Pernikahan Kedua Suamiku

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Ross dan Renny mengerjakan semua pekerjaan mereka dengan cepat. Sesuai janji Renny dia akan menemani Ibu hamil itu mencari mangga muda dipasar.

"Ayo Ren". Ajak Ross tak sabar sambil meneteng tasnya "Jangan terlalu lama ya Ren, aku mau jemput anak-anak". Ujarnya sambil berjalan.

"Iya iya sabar kali Ross". Gerutu Renny.

Ross terkekeh melihat wajah kesal sahabat nya itu.

Mereka berdua keluar dari gedung pencakar langit. Segera keduanya naik angkot untuk menghemat biaya. Jika taksi pasti mahal. Ross juga sengaja meninggalkan sepeda nya diparkiran. Besok saja dia akan ambil.

"Ren, aku gak sabar pengen makan mangga muda. Pasti enak banget Ren". Ross mengusap lehernya. Membayangkan mangga saja membuat air liurnya ingin mengetes.

"Iya Ross. Kamu tenang aja, banyak kok dipasar". Renny geleng-geleng kepala "Ehhh bentar Ross, bukannya itu suami kamu yaa? Tapi dia siapa?". Renny menujuk mobil Herdianto yang tengah terparkir, didepannya ada Herdianto dan Yuli yang tengah mengobrol.

Dada Ross langsung sesak. Secepatnya wanita itu memalingkan wajahnya. Tak sanggup melihat permandangan yang selalu membuat hatinya terasa pedih.

"Biarin aja". Ucap Ross menyeka air matanya.

Renny menatap Ross menyelidik. Dia yakin jika ada yang disembunyikan sahabat nya ini.

"Ross kamu lagi gak nyembunyiin sesuatu kan dari aku?". Tatap Renny menyelidik.

Ross terdiam menunduk. Angkot itu pun berhenti dipasar. Keduanya turun. Renny masih penasaran, tapi Ross enggak juga menjawab

Keduanya berkeliling pasar mencari mangga muda itu. Ross benar-benar tak sabar ingin melahap mangga itu sepuas hatinya. Pasti akan segar sekali.

Setelah keduanya membeli mangga dan beberapa cabe rawit. Ross mengajak Renny untuk rehat sejenak. Sejak hamil dia mudah sekali kecapean.

"Bang es teler nya dua. Agak banyakin batu es nya yaaa". Pesan Renny.

"Siap Neng. Tunggu sebentar yaaa". Ucap sang penjual.

"Ross, kalau kamu butuh teman curhat. Aku selalu ada kok buat dengerin cerita kamu. Jangan dipendam ya Ross". Renny mengusap bahu Ross.

Ross menunduk sejenak. Mungkin Renny adalah tepat berbagi paling tepat. Renny bukan hanya sahabat tapi juga saudara bagi Ross. Keduanya saling melengkapi satu sama lain.

"Mas Herdi nikah lagi".

"Apa?". Pekik Renny terkejut "Maksud kamu Ross?".

"Mas Herdi nikah diam-diam Ren. Wanita itu mengandung anak Mas Herdi, dia istri kedua Mas Herdi". Jawab Ross berusaha menahan air matanya. Namun tetap saja sekuat apapun dia menahan air matanya. Air mata itu tetap keluar begitu saja.

Nafas Renny memburu menahan emosi. Dia tak menyangka jika Herdianto yang terlihat, kalem-kalem saja tega berkhianat.

"Dasar laki gak tahu diri. Benar-benar itu Mas Herdi". Ujar Renny "Kenapa kamu gak minta cerai aja sama dia Ross? Apa dia masih peduli sama kamu dan anak-anak?". Cecar Renny.

Ross menggeleng "Mas Herdi gak mau ceraiin aku Ren. Aku juga belum siap pisah sama Mas Herdi. Aku cinta sama dia. Aku gak mau anak-anak ku tumbuh tanpa kasih sayang dari Papa nya". Sahut Ross menyeka air matanya.

"Apa bedanya Ross? Kamu punya suami tapi kayak gak punya suami". Renny geleng-geleng kepala "Aku paham perasaan kamu. Sama kayak pertama Mas Paul nikah dulu. Tapi dia bisa adil. Dia gak ngebedain aku sama istri keduanya. Dia tetap menafkahi aku. Tapi beda sama kamu, kamu dibuang kayak gak berharga gitu". Emosi Renny rasanya sudah ke ubun-ubun.

"Aku mikirin anak-anak Ren. Apalagi Jack, dia sayang banget sama Papa nya. Apa aku tega nghancurin kebahagiaan anakku sendiri? Gak apa-apa aku yang sakit, asal kedua putraku bahagia".

Renny menghela nafas. Dia menatap Ross dengan sendu. Memeluk wanita itu, dan berusaha menyalurkan kekuatan pada Ross. Ross adalah sahabat baiknya. Meski nasib mereka sama. Tapi setidaknya Renny sedikit beruntung. Hanya saja dia tidak dikaruniai anak, hal itulah yang membuat suaminya menikah lagi.

"Ini pesanan nya Neng".

"Makasih Bang".

Ross bangkit dari pelukkan Renny. Dia mengusap air matanya dengan kasar.

"Udah gak usah nangis lagi". Ucap Renny menyerahkan gelas berisi es teler yang dia pesan tas "Minum gihh".

Ross menurut dan menyesap es segar yang dipesan Renny. Setidaknya es itu bisa sedikit mendinginkan hatinya yang tadi terbawa emosi.

"Ross kalau kamu emang udah gak sanggup. Saran aku sebaiknya kamu pergi dan minta Mas Herdi buat ceraiin kamu. Aku yakin anak-anak kamu pasti ngerti kok". Ucap Renny.

Ross malah menggeleng "Gak semudah itu Ren. Gimana perasaan Jack, ngeliat Papa sama Mama nya pisah. Aku gak mau anak-anak jadi korban keegoisan ku sendiri. Aku akan bertahan sampai dimana aku kuat. Tapi jika nanti aku emang udah gak kuat lagi, aku bakal nyerah dengan sendirinya".

Renny mengangguk paham. Dia tidak akan memaksa Ross untuk mengambil keputusan sekarang.

Renny adalah sahabat yang tahu seluk beluk kehidupan Ross. Hanya Renny yang tahu jika Herdianto adalah suami Ross. Herdianto sengaja menyembunyikan status pernikahan nya dengan Ross dengan alasan tidak mau dianggap makan sebelah oleh orang-orang yang ada dikantor.

"Ya udah ayo pulang. Aku harus jemput anak-anak. Aku juga gak sabar pengen makan mangga ini". Ross mengangkat kantong plastik yang dibawa.

"Ayo".

Renny menatap kasihan pada Ross. Sudah memiliki mertua yang jahat. Harus memiliki suami yang tega berpoligami lagi. Sungguh nasib Ross membuatnya begitu kasihan.

Ross menjemput kedua putranya seperti biasa. Rutinitas yang tak pernah absen dia lakukan. Bagi Ross membagi waktu dengan kedua anaknya adalah hal yang paling penting dalam hidupnya.

Sampai dirumah Ross harus membereskan pekerjaan rumah. Karena Ligina dan Hilda benar-benar hanya tahu makan dan pamer harta ke teman-teman sosialnya. Apalagi Herdianto seorang GM perusahaan ternama tentu saja menjadi suatu kebanggaan bagi Ligina dan Hilda.

Ross lah yang menjadi tumbal nya. Ross yang harus menjadi babu mereka. Membersihkan rumah, menyiapkan makanan dan bekerja mencari nafkah. Sedangkan mereka berdua bermalas-malasan setiap hari. Mungkin ini yang membuat Herdianto tidak mau menceraikan Ross, karena dia selalu memperalat istri nya agar mengurus Ibu dan adiknya

Ross dengan tak sabar membuka kulit mangga itu. Dia hampir meneteskan air liurnya. Mangga memang mempunyai daya tarik sendiri bagi seorang wanita hamil seperti nya.

"Mau Ma". Pinta Jackson.

"Asam Nak. Jack mampu?". Ujar Ross.

Jackson menggeleng "Tapi Jack pengen ngelasain ngidam kayak Mama". Sahut pria itu.

Ross malah terkekeh "Ntar yaa kalau udah besar trus Jack nikah dan punya istri. Istrinya Jack ngidam, Jack juga ikutan ngidam". Ujar Ross.

"Tapi kenapa Papa gak ngidam kayak Mama. Papa kan suami Maka?". Tanyanya polos.

Ross terdiam sejenak. Berpikir akan menjaga pertanyaan putranya

"Karena Papa sibuk jadi gak sempat ngidam". Jawab Ross asal.

Bersambung.......