Siapa yang tidak bahagia bisa menikah dengan laki-laki yang selama ini aku cintai. Laki-laki yang sangat sempurna menurut ku. Dia baik, perhatian dan pekerja keras.
Namun Aku salah menduga, ketika pernikahan tidak seindah yang Aku bayangkan.
Berharap akan menjadi teman hidup yang bisa berbagi cerita,tempat ternyaman untuk berbagi kisah berdua dengan suaminku, nyatanya itu tak sesuai harapan.
Akan kah bisa seorang istri menghilangkan rasa sepi di hatinya, meluapkan apa yang menjadi beban fikirannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Amza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan yang menyakitkan
Sore menjelang senja aku dan Raya bermain-main di teras rumah. Sesekali saling sapa dengan tetangga yang lewat. Sambil menunggu suamiku pulang kerja, Raya senang sekali bermain di teras rumah di sore hari.
Tak lama Mas Bagas pulang bersama Kak Irwan dan dua teman nya yang lain, entah siapa aku tidak tahu karena sepertinya baru pertama kali mereka ke rumah.
"Sayang, masak ga?"
Tanya Mas Bagas ketika kami sudah di dalam rumah, aku dan suamiku berada di dapur kala itu.
"Masak Mas seperti biasa. Emang nya kenapa ?"
"Tambahin lagi buat temen-temen Mas ya, bikin yang se enak mungkin."
Loh maksud nya apa nih, apa selama ini masakan ku kurang enak ya. Aku ber gumam dalam hati.
"Jangan lupa beli cemilan sama bikin kopi buat mereka, Mas mau bersih-bersih dulu."
"Iya Mas." Jawab ku tanpa membantah.
Selang beberapa waktu, Nuri dan Amel datang. Wah! Ada apa ini tiba-tiba mereka datang tanpa ngabarin aku .
Ternyata setelah Nuri memberi tahu, ternyata Mas Bagas yang mengundang mereka semua. Aku yakin ini ada hubungan nya dengan rumah ku yang berantakan kemarin.
Aku mempersiapkan semuanya, sedang kan Nuri dan Amel mereka sesekali membantuku selebih nya aku yang kerjakan. Aku gak mau merepotkan mereka.
semua jamuan sudah siap, aku ingin bergabung dengan mereka tapi aku sungkan sekali, tak biasanya aku bergaul dengan laki-laki yang belum aku kenal, walau ada suamiku di situ aku lebih memilih memisahkan diri bersama Raya di ruang TV.
Nuri dan Amel tentu saja bergabung dengan mereka. Terdengar gelak tawa , canda dan obrolan yang menurutku sangat asik. Sesekali aku menoleh ke arah ruangan dimana mereka kumpul. Karena posisi ruang tamu bisa terlihat dari arah ruangan tv.
"Mamah ayah berisik banget, Raya mau nonton gak kedengaran."
Ucap Raya dengan suara comel nya.
"Iya nak gak boleh gitu, itu kan lagi ada temen-temen ayah. Gapapa ya sedikit berisik."
"Yaaaah mamah .. "
Raya sedikit cemberut, sepertinya dia mulai bosan. Akhirnya aku ajak tidur dia ke kamar.
Jam sudah menunjukan pukul 22:30 , mereka masih asik mengobrol. Aku tak sadar ikut ketiduran di kamar. Apa Nuri dan Amel masih ada ?
Ku tengok pelan dari arah pintu kamar, ternyata mereka masih ada. Ko bisa sih jam segini belum pada tidur , apa pada mau nginep kali ya?
Akhir nya aku keluar dari kamar, dan mendapati Nuri dan Amel berada di ruang tv.
"Eh fatma, belum tidur kamu?" Tanya Nuri padaku.
" Belum nih, abis nidurin Raya dulu tadi "
Kami ber tiga mengobrol panjang lebar, tak terasa jam menunjukan pukul 23:45, artinya ini sudah tengah malam. Mereka berpamitan pulang, termasuk teman-teman Mas Bagas yang laki-laki.
"Mas, aku boleh minta uang gak?"
"Buat apa ?"
"Aku mau beli mukena, yang ini udah lusuh banget udah ada yang sobek-sobek "
"Iya nanti kalo sudah ada uang ya."
Sedikit kecewa, tapi berusaha berpikir baik sama Mas Bagas. Mungkin memang sedang tidak da uang kali ini. Aku yang terbaring di kamar tidur akhir nya memeluk Mas Bagas yang sedang asik dengan ponsel nya.
"Sudah dong main ponsel terus, aku ada di sini di samping kamu Mas "
"Terus kenapa kalo kamu di samping aku?"
Pandangan nya masih Fokus ke ponsel.
"Yaa udah dong simpen bagi waktunya buat aku juga Mas, kapan terakhir kali kita ngobrol sebelum tidur ya."
"Bawel banget sih, udah tau aku belum ngantuk. Ini juga sambil nunggu kantuk aku main ponsel nya."
"Ih Mas hayu tidur, aku mau nya tidur sama kamu di peluk kamu gitu."
"Eh kamu ya, di bilangin aku belum ngantuk, kamu kalau mau tidur ya tidur aja. Udah ah aku ke luar dulu aja nunggu ngantuk nya."
Kali ini dia menjawab sambil beranjak dari tempat tidur meninggal kan aku sendiri.
Sakit banget rasa nya, aku cuman mau di temani dia saat menjelang tidur. Padahal gak susah kan, kangen banget pelukan nya.
Rasa kantuk ku tiba-tiba hilang melihat sikap nya seperti itu, dan mataku terjaga hingga menjelang subuh, dan Mas Bagas gak masuk kamar sama sekali, ternyata dia ketiduran di kursi ruang tv. Ya Allah Mas ...
...*****...
Pagi-pagi sekali ponsel Mas Bagas sudah berdering beberapa kali. Sampe Mas Bagas sendiri seperti kesal.
"Apa sih pagi-pagi sudah berisik Mas."
"Tau nih si Nuri nelponin aku, kaya nya dia mau nebeng lagi ke kantor."
"Hah?! Emang selama ini dia suka nebeng ke kamu ? Bukan nya dia bisa bawa motor sendiri Mas."
"Gak tau lah, males nanya aku."
" Terus kamu mau ?"
"Ya gimana aku gak bisa nolak kalau sama teman, kan gak enak Sayang. Lagian dia temen kamu juga."
Mendengar jawaban nya entah kenapa hati ku merasa sakit. Iya benar memang dia teman ku, tapi dia wanita bukan muhrim nya suamiku.
"Mas kalau bisa ke depan nya kamu jangan mau ya kalau Nuri numpang lagi sama kamu. Aku gak mau, gak suka."
Mas Bagas menoleh ke arah ku.
"Kamu, sama temen sendiri aja masih cemburu. Lagian aku gak ada perasaan apa-apa sama dia."
"Ya allah Mas bukan itu masalah nya. Tolong hargai perasaan aku juga ya Mas."
"Iya iya .. Terserah kamu saja."
Mas bagas pamit ke kantor, seperti nya dia memang akan menjemput Nuri dulu. Perasaan ku mulai tak menentu.
Apalagi yang bikin heran, kenapa Mas Bagas lebih menghargai teman nya di banding aku istrinya. Aku masih penasaran dengan sikap nya yang cuek. Setiap aku ajak pergi atau minta antar beli sesuatu, dia tak langsung meng Iya kan. Ujung-ujung nya aku pergi sendiri, ngerjain sesuatu sendiri.
Iya aku memang bisa melakukan sendiri, tapi aku juga mau sesekali Mas Bagas bantu kerjaan aku.
Semua pekerjaan rumah sudah selesai aku kerjakan, Raya sudah aku mandiin dan makan juga. Saat nya ber santai ria di rumah sendiri. Aku jarang banget keluar rumah, atau bahkan sekedar berkunjung ke rumah tetangga, hanya sesekali saja itupun jika ada acara penting atau undangan hajatan dari salah satu tetangga.
Aku mencoba membuka akun sosial media, ketika aku buka halaman beranda pertama yang muncul postingan Kak Irwan. Terlihat di sana ada foto kak Irwan bersama teman-teman nya, hanya ada dua orang yang sedikit terlihat kurang jelas di foto itu. Sepasang laki-laki dan perempuan duduk di kursi paling pojok, posisi mereka dekat sekali malah terlihat saling rangkul dan sepertinya aku mengenali baju yang di pakai si laki-laki.
Setelah aku zoom, aku kaget. Itu seperti Mas Bagas dan Amel. Ya allah apa aku tidak salah lihat?
Dada ku terasa sesak, tubuh ku bergetar lemas sekali rasa nya. Aku benar-benar terkejut. langsung aku simpan postingan Kak Irwan untuk aku jadikan bukti, dan ini harus aku tanyakan sama Mas Bagas nanti.
Apalagi ketika aku lihat dengan se jelas-jelas nya, aku baru sadar kalau lokasi foto ini tuh di rumah aku sendiri. Ya Allah .. Aku benar-benar sakit sekali. Selama ini aku menjaga baik-baik fitrah sebagai istri baik di rumah atau pun di luar rumah, tapi apa ? Suamiku sendiri malah mengotori rumah nya sendiri.
Amel yang sudah ku anggap teman ternyata berani sekali berbuat itu di belakang ku. Kalaupun hanya teman, apa pantas seperti itu? Hati ki sakit, terasa di iris-iris dengan pisau yang perlahan sayatan-sayatan itu lama ke lama an semakin perih.
Air mata mengalir deras, tak bisa terbendung. Sampai Raya bertanya padaku.
"Mah, kenapa nangis ?"
Aku tak bisa berkata-kata. Rasa nya semakin sakit melihat wajah Raya yang lugu dan polos. Aku memeluk erat anak ku, ku ciumi dia tak henti-henti.
"Nak, semoga kamu tidak mengalami apa yang mamah alami, mamah akan jga kamu sebisa mamah."
Di postingan itu banyak sekali yang menyukai, aku ingin berkomentar sayang nya kak Irwan mematikan komentar di akun sosial media nya.
Aku bertanya-tanya sejak kapan Amel dan Mas Bagas seperti ini? Aku menduga sepertinya semua teman-teman Mas Bagas tau soal hubungan mereka, termasuk Nuri. Ya! Nuri! Aku harus bertanya sama dia apa yang dia tahu dan mengapa menyembunyikan nya dari aku. Tapi nanti dulu, lebih baik aku tanyakan langsung saja sama Mas Bagas, biar lebih jelas dan apakah dia akan berkata jujur sama aku.
...*****...