"Kamu tahu kenapa ibuku memberikan nama Queenza? Karena aku adalah seorang ratu. Ya, seorang ratu yang bisa mendapatkan apa yang aku mau, termasuk kamu."
Demi melancarkan balas dendam, Queenza menjebak suami dari adiknya untuk tidur bersamanya. Rasa cinta Ayyara pada suaminya Abian, tak membuatnya marah setelah sang kakak meniduri sang suami. Namun hal buruk datang, di mana ternyata Queenza hamil. Ia juga meminta Abian untuk bertanggung jawab dan meninggalkan Ayyara.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Akankah Abian tanggung jawab dan menceraikan Ayyara, atau mengabaikan Queenza dan tetap bersama wanita yang dicintainya?
Ikuti terus kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs.A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Ayyara
Abian mengacak rambutnya frustasi. Karena keceplosan memanggil wanita lain, tiba-tiba di tengah permainan Ayyara menghentikannya. Wanita itu kini menangis sesegukkan. Hatinya sungguh sakit saat suaminya justru memanggil nama wanita lain ketika mereka melakukan hal intim.
"Apa karena ini juga saat Mas ingin menyentuhku tetapi tidak jadi?" tanya Ayyara dengan isakan yang terdengar pilu.
"Sayang, maafkan Mas. Mas tidak bermaksud seperti itu."
"Apa jangan-jangan kejadian malam itu karena kalian suka sama suka?"
"Tidak, Ayya. Itu memang jebakan. Aku tidak mungkin mengkhianatimu," kata Abian meyakinkan istrinya.
"Lalu tadi apa?" tanya Ayyara terisak. "Aku sudah berusaha melupakan kejadian itu. Tapi Mas justru mengingatkannya lagi. Apa Mas mulai menyukai Kakak setelah tidur dengannya? Apa aku tak semenarik Kak Queenza sehingga kini Mas tak berselera denganku?"
"Tidak, Sayang. Kamu masih satu-satunya pemilih hati dan jiwa Mas. Mana mungkin seperti itu. Maafkan atas keceplosan tadi."
"Keluar, Mas. Aku ingin sendiri."
"Ayya ...."
"Aku mohon, aku butuh ketenangan."
Dengan terpaksa, akhirnya Abian mengalah dan keluar dari kamar. Selepas keluar sang suami, Ayyara menangis tersedu. Ia sungguh merasa sakit saat bagaimana suaminya memanggil nama sang kakak dengan suara yang begitu lembut. Seakan ia begitu mendamba kakak sambungnya itu.
Abian menatap pintu kamarnya. Ia merutuki diri Kenapa dalam keadaan intim seperti itu ia harus menyebut wanita lain. Andai ia di posisi Ayyara pun pasti akan sakit hati.
"Bodoh kamu, Bian!" rutuknya pada diri sendiri.
**
Pagi menjelang. Abian telah siap untuk menuju kantor. Semalam ia tidur di kamar lain sebab Ayyara yang masih marah dan ia mengerti itu.
Abian tersenyum saat melihat istrinya yang tengah menyiapkan sarapan. Pemandangan yang tak pernah ia lihat selama satu tahun pernikan mereka. Ia menghampiri Ayyara yang tengah memasak nasi goreng dan memeluk sang istri dari belakang, membuat wanita itu terlonjak kaget, tetapi ia abaikan.
"Hmmmm wangi sekali masakan istriku yang cantik," puji Abian sembari menyandarkan dagu di bahu sang istri.
"Lepas, Mas. Aku sedang masak," kata Ayyara dengan nada bicara sedikit malas.
"Tidak. Aku takut bidadariku terbang jika aku melepas pelukanku," kata Abian dengan iseng mencium tengkuk leher istrinya.
"Mas," desis Ayyara yang Abian tahu area sensitifnya.
"Maafkan kejadian semalam. Mas sungguh tak sengaja. Mas sedang memikirkan projek baru dengan Queenza dan sedikit membebani pikiran Mas. Makanyanya nama dia tiba-tiba kesebut," ujar Abian mencium pipi istrinya.
Ayyara menghela napasnya, lalu mematikan kompor dan berbalik menatap suaminya.
"Mas gak bohong, kan?" tanya Ayyara dengan tatapan penuh harap.
"Benar, Sayang. Hanya kamu satu-satunya wanita di hidup Mas. Kamu yang terbaik. Bahkan seksi," bisik Abian membuat Ayyara akhirnya tersenyum.
"Jangan hancurkan lagi hatiku, Mas. Aku gak sanggup," katanya dengan berkaca-kaca.
"Maafkan Mas. Mas tidak akan mengulangi lagi. Itu sebuah kecelakaan yang tidak disengaja. Sumpah." Abian menaikkan dua jari berbentuk V.
"Aku percaya sama Mas," jawab wanita cantik itu memeluk suaminya.
"Jangan biarkan Mas tidur di kamar lain, Sayang. Mas kedinginan kehilangan selimut Mas."
"Iya, nanti tidur di kamar," jawab Ayyara tersenyum.
"Nah, ini baru Ayyara Zara, istriku yang manis." Berulang kali Abian menciumi kening istrinya. "I love you Ayyara."
"Love you too Mas."
Keduanya saling tatap hingga entah siapa yang memulai, kini mereka saling berciuman. Keduanya cukup lama meluapkan rasa tak enak sejak kemarin, hingga akhirnya mereka melepas penyatuan bibir itu. Abian tersenyum sembari mengusap bibir sang istri yang basah.
"Makasih, Sayang. Makasih karena sudah memaafkan kesalahan Mas yang teramat besar itu. Makasih karena memiliki hati yang lapang. Mas sungguh merasa berdosa setiap kali menatapmu. Mas tahu, apa yang terjadi sungguh menyakitimu. Maafkan Mas yang masih belum maksimal membahagiakanmu," ujar Abian berkaca-kaca.
Ayyara sendiri hanya bisa memeluk sang suami dengan air mata kembali jatuh.
"Ayya sangat mencintai Mas. Jangan pernah tinggalkan Ayya, Mas."
Abian pun memeluk sang istri dengan sangat erat. "Hanya Allah yang bisa memisahkan kita."
Keduanya larut dalam perasaan yang sedikit lebih tenang. Meski masalah besar datang, mereka berusaha untuk tidak larut dan segera menyelesaikan. Keduanya hanya berharap Queenza tidak mengusik mereka lagi, cukup kejadian waktu itu.
Akan tetapi, mereka tidak tahu bahwa apa yang terjadi sebelumnya adalah rencana awal Queenza. Ia masih memiliki bom terbesar yang akan menghancurkan rumah tangga Ayyara dan Abian.
**
Queenza mengusap kepalanya yang terasa pusing. Sejak pagi tadi entah mengapa tubuhnya terasa tak enak. Berulang kali ia memijat dahinya bergantian ke leher.
"Nona, ada apa dengan Anda?" tanya Maryam yang masuk mengantarkan makan siang.
"Tidak apa-apa, saya hanya pusing," jawab Queenza.
"Apa perlu saya panggilankan dokter?" tanya wanita berblazer hitam itu.
"Tidak usah. Mungkin karena kecapean saja. Setelah makan siang saya akan istirahat sebentar," jawab Queenza beranjak dari kursi dan berjalan, tetapi tiba-tiba ia oleng dan hampir jatuh. Beruntung Maryam dengan sigap menahan tubuh sempai itu.
"Nona yakin tidak apa-apa?" tanya Maryam setelah membantu Queenza duduk.
"It's ok, Maryam. Saya makan dulu," ujarnya menatap makanan di depannya. Namun, saat akan memasukkan makanan ke dalam mulut, tiba-tiba Queenza merasa mual dan melempar sendok itu. Buru-buru ia berjalan cepat menuju kamar mandi di ruang istirahatnya.
"Hueek! Hueek!" Queenza mencoba mengeluarkan sesuatu di perutnya, tetapi tak ada yang keluar sehingga justru kini perutnya merasa sakit.
"Nona, Anda tidak apa-apa?" tanya Maryam khawatir.
"Kamu bawa makanan apa sih, Maryam! Baunya sangat menyengat!" umpat Queenza kesal.
"Saya membawa soto babat yang Nona mau. Itu juga dari Ibu Rahayu," jawab Maryam apa adanya.
Dengan dibantu Maryam, Queenza keluar dari kamar mandi dan dibawa menuju tempat tidur. Queenza berbaring dan sepatunya dilepas oleh sang asisten.
"Nona ingin makan sesuatu?" tanya wanita dua puluh tujuh tahun itu.
"Tidak. Saya ingin istirahat. Katakan pada sekertaris saya untuk tidak menggangu selama saya istirahat. Jangan biarkan ada orang masuk ruangan ini. Setelah itu, kamu tunggu di depan. Mungkin saya butuh sesuatu," katanya panjang lebar.
"Baik, Nona." Maryam pun pamit keluar untuk menemui asisten sang atasan.
Sedangkan Queenza kini mencoba untuk istirahat dan berharap rasa tak enak badannya akan hilang setelah tidur siang. Karena ia sendiri akan ada acara nanti malam yang tak bisa diwakilkan.
Abian berjalan menuju ruang direktur utama. Ia berencana ingin menyerahkan dokumen yang harus ditanda tangani Queenza. Namun, saat masuk justru ia hanya melihat Maryam yang tengah duduk.
"Tuan Abian." Wanita itu berdiri.
"Miss Queenza mana?" tanya Abian.
"Nona sedang istirahat, Tuan. Beliau sedang tidak enak badan," kata Maryam.
"Kenapa dengan Miss?" tanya Abian.
"Katanya beliau merasakan pusing dan mual. Mungkin efek lelah," jawab Maryam.
"Apa sudah memanggil dokter?" tanya Abian.
"Nona tidak mau, Tuan. Beliau bilang, cukup istirahat. Maka dari itu, Nona tidak ingin diganggu. Jika Tuan sedang ada keperluan, Tuan bisa datang nanti," kata Maryam menjelaskan.
"Baiklah, saya akan datang lagi nanti. Jika Miss sudah bangun dan masih merasa tak enak badan, kamu harus menghubungi Dokter Fawaz."
"Baik, Tuan," jawab Maryam.
"Baiklah, saya keluar dulu." Abian pun keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan yang aneh setelah mendengar Queenza tak enak badan.
bekas
Ternyata Ayyara masih hidup dan semua saling memaafkan tanpa ada dendam.
Salam sehat selalu kak.... semangat berkarya💪💪💪😊😊😊
seharusnya kan di siksa dulu baru di bunuh.. eh ini malah bunuh diri hadehh . gk like bgt deh.
Seharusnya dia harus bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya.
Benar2 astetik vila Sa'ad 👍👍