Lelah selalu dimanfaatkan sang ayah, hingga akhirnya Bella memutuskan rantai keuangan ayahnya dengan menyerahkan kesuciannya pada sang sahabat. Leo Respati, adalah pria beruntung itu yang mendapatkan keperawanan Bella.
Tapi Leo bukanlah pria biasa, Ia selalu bertanggung jawab atas Bella setelahnya. Bahkan Leo berjanji akan selalu melindungi Bella bahkan dengan nyawanya sendiri.
Bagaimana Bella, jika tahu Leo adalah anak seorang Mafia? Apalagi saat Leo bertanggung jawab meneruskan bisnis hitam orang tuanya selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna Surliandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Untung ada Bella
Leo seketika tertawa renyah, lalu menyodorkan Atm untuk membayar semua belanjaan itu. Bahkan Bella penasaran dengan semua total yang harus dibayar Leo untuknya.
"Berapa?"
"Tujuh ratus Lima puluh ribu, Kak." jawab sang kasir. Bella seketika melotot pada Leo, dan seolah ingin mengembalikan barang itu dipajangan.
"No... Udah ku bayar!" tatapan Leo tak kalah tajam padanya.
Bella mengatupkan bibirnya sembari memeluk kantong belanjaanya saat itu. Siapa yang tak senang, tapi rasa tak enak hatinya lebih tinggi dari rasa senang itu sendiri. Selama ini, tak ada yang pernah mau membantu Bella dalam kondisi sesulit apapun dalam hidupnya. Ia tak punya keluarga yang bisa dianldalkan, apalagi jika berkaitan dengan sang ayah yang urakan.
Semua memilih untuk menjauh, seolah tak pernah kenal dengan keluarga Bella selama ini.
"Le... Makasih. Aku janji, besok akan aku ganti kalau..."
"No... Anggap aja itu hadiah buat ulang tahun kamu nanti, Bell. Ini pertamanya aku nemenin kamu ulang tahun, kan? terus katanya kamu ngga pernah daper hadiah ulang tahun dari yag lain?"
"Iya, tapi... Aku ngga pernah minta apapun dari kamu, Le." Bella masih saja tak enak hati pada sahabatnya itu. Ia tahu benar gaji Leo tak jauh beda dengannya, apalagi Leo anak baru ditempat kerja mereka. Meski rajin dan gesit, tapi gaji Leo masih dibawah Bella saat ini.
"Tapi aku mau memberikannya. Ayo pulang," ajak Leo.
Bella segera menurutinya dan naik kembali keatas motor sport mahal itu. Mereka berjalan cepat menuju ke kost, setelah sebelumnya mencari beberapa menu untuk makan malam kali ini. Seperti biasanya, yang sederhana dan bisa dihangatkan untuk sarapan esok pagi.
Bella baru bisa tersenyum saat tiba di kost. Ia segera masuk sembari melenggak-lenggokkan pinggulnya, dan segera kekamar mandi untuk mencuci pakaian barunya dan menjemurnya diluar, itupun dengan wajahnya yang semringah. Ditemani Leo yang sedaritadi senyum sendiri memperhatikan sahabatnya itu dengan tingkahnya.
Persis seperti anak kecil yang mendapat baju baru setelah sekian lama. Dan memang seperti itu, karena sangat jarang bagi Lili membeli semuanya. Apalagi saat ia melihat total yang harus dibayar oleh Leo kala itu. Yang bahkan uang yang Ia pegang saat ini tak cukup untuk membeli separuhnya.
Usai mencuci, Bella langsung duduk disebelah Leo. Ia meraih kaki Leo dan memijitnya sembari cengengesan tak karuan, Leo hanya menatapnya geli kala itu.
"Eh... Kenapa ini?" tanya Leo keheranan.
"Ngga papa, hehe. Terimakasih ya, Le. Aku akhirnya punya baju baru. Seneng deh rasanya,"
"Tadi ku tawarin nambah ngga mau. Padahal masih cukup tuh,"
"Engga," geleng Bella. "Udah cukup segitu aja, udah bersyukur aku. Uangnya disimpen aja buat masa depan kamu nanti." ujar Bella yang mulai sok dewasa.
"Cie... Ngomongin masa depan. Masa depan sama siapa?" Leo tampak meremehkan garis nasibnya. Wajar saja, karena Ia memang tak seharusnya memikirkan masa depan hingga sejauh itu.
"Ya, kan pastinya memikirkan buat menikah, berkeluarga, punya anak. Itu aja sih menurutku," ucap Bella sembari terus memijat kaki panjang Leo.
Pria itu keenakan saat itu. Lama kelamaan Ia mengantuk dan memejamkan matanya, apalagi mendengar kicauan Bella yang panjang lebar keluar masuk dalam telinganya. Bagi Leo, yang bahkan belum terfikir sama sekali untuk masa depan yang akan bagaimana nantinya .
Karena yang jelas untuk saat ini adalah menaklukan tantangan dari sang Ayah, hingga akhirnya kembali untuk menjadi pewaris tahtanya.
"Memikirkan masa depan itu penting, Le. Agar kita dapat merancang bagaimana kehidupan kita dikemudian hari. Iya kan, Le? Le... Leo? Ya, tidur malahan. Orang lagi nasehatin bagug-bagus malah tidur. Eeeerrrrggghhh!" geram Bella yang langsung menepuk kasar kaki panjang itu.
Leo bahkan tak terbangun karenanya, dan tidur terus dengan posisi bersandar ditembok dengan tangannya bersedekap didada.
Kesempatan itu digunakan Bella untuk merapikan kamar. Ia mengganti sepray yang sempat Ia bawa dari rumahnya kemarin, mengepel lantai dan bagian lainnya.
Memang beda, saat kamar kost memiliki seorang wanita didalamnya. Padahal, Leopun bukan pria yang jorok dengan keadaan kamar kecilnya itu. Ia cukup rapi dan mau membereskan semuanya sendiri, meski masih memiliki satu kelemahan yang luar biasa. Yang tak lain pada pakaian dalamnya yang selalu sekali pakai.
Dan lagi-lagi untung ada Bella, hingga Ia bisa sedikit hemat dalam pembelian pakaian dalam. Maka dari itu, Ia mantraktir Bella untuk membeli pakaian barunya.
Pintar juga Leo rupanya. Tapi mereka seperti memang beruntung, karena saling memiliki satu sama lain saat ini