Seorang wanita muda, meminta seorang pria yang tak di kenal nya untuk menikahinya. Namun siapa sangka permintaan nya pun di kabulkan saat melihat wanita tersebut di paksa menikah oleh kedua orang tua nya demi melunasi sebuah hutang.
Adela Anggita dan Raiz Hafid Faisal, pernikahan kedua nya terikat di atas sebuah kontrak pernikahan.
Apakah pernikahan kontrak tersebut akan membawa mereka pada pernikahan yang sesungguhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Herliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima Kasih Cinta, Jangan Pernah Menyesal
Adela berdiri dengan air mata yang sudah lolos, matanya terpejam dengan tubuh bergetar dengan isak kan tangis yang semakin keras.
"Maaf Pak Bupati, maaf kan saya hiks.. hiks.. hiks.. maaf kan saya yang sudah lancang mencintai Bapak dan menjadi orang ketiga di hubungan Bapak hiks... hiks... "
Raiz berjalan mendekati Adela, di tarik nya tengkuk leher Adela. Ciuman bibir Raiz darat kan di bibir Adela. Mata Adela terpejam begitu pun dengan Raiz, saat bibir mereka saling menyatu dan saling berbalas.
Tangan Adela, Raiz arah kan di leher nya hingga kedua tangan Adela di kalung kan di leher Raiz.
Ciuman masih berlanjut hingga sama - sama saling terbuai, saat sama - sama merasakan sesak nafas. Raiz dan Adela saling menautkan di kening.
"Saya harap kamu pun mengerti akan maksud ini, tapi maaf dari awal kamu tahu ada hati yang selalu tersimpan rapih di dalam tubuh ini. " Ucap Raiz.
Adela semakin mengeratkan pelukan nya, begitu pun juga Raiz membalas pelukan Adela.
"Terima kasih Mas, terima kasih untuk jawaban semua nya. " Ucap Adela.
"Kita menikah baik - baik, dan perpisahan pun juga harus baik - baik. Maaf kita tidak bisa bersatu. " Ucap Raiz.
"Iya Mas, saya mengerti." Ucap Adela dengan melepaskan pelukan Raiz.
"Semoga kita bisa jadi Sahabat, dan semoga kita bisa saling melupakan isi hati ini." Ucap Raiz menatap sangat lekat.
"Ini sebuah cinta yang indah, sebuah cinta yang saya rasakan sangat berbeda. Saya doakan Mas bahagia bersama Anita." Ucap Adela semakin terisak.
"Mas do'a kan kamu juga bahagia kelak bersama pendamping hidup kamu." Ucap Raiz.
"Boleh kah untuk malam terakhir kita, Saya tidur di kamar Pak Bupati , malam ini bersama Bapak? " Pinta Adela.
"Iya, kita tidur bersama malam ini." Ucap Raiz.
***
Adela berbaring di atas tempat tidur bersama Raiz, Adela memeluk tubuh Raiz dengan dada Raiz sebagai bantalan nya.
Tangan Raiz mengusap punggung Adela, mata mereka pun enggan untuk terpejam.
"Malam ini sangat indah Mas, dari jendela kamar yang luas kita bisa melihat bulan dan bintang kecil yang ber kelap kelip."
"Malam ini tak akan pernah Mas lupakan, Mas akan ingat selalu malam ini."
"Jangan Mas, selama sudah bersama Anita. Jangan pernah Mas ingat malam terakhir kita. Jangan lagi Mas ingat hubungan Mas dengan saya. Perlahan kita harus sama - sama lupa."
Raiz mengecup kening Adela sangat lama, hingga di eratkan nya pelukan Raiz untuk Adela.
Hampir jam 3 pagi, mata mereka tak mau terpejam hanya posisi yang terus saling memeluk tanpa ingin lepas.
"Tidur, sebentar lagi Shubuh. Kebetulan besok tanggal merah kamu bisa tidur kembali setelah Shalat Shubuh. " Ucap Raiz.
"Nggak bisa tidur, saya nggak ingin cepat berakhir. " Ucap Adela.
"Kita masih ada waktu sampai besok siang, Kita nggak ada jadwal kemana - mana." Ucap Raiz.
"Jam itu cepat Mas, saya tidak mau habis waktu karena kita tertidur. Sebelum kita benar - benar berpisah kita nikmati detik - detik perpisahan kita." Ucap Adela.
Raiz mencium bibir Adela, lalu beralih ke kening nya.
"Tidur lah, Mas nggak akan tinggalkan kamu."
*****
Setelah Shalat Shubuh, Raiz dan Adela tertidur pulas, dengan saling berpelukan. Sarapan pagi pun masih utuh di atas meja makan.
"Pak Raiz kenapa belum bangun juga ya? " Ucap Vera yang masih berdiri di depan meja makan.
"Pak Raiz belum bangun? " Tanya Harlan.
"Belum, tapi seperti nya Pak Raiz tak sendiri didalam kamar nya. " Jawab Vera.
"Memang sama siapa? Tanya Harlan penasaran.
" Terakhir lihat sama Mba Adela. " Jawab Vera.
"Jangan sembarangan bicara, nanti bisa kena pasal. "
"Tapi benar saya nggak salah lihat."
"Sudah jangan tebar gosip."
****
Adela pun bangun dari tidur nya, dan tangan Raiz masih melingkar di perut nya. Adela mengusap punggung tangan Raiz yang masih berada di atas perut nya.
"Mas, bangun Mas. " Ucap Adela pelan.
Mata Raiz membuka, dan melihat Adela tengah tersenyum pada nya.
"Jam berapa? " Tanya Raiz yang semakin mengeratkan pelukan nya dengan wajah yang Raiz benamkan pada dada Adela.
"Jam 11 siang Mas. " Jawab Adela.
Raiz bangun dan dengan segera bersandar di kepala ranjang, dan menatap ke arah Adela yang sedang tersenyum ke arah nya.
Adela pun ikut bersandar di kepala Ranjang, dan dengan wajah yang begitu sangat cerah.
"Kenapa wajah kamu begitu sangat bahagia, bukan nya kita akan berpisah? " Tanya Raiz.
"Pertemuan kita kan tak ada drama yang sedih hanya drama menjengkelkan jadi kita ya harus berpisah seperti biasa. Kita kan awalnya dari orang yang sama sekali tak saling kenal hingga kini kita saling kenal. Di sisi lain kita juga tak tahu siapa pemilik hati nya. " Jawab Adela.
"Apa kamu yakin? " Tanya Raiz kembali.
"Saya yakin, setelah ini saya akan pergi Mas. Dan saya akan datang bukan sebagai Adela mantan istri Pak Raiz. " Jawab Adela.
Raiz menundukkan Kepala nya dan kembali menatap ke arah Adela.
"Mulai saat ini, Saya Raiz Hafid Faisal mentalak Adela Anggita Binti Syarif Hidayatullah. Haram bagi saya untuk menyentuhnya saat ini. "
Adela tersenyum namun tidak dengan Raiz, hanya menatap ke arah Adela. Dan setelah mentalak Adela, Adela bangun dan mengambil pakaian ganti dan masuk ke kamar mandi.
Adela keluar dengan hijab nya, dan memasukan kembali pakaian kotor nya di dalam Paper bag.
"Saya pamit Pak, terima kasih. " Adela pun keluar dari kamar Raiz hingga pintu pun tertutup kembali.
Raiz memeluk bantal bekas Adela tidur, rasa sakit di hati sangat begitu menusuk.
*****
Ibu Nuri menatap ke arah kamar yang kini kosong, matanya berkaca - kaca. Saat itu Raiz pun datang berdiri tepat di belakang Ibu Nuri.
"Kenapa kamu lepas wanita seperti Adela? "
"Kita tak bisa bersatu sejak awal juga. "
"Kalau kalian saling cinta kenapa kalian harus berpisah? " Ucap Ibu Nuri dengan suara bergetar.
"Karena kalau melanjutkan akan ada hati yang tersakiti. " Ucap Raiz menatap kamar yang kini sudah rapih dan tak terlihat kembali Adela di dalam kamar nya.
"Ibu harap suatu saat jangan kamu sesali keputusan ini. "
Ibu Nuri pergi meninggalkan Raiz, dan masuk kedalam kamar nya. Raiz meraba tempat tidur milik nya, dan mengingat dirinya dan Adela bersama saat malam itu.
"Semoga kamu di luar sana mendapatkan kebahagiaan lebih dari apa yang belum pernah saya berikan. Terima kasih untuk kenangan singkat kita."
*****
"Makasih Bang sudah cari kontrakan untuk saya. " Ucap Adela.
"Sama - sama, kalau ada apa - apa, Adek jangan sungkan hubungi Abang. " Ucap Irfan.
"Iya Bang, sekali lagi makasih. Abang sudah mau di repot kan sama Adela."
"Abang kan sudah bilang, kalau Abang masih peduli sama kamu. Dan Abang masih sayang sama kamu. "
.
.
.
.
.