NovelToon NovelToon
Menjerat Hati Perjaka Tua

Menjerat Hati Perjaka Tua

Status: tamat
Genre:Tamat / Perjodohan / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rossy Dildara

Demi menuruti permintaan terakhir dari sang Ayah, Citra rela menikah dengan seorang pria matang berumur 35 tahun yang bernama Steven Prasetyo.

Dipaksa? Tentu tidak. Citra dengan ikhlas dan senang hati menerima pernikahan itu meski selisih mereka 16 tahun. Bahkan, dia sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya.

Namun, sebuah fakta mengejutkan saat Citra mengetahui sebuah rahasia tentang alasan Steven menikahinya. Mungkin itu juga sebabnya mengapa sikap Steven selalu dingin dan menjaga jarak selama ini.

Sesungguhnya dia kecewa, tetapi entah mengapa semangat untuk mendapatkan cinta dari pria dewasa itu tak pernah pudar. Malah makin membara. Citra bertekad akan membuat pria yang membuatnya berdebar setiap hari itu jatuh cinta padanya. Bila perlu sampai tergila-gila.

Akankah Citra berhasil menaklukkan hati Steven? Atau justru dia menyerah dan lebih memilih meninggalkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Makin mencintainya

Malam hari.

"Citra!" pekik Steven seraya mengetuk pintu kamar Citra. Sejak makan siang tadi, hingga sekarang. Gadis itu belum juga keluar dari kamarnya. Steven menatap soto ayam dan nasi di atas meja, nasi itu sampai kering dan sotonya pun masih utuh. Tampaknya keduanya belum disentuh sama sekali. "Kamu lihat nggak ini jam berapa? Kamu belum makan, Cit! Cepat keluar! Ini sudah malam!" Kali ini suara Steven agak tinggi. Dia amat kesal jika seseorang yang dipanggil tak menyahut.

Handle pintu itu langsung Steven turunkan, ternyata memang tidak dikunci. Cepat-cepat dia membuka pintunya dengan lebar, kemudian berjalan masuk.

Terlihat Citra tengah menangis sambil memeluk lututnya sendiri di atas kasur, ada sebuah bingkai foto juga. Di dalam sana ada foto Danu dan Citra yang tersenyum manis sambil berpelukan.

"Kok kamu nangis? Kenapa?" Steven mendudukkan bokongnya, lalu memeluk tubuh gadis itu. Perlahan tangan Citra sudah tak memeluk lutut, kini beralih memeluk punggung Steven.

Entah mengapa, setiap kali memeluk pria itu, rasanya hangat dan terasa nyaman. Pelukan yang sama seperti pelukan yang dilakukan oleh Danu padanya.

"Kamu kangen Ayah?" tanya Steven lembut, dia pun lantas mengambil bingkai foto itu lalu memerhatikannya.

"Iya, aku kangen Ayah. Aku juga sedih," jawab Citra pelan. Sebenarnya, bukan hanya rindu saja. Citra juga merasa sedih sebab Danu berbohong kalau Steven menyukainya. Padahal, nyatanya tidak.

"Kenapa musti sedih? Ayah pasti sudah bahagia di sana. Sudah nggak merasakan rasa sakit." Steven meregangkan pelukannya, lalu perlahan dia pun menyeka air mata pada kedua pipi. "Apa kamu sudah sholat isya?"

"Salat?" Citra mengerutkan keningnya. Entah mengapa rasanya aneh, baru pertama kalinya dalam hidup dia ditanyakan tentang masalah sholat.

"Iya, sholat. Kamu islam, kan?"

"Tentu saja, Om." Citra mengangguk cepat.

"Terus kenapa kamu seperti binggung? Kan aku cuma tanya."

"Oh ... itu karena rasanya aneh saja. Aku juga pertama kali ditanyakan tentang sholat."

"Masa sih? Memang dulu kamu dan Ayah nggak pernah sholat bersama?" Steven terlihat heran.

Citra menggeleng. "Nggak, aku juga nggak pernah lihat Ayah sholat."

Steven terdiam sesaat, lalu bertanya, "Eemm ... tapi kamu tahu bacaannya, kan?"

"Enggak."

"Kalau niat sholat bisa kamu?"

"Enggak."

"Serius, Cit?"

"Iya, serius. Nggak, Om. Aku nggak ngerti masalah gitu-gitu."

Mata Steven langsung terbelalak. Dia merasa heran dan terkejut, bisa-bisa dizaman modern seperti ini niat salat saja tidak bisa. Ya memang dia juga bukan ahli agama, tetapi setidaknya sholat dan mengaji Steven bisa.

'Apa aku juga mesti mengajarinya sholat?' batin Steven.

"Kalau berdoa kamu bisa, kan?"

Citra mengangguk cepat. "Bisa, itu gampang. Aku juga sering berdoa."

"Ya sudah ... sekarang kamu do'akan Ayah saja. Kalau kangen cukup do'akan. Orang yang sudah tiada hanya butuh do'a, Cit. Nggak perlu ditangisi, nanti Ayah malah sedih di sana," terang Steven. Lantas dia pun bangkit dan pergi dari kamar Citra. Tetapi tak berselang lama dia kembali dengan membawa piring. Di atas piring itu ada bungkus makanan yang sudah terbuka. "Ini, makan dulu. Kamu doyan sate ayam, kan?"

"Doyan, Om."

Steven menaruh piring itu di atas kedua paha Citra.

"Om mau ke mana?" Pertanyaan Citra menghentikan langkah Steven yang hendak keluar kamar lagi, pria itu pun langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan. "Aku mau ditemenin, sampai aku tidur saja. Aku nggak bisa tidur kalau sendirian," pintanya dengan nada memohon.

Steven mengangguk. "Iya, nanti aku temani. Aku ke kamar dulu sebentar, ya?"

"Iya." Citra mengangguk, kemudian pria itu tersenyum dan berlalu pergi.

Citra langsung melahap sate itu beserta lontongnya. Setelah beberapa menit berlalu, sampai dia menghabiskan makan, tetapi Steven tak kunjung kembali juga.

"Kok Om lama? Apa dia ketiduran, ya?" Citra yang penasaran akhirnya beranjak dari tempat tidur. Dia keluar dari kamarnya lalu menuju ke kamar Steven. Pintu itu tertutup rapat, dan Citra menempelkan telinga kirinya ke sana.

Terdengar suara samar-samar yang dia tangkap dari dalam. Masih penasaran, akhirnya dengan ragu-ragu Citra menurunkan handle pintu itu. Ternyata tidak diikunci, segera dia membukanya pelan-pelan dan mencondongkan wajahnya ke celah pintu itu.

Mata Citra seketika membulat kala melihat seorang pria tengah duduk bersimpuh dengan kedua telapak tangan yang terbuka. Pria itu mengenakan koko putih, sarung hitam dan peci hitam.

Dari belakang punggung lebarnya, Citra sudah tahu dia siapa.

'Om Ganteng? Apa dia habis sholat?'

Ya, pria itu habis sholat lalu memanjatkan doa. Sebenarnya awalnya Steven juga ingin mengajak Citra, tetapi sepertinya gadis itu perlu diajari dulu. Sebelum mereka mulai salat berjamaah.

Kali ini, Citra dapat mendengar suara pria itu meski begitu pelan.

"Semoga aku bisa menjaga dan melindungi Citra ya Allah ... membuatnya bahagia dan selalu tersenyum. Dan semoga dia juga nggak terus menerus sedih mengingat Ayah Danu." Hanya kalimat itu yang mampu didengar Citra diakhir do'a Steven, selanjutnya pria itu mengakhiri do'anya dan mengusap wajah.

Air mata Citra tiba-tiba saja lolos membasahi pipinya, tetapi dengan cepat dia pun menyekanya. Kali ini dia menangis bukan lantaran sedih, melainkan bahagia.

Dada Citra terasa hangat sekali menyaksikan itu semua. Ketampanan Steven juga makin bertambah saat memakai pakaian salat, dan itu juga membuat rasa cinta di hatinya makin bertambah.

'Om Ganteng benar-benar pria sempurna, aku beruntung sekali berjodoh dengannya. Aku jadi makin mencintainya,' batin Citra.

Sontak—mata Citra seketika melolot kala melihat Steven tengah membuka baju kokonya. Punggung putih yang cukup kekar dengan tahi lalat kecil ditengah-tengah itu makin menggetarkan hati Citra. Dia mengembungkan senyuman dengan begitu manis, tetapi seketika senyumannya memudar kala dia terkejut melihat Steven membuka sarung. Pasalnya, pria itu tak memakai dalaman. Citra melihat dua telor yang bergelantungan dengan manja saat pria itu membungkukan badan.

"Aaakkkhhh!"

Brak!

Citra memekik dengan kencang dan refleks membanting pintu. Dia pun cepat-cepat berlari menuju kamarnya lalu mengunci pintunya rapat-rapat.

Tubuhnya dia banting ke atas kasur, lantas menutupi wajahnya yang sudah merah dengan bantal. Napas Citra terdengar terengah-engah.

Bayangan tadi begitu melekat di otaknya, Citra melihatnya begitu jelas. Ini untuk pertama baginya melihat benda yang menurutnya cukup aneh.

'Apa yang aku lihat tadi? Kok seperti telur? Bulat tapi kok gede? Mana ada bulunya lagi sedikit.'

Disisi lain, Steven juga sama terkejutnya. Tetapi dia tak sempat melihat Citra, hanya melihat suara seseorang membanting pintu kamarnya.

"Apa tadi Citra ke sini dan membuka pintu? Apa dia melihatku berganti pakaian?" Setelah memakai kembali seluruh pakaian dan membereskan perlengkapan sholat, pria itu pun menuju kamar Citra lagi kemudian mengetuk pintu.

"Citra!" Handle pintu itu dia turunkan, tetapi terkunci. Lantas Steven mengetuk pintu.

Tok ... tok ... tok.

"Citra! Apa tadi kamu ke kamarku dan membuka pintu?" tanya Steven setengah berteriak.

"Iya, Om," jawab Citra dari dalam. Suaranya samar tadi dapat didengar.

Steven membelalakkan matanya dengan lebar. Seluruh tubuhnya seketika menegang. "Apa kamu juga melihatku ganti baju?"

1
Dedeh Herawati
mampir ach
Ariyani Ariyani
aku sllu like cuman jarang koment dd othor🙏💪💪💪
visi Sembiring
thor apa anak nissa dan tian bknnya diculik ya sama aulia ms mrk ga sadar juga?
IG: @rossy_dildara: Rahasia kak, nanti terungkap pas mereka dibuat judul baru🤭
total 1 replies
Nayosha
waah udh normal si Stev ternyata
Nayosha
hahaha pisang anaknya ternyataaaa...ngakak dech
Nayosha
mau liat CCTV ya
Nayosha
ih PD banget ya Fira
Nayosha
bener jgn di kasih izin Bu...tuman tuh si Fira...emang ga tau diri
Nayosha
beresin dulu SM Aulia nya Om...supaya aman
Ariyani Ariyani
ko tidak ada ya? mohon infonya 🙏🙏🙏
IG: @rossy_dildara: udah aku pindahin ke aplikasi GN' Kak
total 1 replies
Nayosha
enak aja Lo Fir mau rujuk sm Tian...halu dia
Nayosha
dasar Steven buka puasa nya langsung goyangin Citra kayanya
Nayosha
Fira ya
Nayosha
bagus dech ada kemajuan....tp abis di pukuli Tian jadi ngga Inget...ada yah am esia gitu...ada yg muncul Inget ada yg lupa LG sebagian
Nayosha
amnesia nya udh maju dikit kedepan kayanya ...udh Inget Citra waktu di culik si kumis Lelel soalnya
Nayosha
hahahaha. bagus jg KL di dunia nyata ada Burung seperti Kevin....buat ngasih pelajaran pelakor/Facepalm/
Nayosha
duel
Nayosha
Bikin Stev kelabakan aja LG Cit...ngumpet dl sm si kembar di rumah Om Tian...bisa di liat reaksi Steven gimana
Nayosha
Citra tau tuh Stev chatingan sm si Imel
Nayosha
tuh kan mana tahan Stev ga akan bisa lah....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!