " sapa Rere agak shock mendapat perlakuan seperti ini.
"Mimo, panggil Mimo sayang," sahut Letta sumringah.
"Ayo masuk Re, udah ditungguin Pipo dan yang lainnya." Letta membimbing Rere memasuki rumah besar itu.
Sungguh ini sambutan yang diluar ekspektasinya, Rere mengira dia bakalan disambut dengan dingin dan tak dianggap, tapi ibunya Kanaka justru menyambutnya sedemikian rupa.
Apakah ini anugerah atau justru beban yang harus ia tanggung karena kebaikan keluarga ini.
"Pip, mas, dek.... Rere udah dateng nih." Dengan bangga Letta menggandeng tangan Rere dan memperkenalkan kepada Devano.
"Malem om," sapa Rere sambil mencium punggung tangan Devano.
"Panggil Pipo sayang," tegur Letta dengan lembut.
Semua yang berada disana hanya memutar matanya dengan malas, tahu sebelum Kanaka memperkenalkan Rere sebagai pacarnya, Letta sudah mencari informasi tanpa sepengetahuan mereka.
Makan malam saat itu terlaksana dengan santai dan menyenangkan, beberapa kali Devano menanyakan hal yang remeh temeh kepada Rere, bukan tentang siapa orang tua Rere, punya jabatan apa dan sebagainya.
Jujur Rere terharu atas penerimaan ini sampai sebuah pertanyaan dari Letta saat mereka bersantai menikmati kudapan sehabis makan, membuat Rere tersedak.
"Kapan Mimo sama Pipo bisa datang ke rumah untuk melamar kamu Re?"
______
Ternyata Mimo kebelet punya mantu hahahahaha.
Kira-kira kalo kayak gini bu Laras nerima nggak ya guys?
Tunggu besok ya.....
Terimakasih buat semua yang sudah nunggu terus kelanjutan cerita ini, sudah kasih like, komen, vote, bunga, atau apapun itu, pokoknya makasih banget ya.
Salam sayang buat semua.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu