Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 ~ CTDKI
"Bolehkah aku membalas perasaanmu?"
Ruangan kamar dengan penerangan lampu temaram mendadak kembali hening. Tatapan mata keduanya saling mengunci dalam diam, membiarkan hati dan pikiran mereka saling berperang dalam kesunyian.
"Apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan ini?" tanya Marvin, memastikan. Dia tidak ingin Liora membalas perasaannya karena terpaksa.
"Kamu berkata seperti ini bukan karena Haikal memiliki wanita la---"
Belum selesai dengan ucapannya, Liora sudah lebih dulu membungkam bibir Marvin dengan ciuman. Perlahan Liora menjauhkan wajahnya, menatap Marvin dari jarak yang sangat dekat.
"Awalnya aku takut dan berusaha untuk terus menyangkalnya. Meskipun kamu mendekatiku dengan cara yang tidak biasa, tapi kamu sudah berhasil mencuri hatiku dan aku selalu merasa nyaman setiap kali berada di dekatmu." ungkap Liora dengan jujur.
Marvin menyunggingkan senyum tipis, hatinya bersorak mendengar Liora mengungkapkan tentang perasaannya. "Tapi aku berbahaya. Karena kamu sudah masuk, jangan harap kamu keluar dalam keadaan seperti semula."
Liora mengerjap, tiba-tiba dia menjadi gugup. "Ah, itu..."
Marvin meraih dagu Liora, membawa mata cantik itu untuk kembali menatapnya. "Aku mencintaimu, Liora Esha Maharani."
Liora tak kuasa untuk membendung air matanya saat kalimat itu keluar dari bibir Marvin, kalimat yang selalu dia nanti-nanti keluar dari bibir suaminya namun tak pernah hadir. Matanya terpejam saat Marvin mencium bibirnya, bukan hanya sekedar menempel seperti yang tadi dia lakukan, tapi Marvin menyesap dan melumat bibirnya.
Kali ini Marvin tidak ingin bersikap brutal dan agresif seperti biasanya, dia mencium bibir Liora dengan lembut dan penuh perasaan. Diam-diam tersenyum saat merasakan bibir Liora mulai ikut bergerak membalas ciumannya.
Marvin meraih tangan Liora, membimbingnya untuk menyentuh juniornya yang sudah sangat mengeras dibalik celana pendek yang dikenakannya. Reflek Liora melepaskan pagutannya, menatap Marvin dengan jantung berdebar kencang.
"Aku ingin kamu merasakannya, Liora." bisik Marvin, kembali mencium bibir Liora dengan intens.
Gaun tidur itu terlepas begitu saja hingga menyentuh tumitnya saat tangan Marvin telah berhasil menurunkannya. Marvin melepaskan ciumannya, mengangkat tubuh Liora dan membaringkannya di atas ranjang miliknya.
Liora memalingkan wajahnya saat Marvin tengah memandangi tubuhnya yang kini hanya mengenakan dalaman saja. Marvin menelan salivanya kasar, menatap takjub tubuh wanita yang dicintainya.
"Sudah terlambat karena aku tidak akan memberikan kamu waktu untuk berfikir lagi." Marvin melepaskan kaos dan celana pendeknya, membuka serta pakaian dalamnya.
Wajah Liora merona malu saat melihat milik Marvin yang berukuran jumbo itu. Masih dengan tidak siapnya, Marvin sudah menindih tubuhnya dan mencium bibirnya kembali.
"Kamu sangat indah, Sayang. Betapa bodohnya dia yang sudah menyia-nyiakanmu." ucap Marvin dengan suara seraknya.
Perlahan Marvin membuka kain penutup yang menutupi bukit kembar Liora, menahan tangan wanita itu ketika Liora ingin menutupinya karena malu.
"Jangan ditutup, aku suka." bisik Marvin.
"Aku janji, apapun yang terjadi nanti aku akan mempertanggungjawabkannya. Aku sudah siap dengan segala resikonya. Tapi, biarkan malam ini menjadi malam indah kita berdua." ungkapnya dengan mata yang sudah sangat berkabut gairah.
Liora tahu ini gila, Marvin begitu menginginkannya meskipun tahu jika dirinya adalah adik iparnya. Namun, Liora tidak bisa berbohong lagi, jika dia pun menginginkannya. Menginginkan sentuhan kakak iparnya.
Perlahan Marvin mengarahkan wajahnya ke dada Liora, memberikan sentuhan-sentuhan lembut disana tanpa meninggalkan jejak kepemilikan karena tidak mau Liora berada dalam masalah nantinya. Sementara tangannya mulai bergerak kebawah, menelusup masuk ke dalam kain segitiga berwarna hitam yang dikenakan Liora dan mengusapnya dengan lembut, memainkan jari-jarinya disana.
"Aahhh..."
Liora mendesah panjang saat Marvin telah berhasil membuatnya mencapai orgasme. Marvin memposisikan tubuhnya diatas tubuh Liora, mengecup kening Liora dan bersiap mengarahkan juniornya di lembah kenikmatan adik iparnya itu.
Liora mencengkram kuat lengan Marvin saat merasakan milik Marvin menyentuh miliknya dibawah sana yang sudah tidak ditutupi oleh kain apapun.
Marvin mengusap rambut Liora dan berbisik. "Aku akan melakukannya dengan pelan-pelan."
Liora hanya mengangguk tanpa menjawab, menyambut bibir Marvin yang kembali menciumnya dengan lembut dan penuh gairah. Sementara dibawah sana terus berusaha menerobos untuk masuk.
Satu kali, dua kali, tiga kali tetap gagal. Mungkin karena ini adalah pertama kalinya bagi Liora hingga sangat sulit untuk dimasuki. Namun, Marvin tidak menyerah, dia terus berusaha hingga akhirnya miliknya berhasil masuk dengan sempurna.
Jlebb...
Liora menganga saat merasakan miliknya seperti di sobek. Marvin mendiamkannya sebentar sampai milik Liora terbiasa dengan miliknya yang berukuran jumbo. Bibir mereka kembali bertaut, saling menyesap dan saling melumat.
Nikmatnya malam pertama kini bisa Liora rasakan meskipun dengan kakak iparnya. Diatasnya, Marvin terus bergerak dengan ritme, dia begitu menikmati penyatuan dengan adik iparnya.
"Ahhh... Kak Marvin... Aku sudah mau samp--" Liora tak melanjutkan, merasakan sesuatu sudah hampir keluar dari dalam dirinya.
"Tahan, Sayang. Kita keluarkan bersama... Ahh..." Marvin menggeram nikmat, merasakan miliknya semakin dijepit kuat-kuat.
"Ahhhh..."
Tubuh keduanya bergetar hebat saat puncak kenikmatan itu datang. Marvin menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Liora dengan napas tersengal-sengal.
"Kak..." panggil Liora, pelan. "Aku harus kembali ke kamarku sekarang."
Marvin mengangkat wajahnya, menatap wajah adik iparnya dengan tatapan tidak rela. "Aku masih ingin memelukmu, Liora."
Liora menggeleng pelan, tersenyum. "Sebentar lagi para pelayan bangun. Aku tidak mau mereka memergoki aku keluar dari kamarmu dengan memakai pakaian tidur."
"Tapi kamu bukan barang yang habis aku pakai lalu akan aku biarkan pergi begitu saja, Liora. Kamu berharga untukku." Marvin mengusap lembut wajah Liora, dia tidak ingin wanita itu beranggapan jika dia hanya menginginkan tubuhnya saja.
"Aku tidak akan berfikir seperti itu." Liora mengangkat kepalanya dan mengecup bibir Marvin. "Sekarang cabut milikmu karena aku harus segera pergi."
Marvin menghela napas berat, "Baiklah, aku akan melihat keluar untuk memastikan tidak ada orang diluar sebelum kamu keluar."
Liora mengangguk, keduanya beranjak bangun dari atas tempat tidur dan memakai pakaiannya kembali. Marvin memeluk tubuh Liora sebelum membuka pintu kamarnya.
"Aku masih tidak rela kamu pergi, biarkan aku memelukmu lebih lama lagi," Marvin memejamkan matanya, merasakan hangatnya pelukan mereka.
"Aku juga masih ingin bersamamu, tapi tolong biarkan aku pergi sekarang." Liora mengurai pelukannya, memaksakan sebuah senyuman diwajahnya.
Akhirnya Marvin mengalah, membuka pintu kamarnya dan memastikan tidak ada orang disekitar kamarnya sebelum menyuruh Liora untuk keluar dari kamarnya.
Dengan masih menahan sakit dibagian intimnya, Liora melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Sebelum tangannya sempat menyentuh knop pintu, pintu sudah dibuka lebih dulu oleh Haikal dari dalam.
"Kamu darimana saja? Aku sudah menunggumu sejak tadi."
❄️
❄️
❄️
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu