Kecelakaan besar yang disengaja, membuat Yura Afseen meninggal dunia. Akan tetapi, Yura mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali dan membalas dendam atas perbuatan ibu tiri beserta adik tirinya.
Yura hidup kembali pada 10 tahun yang lalu. Dia pun berencana untuk mengubah semua tragedi memilukan selama 10 tahun ke belakang.
Akankah misinya berhasil? Lalu, bagaimana Yura membalas dendam atas semua penindasan yang ia terima selama ini? Yuk, ikuti kisahnya hanya di noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 : MENCURIGAKAN
“Ah, Anda sudah datang, Tuan. Silakan, silakan masuk," sambut Sarah semringah, segera mempersilakan. Ia memimpin jalan menuju ke ruang tamu.
Kening pria itu mengerut dalam, matanya sampai menyipit di balik kacamata, tampak tengah berpikir keras. Namun, tanpa menjawab ia mengikuti langkah Sarah, kemudian duduk setelah dipersilakan.
Sarah turut duduk berhadapan, dengan gaya anggunnya, senyum genit dan centil ia perlihatkan. Satu kakinya bertumpu di kaki lain. “Saya sudah diberitahu oleh suami saya untuk tanda tangan penyerahan aset-asetnya atas nama saya,” tutur wanita itu membuka suara. Apalagi ketika pria tampan di depannya hanya menatapnya jengah sekaligus tajam. Bibirnya terkatup dengan rapat.
“Di mana suami Anda? Saya ada perlu dengannya!” Suara bariton yang tegas, dingin dengan tanpa ekspresi sempat membuat Sarah mengerjap berulang.
“Eee ... dia sedang di luar kota. Dan katanya bisa saya wakilkan,” kilah Sarah.
“Tidak bisa! Saya membutuhkan tanda tangannya. Tidak boleh diwakilkan!” tegas lelaki itu lagi.
Samar-samar terdengar suara tertahan. Sarah menggeram sembari mengepalkan tangannya. Sedangkan lelaki di hadapannya menajamkan pendengarannya. Lalu memutar manik mata elangnya ke seluruh penjuru rumah tersebut.
“Eeee ... Tuan, ingin minum apa? Biar saya buatkan,” tawar Sarah mengalihkan perhatian. Berharap pria itu tidak mendengar suara lirih suaminya yang ia bekap mulutnya.
“Tidak!” Pria itu berdiri, kakinya melangkah mendekati sebuah ruangan.
Sarah membelalak dengan raut panik. Buru-buru ia berlari menghadang pria bertubuh tegap yang celingukan di sana. Wanita itu berdiri tepat di hadapan pria yang menjulang tinggi itu.
“Maaf, Tuan. Bisa saya minta dokumen-dokumen pengalihan aset itu? Kalau suami saya pulang nanti akan segera saya berikan!” bujuk Sarah menyembunyikan debaran jantung yang bertalu dengan kuat.
Pria itu memperhatikan Sarah dengan tatapan penuh intimidasi. Hingga membuat nyali Sarah menciut seketika.
“Saya akan kembali ketika Tuan Cullen sudah pulang!” tegas lelaki itu segera keluar dari rumah tersebut.
Embusan napas penuh kelegaan terdengar begitu kasar usai lelaki itu menghilang dari pandangan. Sarah segera membuka pintu gudang dan melihat Rehan telah sadar dari pingsannya. Posisinya meringkuk dengan tangan terikat dan mulut dilakban.
“Kau!” geram Sarah mendorong kepala Rehan dengan kakinya. Hingga kini lelaki tua itu bisa menatap istri iblisnya dengan tatapan nyalang.
“Jangan pernah bersuara apa pun, Rehan! Kau hampir saja menggagalkan rencanaku!” berang wanita itu berkacak pinggang.
Rehan memberontak, menggerakkan tubuhnya dengan kasar meski usahanya sia-sia. Keringat membasahi sekujur tubuhnya yang terasa remuk redam. Bahkan kepalanya masih terasa pusing.
Sarah kembali merasakan sesak di dadanya, ia juga tiba-tiba batuk hingga sulit dikendalikan seperti semalam. Buru-buru wanita itu berlari ke dapur untuk mengambil minuman. Sayangnya, bukan lebih baik, batuk wanita itu justru semakin parah.
Wanita itu sampai terduduk di lantai, memukul-mukul dadanya. Tenggorokannya benar-benar terasa gatal tak terhingga. Air di tangannya sampai tumpah ke mana-mana.
“Mama!” seru Tora berlari menuruni anak tangga. Kakinya sampai terselip dan ia terjatuh saat hampir sampai di lantai bawah. “Sial!” Tora segera menghampiri mamanya, yang meringkuk di lantai dapur dengan napas tersengal-sengal.
“Apa kita perlu ke rumah sakit, Ma? Perasaan batuknya semakin parah,” tanggap Tora menepuk-nepuk punggung Sarah dan membantu menyuapkan minuman.
Setelah beberapa saat, Sarah mulai mereda. Ia bersandar pada kitchen set dengan tubuh yang lemah tak berdaya. Napasnya berembus pendek-pendek. “Astaga, berasa ... hampir meregang nyawa,” ucap wanita itu tersengal-sengal. Tubuhnya sudah basah sepenuhnya karena keringat. Air mata keluar dengan sendirinya.
“Mama salah makan kali!” cetus Tora yang hanya dijawab gelengan kepala oleh Sarah. “Bawa Mama ke kamar!” titahnya dengan suara lemah.
Tora segera memapah ibunya meniti anak tangga satu per satu hingga sampai di kamarnya. Membantu merebahkan tubuhnya di ranjang.
“Tora, jangan ke mana-mana. Siapa tahu nanti pengacara sialan itu kembali lagi. Bagaimana pun caranya, kita harus segera mendapatkan surat-surat pengalihan semua aset Cullen lalu kita paksa tua bangka itu tanda tangan!” papar Sarah dengan kepala berdenyut.
“Ya, Ma! Istirahatlah. Atau mau aku teleponkan dokter?”
“Tidak usah. Sepertinya hanya kurang tidur,” sahutnya memejamkan mata.
Sementara itu, di luar rumah seorang pria dengan mobil mercy berwarna hitam tengah melakukan panggilan pada seseorang. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya telepon terhubung. “Tuan, saya tidak menemukan Tuan Rehan. Kata istrinya, sedang dinas ke luar kota. Tapi, ada hal yang mencurigakan,” ucap Calvin menatap bangunan rumah itu dengan tajam.
Bersambung~
Best,,, sambil menunggu mampir juga cuss ke novel keren satu ini.
Judul: Dijual Ayahku Dibeli Bosku
Napen: Mommy Ghina