NovelToon NovelToon
Hamil Setelah Diceraikan

Hamil Setelah Diceraikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cerai / Romansa / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Ayah Darurat
Popularitas:184.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: ntaamelia

Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.

Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.


"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.

"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.

Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?

Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia

salam anu 👑

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28. Membuat Kue

"Oh ini putra sulung Ibu yang sering diceritain itu?" tanya Ibu Rima sambil menatap Elgar dengan takjub, karena selama ini dia hanya mendengar curhatan Mamah Mirna dan selembar foto anak laki-laki yang begitu tampan.

Mamah Mirna adalah salah satu donatur tetap di panti asuhan Kasih Bunda, dan itulah satu-satunya informasi yang Hana tahu. Wanita itu sama sekali tidak mengenal siapa keluarga Mamah Mirna, punya usaha apa, rumahnya dimana. Jadi, dia cukup terkejut saat wanita paruh baya itu beriringan dengan Elgar—teman satu kantornya.

"Kita bertemu lagi," ucap Elgar setelah menyalimi tangan Ibu Rima. Sedari tadi tatapannya hanya tertuju pada Hana.

Hana yang belum menguasai situasi saat ini lantas tergagap. Dia hanya mengikuti nalurinya saat Elgar mengajak berjabat tangan.

"Lho kalian saling kenal?" tanya Mamah Mirna dengan tampang bingung campur sumringah.

Elgar mengangguk, sementara Ibu Rima langsung memperkenalkan dua wanita yang sedang berkunjung di panti asuhannya. "Ini Hana, dan ini Rindy, Bu. Anak-anak yang dulu saya asuh. Sekarang lagi main dan nyenengin adik-adiknya."

Mimik Mamah Mirna langsung terperangah, disusul memori masa lalu yang terputar secara otomatis. Dia mendekati Hana dan juga Rindy lalu mengepuk-ngepuk lengan mereka. "Ya ampun kalian sudah besar-besar ya. Dulu seinget saya kalian masih segini." Mamah Mirna menyentuh bagian pinggangnya sebagai penjelasan.

Rindy dan Hana tersenyum, mereka juga ingat saat wanita paruh baya ini berkunjung. Mamah Mirna selalu membawa banyak sekali makanan dan mainan, bahkan terkadang Mamah Mirna mengajak anak-anak untuk memasak juga jalan-jalan.

"Bu Mirna nggak pernah berubah ya, selalu ceriwis dan makin cantik," celetuk Rindy untuk mencairkan suasana. Mamah Mirna terkekeh-kekeh karena merasa tersanjung, sementara Hana bingung sendiri untuk menata kalimat yang berputar-putar di otaknya.

"Bisa aja kamu, Rin—oh iya Hana sama Elgar kenal dimana? Perasaan Elgar belum pernah ikut kesini," tanya Mamah Mirna. Sejak dulu Elgar memang tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat ini, sekalinya ikut Elgar hanya duduk di dalam mobil sambil memandangi suasana di luar yang tampak sangat ramai oleh anak-anak panti, salah satunya Hana.

"Kami berdua satu kerjaan, Bu, kebetulan aku baru diterima jadi resepsionis di sana dan ketemu Mas Elgar," jawab Hana setelah saling tatap dengan pria itu.

Bibir Elgar berkedut mendengar panggilan yang baru Hana sematkan untuknya. Dia tahu bahwa Hana hanya ingin terlihat sopan, tapi entah kenapa rasanya nyaman sekali di telinga.

'Mas? Aku menyukainya.'

Bibir Mamah Mirna langsung membentuk huruf O. Dia memperhatikan putranya yang terlihat senyum-senyum terus, seperti menunjukkan ketertarikan yang sangat kentara. Sumpah, dia baru pernah melihat ekspresi Elgar yang seperti itu.

"Oh jadi kalian rekan kerja, Mamah pikir ketemu dimana," balas Mamah Mirna. "Ya udah El, kamu turunin tuh bahan-bahan yang mau dibuat kue. Hari ini Mamah mau ajak anak-anak berkreasi. Boleh kan, Bu Rima?" lanjutnya seraya meminta persetujuan Ibu Rima.

"Boleh banget dong, Bu, kebetulan anak-anak juga lagi nggak ada kegiatan. Mari saya bantu," balas Ibu Rima dengan penuh antusias.

Elgar hendak melangkah ke arah mobil untuk membuka bagasi, tapi dia malah memutar haluan dan bicara pada Hana serta Rindy. "Kalian nggak ada kegiatan juga kan hari ini?" tanyanya.

Hana dan Rindy saling tatap. Kalau Rindy sih sudah jelas, dia masih harus bekerja karena tidak libur. Sementara Hana—dia mau menghindar dengan alasan apa?

"Aku harus kerja hari ini, Mas, kebetulan masuk shift dua. Kalau Hana kayaknya stay di sini deh," jawab Rindy, selain lebih muda dua tahun, Rindy juga merasa lebih sopan untuk memanggil Elgar dengan sebutan itu.

Hana sedikit melotot, tapi Rindy hanya membalasnya dengan senyum lebar.

"Oh iya Hana jangan pulang! Di sini bantu-bantu Mamah ya," timpal Mamah Mirna yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Eu—"

"Han, ayo masuk! Kita buat chocolate cake atau rainbow cake, pokoknya yang anak-anak suka," seru Mamah Mirna sebelum Hana cari alasan.

Sebagai orang yang tidak enakan, Hana pun merasa tertahan di tempat itu. Jadi dia tak punya kesempatan untuk menolak.

"I—iya, Bu," jawab Hana dengan terpaksa. Rindy sudah pamit, jadi Hana pun mengekori langkah Mamah Mirna, sementara Elgar menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Ibunya ini memang bisa diajak kerja sama.

***

Meski awalnya terpaksa, tapi akhirnya Hana menikmati waktunya di panti dengan membuat kue bersama anak-anak dan juga Mamah Mirna. Sesekali dia tertawa saat melihat tingkah lucu nan polos mereka, bahkan rasa lelah pun tak begitu dirasa, karena terganti dengan keceriaan yang tercipta.

"Sekarang kita tinggal menunggu kuenya matang," seru Mamah Mirna setelah memasukkan adonan ke dalam oven. "Han, istirahat dulu."

"Iya, Bu, saya pamit ke belakang ya," balas Hana, kemudian berlalu ke toilet. Keluar dari sana dia tak sengaja bertabrakan dengan Elgar dan membuat tas yang dibawa terjatuh.

Hana sedikit memekik karena terkejut, sedangkan Elgar langsung mengambil tas milik Hana, tapi ada yang mencuat dari dalam sana, sebuah foto USG yang menunjukkan bentuk bayi di perut wanita itu.

Elgar menatapnya dengan lekat kemudian tersenyum tipis.

"Kamu habis pergi ke dokter?" tanyanya sambil menyerahkan barang-barang milik Hana.

"Iya," jawab Hana singkat, karena dia masih begitu canggung untuk mengobrol dengan Elgar.

"Bagaimana keadaan bayimu? Apakah dia berkembang dengan baik?" tanya Elgar lagi seraya menatap perut Hana yang masih belum terlalu kentara. Bukan yang buat, tapi dia yang antusias.

Mendengar itu, Hana seperti merasakan geleyar aneh yang merasuk ke dadanya. Untuk pertama kalinya ada sosok yang bertanya seperti itu, bukan ayah si bayi, tapi justru pria lain.

Hana mengangguk dengan bibir yang sedikit melengkung. "Bayiku baik-baik saja. Dia akan lahir dengan sehat dan menjadi anak yang pintar." Jawabnya lebih panjang. Karena dia akan selalu antusias jika menyangkut calon anaknya.

"Bagaimana dengan pekerjaan di perusahaan? Apakah tidak jadi kendala untukmu?"

Hana menatap Elgar yang terus-terusan bertanya. Perhatian itu seperti mengusik jiwanya, antara senang dan takut. Senang karena ternyata ada yang peduli dan takut jika pada akhirnya dia kembali bergantung pada perhatian orang lain, atau bahkan menyalahartikan semuanya.

"Iya atau tidak, semuanya tidak akan ada hubungannya dengan Anda. Perusahaan sudah cukup baik menerima ibu hamil sepertiku," jawab Hana, dia berpikir Elgar tidak memiliki campur tangan. Padahal pria itulah yang mengusahakan semuanya, demi kenyamanannya.

"Aku anggap perkataanmu itu sebagai bentuk jawaban kalau kamu nyaman bekerja di sana. Oh iya dibanding kamu memanggil Anda—jujur aku jauh lebih nyaman saat kamu memanggilku di depan Mamah. Tapi terserah, itu hakmu untuk memanggilku seperti apa, sebagai orang yang saling mengenal, aku hanya ingin mengobrol dengan nyaman," balas Elgar tanpa tersinggung sedikitpun. Detik selanjutnya dia menghilang dari hadapan Hana untuk masuk ke toilet, sementara Hana yang sempat mematung langsung kembali ke dapur.

Ketika baru saja datang dia didekati oleh seorang anak perempuan yang membawa segelas susu.

"Ini untuk Kak Hana," katanya, Hana menerimanya dengan senang hati, kebetulan dia juga sedang haus.

"Makasih banyak ya," balas Hana, tanpa dia tahu bahwa Elgar lah yang menuangkan untuknya sebelum pergi ke toilet.

1
Lusiana_Oct13
karmaaaaaaaaaaaa👍👍👍👍
Uswatun hasanah
cerita nya sangat baik aku suka semangat trus thor
Ass Yfa
huh...nggk percaya Aris sesekali..melakukannya secara dia pelayaran nggk jelas pulang kpn...mlh bebas dia diluar
Adit monmon
karma sedang berlaku
Naufal Affiq
hahaha,lucunya keluarga kalian
Setyowati Setyowati
enak bener ya ..sekali dia bilang ..yg GK keliatan dah berapa kali woiii..makanya di kasih yg bener milih piara gorong".. gitu jadinya ..karma kan berlaku
aryuu
kemana aja nyonya saras🤭🤭🤭🤭 Monggo didahar kurmonya 🥳🥳🥳
aryuu
WC umum lu kawinin her 😆😆😆😆😆
aryuu
yesssss.... ketahuan.... /Proud/ mamam nyonyah Saras 🤭🤭
amilia amel
ngomongnya sesekali tapi matanya saat masih hana pun udah kayak mau ngerayangi menantunya, untungnya hana bisa jaga diri dan bukan djalang
kamu sudah buang berlian hanya demi batu kerikil heri... sekarang rasakan akibatnya
amilia amel
shock berat kan kalian berdua begitu tau kebusukan yang sudah dilakukan oleh 2 rubah peliharaan kalian
nggak gila aja masih untung kalian🤭
Sunaryati
Itu baru lihat ketika masuk, bila lihat apa yang mereka lakukan di dalam, langsung jantungan atau stroke, Nyonya.
Zahraputri Putri
puaskan her anggap aja itu elgar gpp koq ikhlas beneran 😂😁hajar yg lebih keras lagi,,,,
TPI kalau ketemu beneran sama elgar kmu jangan coba coba pukul dia ya kalau GK mau kamu yg nanti akan dihajar balik,😂
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya kebusukan dan penghianatan mu terbongkar Mayang itu dengan Aris,gimana dengan lelaki lain,apa Heri akan syok dan mendapatkan serangan jantung,jadi nggak sabar menunggu Saras dan Heri yang jatuh lalu tertimpa tangga /Determined//Determined//Determined/
jumirah slavina
tuinggg.... tuinggg... tuinggg....
Muh Alvin Alfarizky
buahahaha syukurin kalian berdua🤣🤣🤣
ShaHana Rania Norali
semua permasalahan terlihat dengan sendirinya tanpa campur tangan Hana. good job author 👍👍😊
Nazwaputri Salmani
Dor dor dor aja pak biar damai semua nya
murni l.toruan
Astaga inikah yang namanya karma di balas tunai? Apakah zaman sekarang ini edan.... yahh ada di keluarga harmonis ternyata isinya para Dajjal
Nazwaputri Salmani
Gubrakk gubeakk jeng jeng jeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!