Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 - Sikap Aneh
"Iya. Kenapa? Kamu malu sama aku?" ujar Dita sambil menyilangkan tangan di dada.
"Bukan gitu. Tapi---"
"Udah! Tengkurap di ranjang! Nggak ada tapi-tapian. Aku akan pijatkan di bagian sakitnya saja," potong Dita.
Rangga mengangguk. Ia lantas tengkurap di ranjang. Lalu Dita mendekat dan mulai mengoleskan minyak urut ke punggungnya.
Rangga refleks menggigit bibir bawahnya. Sentuhan kecil itu sedikit membuatnya terangsang. Namun Rangga berusaha menahan diri sebisa mungkin.
"Bagian mana yang sakit?" tanya Dita.
"Pinggul sama pantat, Kak. Tapi Kak Dita nggak usah--" ucapan Rangga terhenti saat Dita menurunkan celananya. Hingga pantatnya kini terpampang nyata.
"Kamu nggak usah malu sama aku, Dek. Aku sudah menganggapmu seperti adekku sendiri," ucap Dita yang sekarang mengoleskan minyak urut ke pantat Rangga.
Mulut Rangga sontak menganga. Darah disekujur badannya berdesir hebat. Dia semakin terangsang. Hingga Rangga bisa merasakan aset pribadinya mulai mengeras.
"Sudah, Kak... Bukankah ini agak berlebihan?" imbuh Rangga.
Namun Dita tak menjawab. Perempuan itu hanya diam sambil terus memijat pelan pantat Rangga yang gemoy dan putih. Wanita itu kemudian malah duduk di atas pantat Rangga yang celananya masih belum dinaikan.
"Sekarang bagian punggung," ujar Dita.
Rangga hanya diam. Dia bisa merasakan sesuatu yang lembap di pantatnya terhalang kain tipis.
Dita memijat punggung Rangga ke atas dan bawah. Dia terus mengulangnya begitu sambil menggesekkan alat vitalnya ke pantat Rangga.
"Aah..." Dita terdengar mendesah.
"Kak Dita?..." lirih Rangga. Wajahnya memerah padam. Ia bisa merasakan bokongnya mulai basah dan Dita terus menggesekkan asetnya di sana sambil memijat punggung.
Bruk!
Tiba-tiba terdengar suara berisik dari jendela. Refleks Rangga dan Dita menoleh ke sana. Keduanya bisa melihat ada seseorang berjaket hodie yang bergegas pergi.
Dita langsung berdiri. Begitu pun Rangga. Keduanya sadar ada orang yang mengetahui kegiatan mereka tadi.
"Aduh... Bagaimana ini?" Dita tampak cemas.
Sementara Rangga tampak mengenakan celana dan bajunya. "Aku akan mengejarnya, Kak!"
Rangga segera melompat keluar jendela. Dia bisa melihat orang berjaket hodie tampak berdiri di hutan menuju ladang belakang rumahnya.
Tanpa pikir panjang, Rangga langsung mengejar orang misterius itu. Orang berjaket hodie tersebut berlari cukup lambat sehingga Rangga bisa mengejar dengan mudah. Tangannya sigap menjangkaunya dan sukses menarik jaket hodienya. Saat itulah tudung hodie terbuka dan memperlihatkan wajah pemakainya. Dia ternyata adalah Astrid. Gadis tersebut langsung tersenyum lebar.
"Suprise!" ujar Astrid.
"Kau!" Rangga sontak kaget. Dia tak menyangka akan melihat gadis kota itu berada di sekitar rumahnya.
"Ngomong-ngomong siapa wanita yang tadi menunggangimu? Dia sepertinya memanfaatkanmu," ucap Astrid.
"Jangan coba-coba bicara jelek tentang kakak iparku! Kau bukan siapa-siapa!" tegas Rangga.
"Apa? Dia kakak iparmu? Kau harus berhati-hati dengannya, Ga. Dia tadi--" ucapan Astrid terhenti saat Rangga mendekat dan mencengkeram lengannya erat.
"Sudah kubilang, jangan bicara jelek tentangnya!" Rangga kembali tegas. Kali ini wajahnya lebih serius.
Astrid tampak tenang. Perlahan matanya melirik ke bawah. Tepatnya ke bagian celana Rangga. Di sana dia bisa melihat ada sesuatu yang mencuat dari dalam.
"Oh... Jadi kau sepertinya juga menikmati sentuhan kakak iparmu?" kata Astrid.
Sadar Astrid melihat kemana, Rangga langsung melepaskannya dan berusaha menutupi bawah celananya dengan menarik kaos bajunya.
"Aku sarankan, jangan lakukan itu, Ga. Kau tidak hanya akan mendapatkan amukan dari kakakmu. Tapi semua orang. Karena jadi selingkuhan kerabat sendiri itu menjijikan," ungkap Astrid.
"Aku dan Kak Dita tak punya hubungan apa-apa!" balas Rangga.
"Benarkah? Tapi apa yang aku lihat tadi sepertinya tak begitu," sahut Astrid.
Rangga terdiam seribu bahasa. Dia kembali mengingat kejadian tadi. Jujur saja, dirinya sadar kalau Dita bersikap aneh untuk pertama kalinya. Rangga bahkan mendengarnya mendesah.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari