Lily Light Kato, yang terlahir dengan limpahan materi dan kemewahan, lebih memilih hidup mandiri dan jauh dari keluarganya.
Lily menyembunyikan status aslinya juga menutupi kecantikannya dengan berpenampilan culun dan berwajah buruk rupa.
Lily lebih memilih menjadi, tenaga relawan di salah satu panti sosial.
Niat hati ingin menolong sepasang suami-istri yang mengaku terlantar, malah menjerumuskan Lily pada sebuah pernikahan kilat, dengan putra semata wayang pasangan suami-istri itu.
bagaimana kisah Lily, putri Kimberly dan Arthur selanjutnya?
saksikan terus kisah mereka hanya di sini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uma_bhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Malam pun tiba, kini ruangan luas itu menjadi saksi sakral untuk pasangan suami-istri yang baru saja sah.
Dengan hanya disaksikan oleh orang-orang terdekat dan kepercayaan mereka. Tidak ada gaun mewah atau dekorasi pernikahan megah.
Yang ada hanya penampilan seperti biasa. Lily dengan penampilan sederhananya yang culun, wajah yang tetap buruk rupa.
Sementara Brian dengan setelan jas mewah. Tidak ada wajah antusias terlihat pasangan baru itu. Hanya ada raut wajah biasa dan sinis yang berasal dari Brian.
Tuan dan nyonya Smith begitu lega, rencana untuk menikahkan putra mereka dengan seorang wanita baik-baik tercapai. Meskipun suasana pernikahan impian mereka jauh dari kata sempurna.
Brian dan Lily kini saling berhadapan, Brian sejak tadi bergidik geli melihat wajah Lily dari jarak sangat dekat. Mereka akan bertukar cincin pernikahan.
Brian dengan jari-jari kekarnya yang lembut, meraih telapak tangan Lily dengan gerakan jijik. Ekspresi wajah pria itu juga begitu waspada.
Lily yang melihatnya hanya memutar bola matanya, segera Lily mengambil cincin di tangan Brian dan memasangnya sendiri.
Lily menatap Brian dan memasang wajah santai. wanita itu melemparkan cincin yang akan disematkan ke jari manis Brian dan mencibirkan bibirnya.
Dengan wajah masih terlihat melongo, Brian kelabakan menangkap cincin yang dilemparkan Lily.
Seluruh pelayan dan orang kepercayaan mereka, tercengang melihat aksi lempar cincin pernikahan.
"Pernikahan macam apa ini?" Bisik salah satu pelayan. Wajahnya tidak berubah, shock melihat pasangan suami-istri baru.
"Pernikahan yang tidak akan pernah kita saksikan," sahut rekannya.
"Semoga mereka bahagia," sela yang lain, berdoa kebahagiaan pengantin baru itu.
"Semoga kedua mata tuan muda tetap normal," timpal seorang pelayan pria.
Pelayan lain hanya menatap pria itu dengan wajah kebingungan. Sedangkan pelayan pria hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Dia akan melihat wajah nyonya muda." Pria itu menjawab tatapan penasaran pelayan lainnya.
"Kamu benar, kasihan tuan muda harus menikah dengan wanita seperti itu, padahal tuan muda terkenal rupawan dan hot. Pasti dia akan sangat muda mendapatkan wanita tercantik di dunia." Seorang pelayan berkomentar dengan raut wajah sedih.
"Hum, kamu benar." Para pelayan pun masing-masing mengeluarkan pandangan mereka mengenai pernikahan langka ini. Pernikahan antara si buruk rupa dan seorang pangeran tampan.
Nyonya dan tuan Smith mendekati putra dan menantunya itu, keduanya memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru tersebut yang terlihat saling menjaga jarak.
"Selamat sayang." Nyonya Alice segera memeluk Lily dan mengucapkan kata selamat.
"Terima Kasih, nyonya," balas Lily dengan wajah ramah.
"Panggil, mommy. Mulai sekarang kamu harus memanggilku mommy," jelas nyonya Alice.
"Baiklah, terimakasih mommy," sahut Lily, membenarkan ucapannya.
Nyonya Alice begitu bahagia, ia tidak hentinya memeluk Lily dan bahkan mencium kedua pipi Lily.
Brian yang melihat, begitu kegelian dan ingin muntah. "Astaga, aku harus apa dengan wanita seperti dia." Brian berkata dengan gerakan dalam hati.
"Selamat, nak!" Tuan Jeremy mengucap selamat kepada menantunya itu.
"Semoga kalian selalu bahagia dan segera memberikan kami keturunan," lanjut tuan Jeremy, dengan wajah penuh harapan.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang ingin memuntahkan isi perutnya dan pelakunya adalah — Brian. Pria itu sungguh tidak bisa membayangkan dirinya akan hidup berdua dengan istri buruk rupa-nya.
"Aku tidak akan membayangkan mimpi buruk itu, bisa saling berbagi dengannya," batin Brian dan kembali ingin memuntahkan isi perutnya.
"Maafkan dia, nak," bisik nyonya Alice. Ia merasa tidak nyaman dengan tingkah putranya. Ia takut menantunya akan tersinggung.
"Tidak apa, mom," sahut Lily menampilkan wajah biasa saja.
Lily hanya mencibir ke arah pria yang sudah menjadi suaminya itu, ia juga tidak merasa takut dengan tatapan tajam suaminya. Wanita itu lebih memilih berjalan ke arah makanan.
Memilih memakan sesuatu dari pada melihat wajah kaku suaminya yang merasa paling — Sempurna.
____________
Malam pun semakin larut, acara keluarga sudah selesai. Sebagian penghuni Mansion kini menikmati tidur malam mereka.
Termaksud tuan dan nyonya Smith. Mereka bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Putranya akhirnya menikah juga dan menjauhkan putranya dari rumor memalukan.
Di saat sebagian penghuni rumah terlelap dengan nyaman. Tidak dengan pasangan pengantin baru itu.
"Apa yang kau lakukan!"
"Tidur!"
"Kamu dilarang menyentuh apapun di dalam kamarku!"
"Aku bukan patung."
"Kau!"
"Akhh! Dasar istri jelek buruk rupa!"
