Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan dewi.
“Kak… lapar…”
Dewi mengelus perut ratanya, sedangkan Evan yang baru saja keluar dari kamar melihat dewi yang terlihat sedang rebahan di atas sofa.
“Kita pesan makanan atau kita makan di luar.”
Dewi berfikir sejenak setelah mendengar ajakan dari Evan, melihat Evan yang terlihat tampak segar karena sehabis mandi ingatan dewi melayang ke beberapa jam yang lalu. Saat Evan membawanya ke dalam kamar dan mengeksekusi dewi, membayangkan itu semua dewi menjadi malu sendiri.
“Kenapa kamu senyum senyum gitu, apa ada sesuatu yang aneh denganku.”
“Ah… enggak kak, kita makan di sini aja ya, aku malas keluar.”
Dewi menggambil handphone miliknya setelah mendengar notif di handphone milik dewi, melihat apa isi pesan yang baru saja dia terima dewi menautkan kedua alisnya.
Evan mendekati dewi dan dengan sampingan duduk di samping dewi, dia melihat isi pesan yang baru saja dewi baca. Pesan dari galih yang mengatakan dia akan ke rumah dewi membuat Evan langsung merampas handphone milik dewi, sedangkan dewi yang terkejut tampak kesal dengan kelakuan Evan yang tiba tiba merebut handphone miliknya.
“Kak Evan…!!? Apa yang kakak lakukan, bisa nggak sih ngomong dulu kalau mau ambil handphone ku.”
Dengan cepat Evan langsung menghapus pesan dari galih dan dengan secepat kilat dia langsung memblokir nomor milik galih, dewi mengerucutkan bibirnya kesal dengan kelakuan Evan yang sesuka hati.
“Aku tidak suka kalau kamu masih terus berhubungan dengan cowok itu, mulai hari ini kamu resmi putus dengan dia.”
“Nggak bisa begitu dong kak, aku tidak bisa memutuskan galih begitu saja tanpa adanya alasan. Sedangkan kakak sendiri masih berhubungan dengan caca, sedangkan aku tidak boleh berhubungan dengan galih. Itu tidak adil namanya…?!!”
Nada bicara dewi terdengar meninggi, saat dewi akan berdiri dengan cepat Evan menarik lengan dewi. Dia tidak ingin dewi meninggalkannya begitu saja, Evan akan melakukan apapun agar bisa membuat dewi berada di sampingnya.
“Kakak akan segera memutuskan hubungan dengan caca, jadi aku harap kamu juga segera mengakhiri hubunganmu dengan galih.”
Mendengar ucapan Evan dewi terdiam sesaat, dia merasa bingung dengan keputusan yang Evan buat. Hubungan yang baru saja terjalin dengan galih membuat dewi sulit memiliki alasan untuk mengakhirinya, sedangkan selama ini galih terlihat sayang dan selalu mengalah dengan dewi.
“Kak perutku sudah lapar sekali, aku ingin makan mie ramen instant. Sepertinya aku lihat di rak bagian atas masih ada mie ramen deh.”
Dewi segera berjalan ke arah dapur tanpa memperdulikan Evan yang melihat gerakan dewi. Dengan santai dewi segera menggambil mie instant yang masih tersisa satu, menggambil panci dan segera mengisinya dengan air dan kemudian dewi panaskan di atas kompor.
Evan yang hanya melihat gerak terik dewi hanya bisa menatapnya tanpa mau membantunya, dengan cekatan dewi memasak mie tersebut tanpa menunggu lama mie yang dewi buat sudah matang dan dia letakkan di atas meja makan.
Mencium bau mie yang menggoda selera, Evan segera berdiri dan menghampiri dewi yang sudah akan memakan mie yang baru saja dia buat.
“ apa kamu tidak memasakkan untukku, Hmm…”
Merasakan Evan telah berada di belakangnya, dewi membiarkannya tanpa mau menawari mie buatannya. Evan tahu jika dewi kesal dengannya, tapi dia tidak peduli. Perlahan Evan mendekati dewi dan dengan segera memakan mie yang baru saja dewi sendok dan memasukan ke dalam mulutnya, dewi hanya diam dan tidak peduli. Rasa kesal karena sikap posesif Evan, membuat dewi seolah mati rasa.
“Hmm… ternyata mie buatan kamu enak juga, bagaimana kalau kita buat chalenge. Kita makan satu mie ini sampai tersisa sedikit, dan jika salah satu dari kita dengan tidak sengaja menghabiskannya maka dia kalah.”
Dewi merasakan tantangan yang di berikan Evan menggoda jiwa ke kepoannya, dengan cepat dewi menggambil satu mie yang terlihat panjang dan segera memasukkannya ke dalam mulutnya.
Evan yang melihatnya segera mengambil dan memasukkan mie yang sudah dewi ambil, dengan perlahan mereka memakannya sampai di ukuran terkecil dengan sengaja Evan menghabiskannya.
Bibir mereka pun saling bertaut dan dengan segera Evan melumat bibir yang terasa bumbu dari mie ramen di mulut dewi, merasakan lumatan bibir Evan dewi segera membalasnya.
Dewi yang tadinya kesal merasa luluh juga merasakan sikap romantis Evan, dia tidak bisa lama lama marah dengan kekasihnya sekaligus saudaranya tersebut.
“Eungh…”
Terdengar lenguhan dari mulut dewi, Evan yang merasakan jika dewi telah takluk dengannya merasa senang. Dia berharap dewi tidak marah lagi seperti tadi, Evan akui jika dia benar benar sangat mencintai dewi dan tidak rela jika dewi memperhatikan pria lain selain dirinya.
Lumatan demi lumatan Evan lakukan di bibir manis milik dewi yang telah membuatnya candu, sedangkan dewi hanya mengikuti alir. Dia pun sangat candu dengan ciuman yang Evan lakukan, dewi merasakan perutnya yang tiba tiba berbunyi dengan segera dia melepaskan tautan bibirnya dari Evan.
“Kak…”
“Kamu lapar banget ya, maaf aku terlalu egois tidak mau tahu apa yang kamu mau. Sebagai permintaan maaf ku, aku akan mengikuti kemauan kamu. Tapi ada satu syarat, kamu harus mengikuti apa yang aku inginkan.”
“Ck.. sama aja kalau gitu Kak, kakak egois ah.. ya sudah kita makan aja mie buatanku, keburu ngembang dan dingin.”
Dewi menyuapi Evan dengan penuh sayang, satu mangkok mie di makan oleh Evan dan dewi. Evan merasakan jika kali ini dewi sudah tidak lagi kesal dengannya, dia tahu sifat dewi dari dulu yang pastinya akan selalu menuruti perintah Evan.
“Kita nginap di sini malam ini ya, beberapa hari lagi tante dan om pulang. Kita harus menjaga jarak selama mereka di rumah, jadi kita puas in puas in kebersamaan kita selama beberapa hari ke depan.”
“Itukan maunya kakak, kalau kejadian tadi terulang lagi dan kakak kelepasan. Bisa bisa kita secepatnya di nikahin sama mama dan papa begitu juga dengan orang tua kakak.”
“Kalau aku tidak masalah, toh aku juga sudah kerja sendiri. Kamu tidak perlu kawatir, aku akan buat hidup kamu bahagia.”
“Tidak semudah itu fulgoso, aku pengen ngerasain yang namanya duduk di bangku kuliah. Kakak enak sudha ngerasain yang namanya kuliah, sebentar lagi kakak wisuda, dan aku akan kuliah. Jadi nggak usah macam macam deh kak, mau nikahin aku.”
Pangpdangan mata dewi beralih melihat Evan yang tersenyum menatapnya, dia tidka ingin menikah muda seperti yang Evan mau. Dewi ingin merasakan yang namanya kuliah dan hidup seperti keinginannya, dia juga sangat ingin bekerja dna menghasilkan uang sendiri.
“Banyak yang kuliah tapi mereka sudha menikah, kamu juga bisa seperti itu sayang.”
Dewi mengeleng cepat, dia tidak ingin mengikuti saran dari Evan. Lebih baik dewi mengalihkan pembicaraan yang terdengar serius, dia segera menggambil bekas mangkok yang sudah terlihat kosong di depannya.
Mie yang tadinya terasa enak jadi terasa hambar karena pembicaraan serius antara dia dan Evan, dengan kecewa Evan menghela nafasnya mengetahui dewi yang menginginkan kebebasannya.
Evan memilih pergi dan masuk kembali ke kamarnya, melihat Evan yang sudah tidak berada di depan meja makan. Dewi akhirnya memilih mencuci semua peralatan masak yang terlihat kotor di wastafel, sedangkan Evan terlihat merebahkan tubuhnya di atas kasur kog size nya.