Trauma, Ex

"Permisi." Seorang wanita berseragam office girl masuk untuk meletakkan kotak makan di atas meja sofa ruangan Flory.

"Ini makan siang, Nyonya."

"Loh. Terima kasih." Flory baru melihat ke arah meja yang sudah dihiasi lima kotak makan.

Elang pasti menyiapkan ini semua karena bosan hanya bolak-balik di rumah selama bergiliran menjaga Maurin.

Flory meraih ponsel dari atas meja kerjanya, mendial nomor suaminya. Beberapa kali dia ulangi tetap tidak ada jawaban.

Flory maklum, Elang pasti kerepotan mengurus Maurin yang masih suka merengek dan minta ini itu. Belum lagi, di jam segini Maurin sudah harus disuapi makan siang.

"Elang, telepon aku setelah tidak sibuk," tulis Flory lalu mengirim pesan itu.

Sambil menunggu balasan suaminya, Flory lebih baik mulai makan siang, hari ini Elang baik hati sekali.

Menu yang dikirim bukan salad, bukan sandwich, bukan hanya buah atau minuman penjaga berat badan. Tapi, steak sapi, salmon asap, ada kuah soto dan sambal cabe merah besar juga.

Apel, jeruk, dan anggur hanya diberi satu buah satu buah saja. Ada Yogurt satu botol kecil, beberapa sachet saos mayonaise dan tomat, cukup lengkap.

Di Indonesia, ini lah menu-menu makanan kesukaan Flory. Lama sudah Flory tak pernah makan makanan berat, Flory sampai kalap untuk mencicipi semua lauk tanpa membagi.

Setelah makan, Flory memanggil dan menyuruh office girl membersihkan meja di ruangannya. Ponsel Flory baru berbunyi, Elang memberikan pesan teks.

Flory sempatkan mencuci jari-jari cantik yang baru saja dia **** satu persatu, sebelum meraih sapu tangan dan gawai pipih tersebut.

...📩 "Maaf Flo. Aku baru bisa hubungi. Aku sibuk hari ini. Menjelang tahun ajaran baru, kamu tahu sendiri."...

Flory paham, Elang pasti repot dengan tugas dari kampus, juga mengurus Maurin. Demi rasa terima kasihnya, Flory sempatkan untuk menelepon pria itu, dan segera diangkat.

📞 "Iya Sayang. Sudah makan?" tanya Elang.

"Kamu suami yang sempurna. Bahkan di tengah kesibukan kamu, kamu sempat sempatnya bikinin aku makanan." Flory tersenyum.

📞 "Makanan?"

"Hmm, salmon, sapi, soto dan lainnya. Lama aku nggak makan itu, sekarang terobati sudah kangen ku, Elang..., thanks."

📞 "Aku tidak pernah kirim makan makanan yang berkalori tinggi. Kamu tahu itu!" ketus Elang.

"Hmm?" Flory baru sadar, Elang memang tak pernah biarkan dia makan makanan berlemak sekalipun itu hanya sedikit.

📞 "Jadi hari ini kamu makan itu?" Nada Elang terdengar marah.

"Iya, aku kira kamu yang kirim, makanya aku mau makan!"

📞 "Ayolah jangan ceroboh. Hitung kalori Sayang. Kamu tahu tubuh mu..."

Ucapan Elang terhenti. Flory mendengar suara seseorang yang berbicara, mungkin sus Erie atau rekannya di zoom meeting.

📞 "Aku harus urus Maurin dulu. Kamu bakar kalori kamu dengan gym nanti sore!" Elang lantas mematikan panggilannya.

"Jadi siapa yang kirim?" gumam Flory. Lalu, dia duduk kebingungan di kursi kerjanya.

Tak lama dering ponsel berbunyi, Flory segera tahu siapa yang meneleponnya. Tentu saja dia geram karena lagi-lagi dia mendapatkan panggilan dari Liam Bagaskara.

"Kamu apa-apaan hah?" Flory ketus karena sekarang dia tahu jika menu kesukaan yang dia makan barusan dari Liam, si mantan.

📞 "Aku melakukan seperti yang kamu lakukan dulu. Anggap ini balasan ku."

Liam tertawa kecil, yang pasti Flory masih ingat cara Liam berekspresi. Dia dan Liam sudah sangat dekat sedari masih anak-anak.

Flory tak pernah bisa lupa, cara Liam tertawa, bicara dingin, bicara ketus atau menunjukkan raut datarnya. Itu semua yang membuat Flory terus terngiang-ngiang pada lukanya.

"Dulu aku melakukan itu semua karena kau tidak beristri. Aku mengejar mu sebelum kau menikah! Tapi sekarang, aku bersuami, Liam!"

📞 "Dia tidak pantas untuk mu."

"Kau lebih tidak pantas lagi!" Flory menjerit.

📞 "Setidaknya sadar Flory Miller. Kau ditipu mentah-mentah. Kamu ditipu Flo, percayalah, suami yang kamu anggap seperti malaikat, tidak sebaik yang kau harapkan!"

"Aku rasa itu bukan urusan mu!" Flory menyela ucapan mantannya. "Jangan pernah lagi hubungi aku jika bukan soal Maurin!"

Kesal membuat Flory melempar ponselnya begitu saja ke meja hingga terjatuh ke lantai dan mengeluarkan suara prak.

"Ada apa, Flo Sayang?"

Di ambang pintu laki-laki berjabatan komisaris melongoknya. King Miller datang karena penasaran dengan raut dan gesture tubuh sepupunya.

"Saudara ipar kamu!" ketus Flory.

"Liam maksudnya?" King memang menikah dengan adik tiri Liam: Aisha.

"He's trying to stalk me, King!" Flory mendengus sambil terpejam. King bisa melihat betapa frustrasinya wanita itu.

"Apa karena udah tahu Maurin anaknya, dia jadi stalking kamu?" tanya King.

"Mungkin!" Flory menekuk wajahnya. Dan King menepuk punggung wanita itu. "Lebih sabar lagi. Ok. Kamu wanita yang kuat."

"Hmm," angguk Flory. Setidaknya ada banyak saudara yang mendukung dirinya. "Aku pulang cepat ya, King. Aku mau nge-gym."

"Boleh..." King setuju. "Tapi, bukannya di rumah Maurin lagi butuh kamu?" tanyanya.

"Elang yang jaga. Dia juga yang suruh aku nge-gym. Jadi aman," pungkas Flory yang membuat King manggut dengan oh-nya.