Naifa, gadis berusia 18 tahun terjebak di sebuah pernikahan yang seharusnya diatur untuk sang kakak. Namun, ternyata sang suami adalah orang yang pernah menolongnya. Apakah Naifa bisa melewati kehidupan pernikahan di usia mudanya dan menjadi istri yang baik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mesra Kembali
Para staff melihat dengan tatapan aneh dan terkejut pada atasannya. Apalagi melihat gadis cantik yang dia gandeng, membuat sebagian staff wanita menatap sinis.
"Kak Sofia," panggil gadis cantik itu pada kakaknya yang menatap dengan tatapan asing, namun sedikit tersenyum dan kembali bekerja.
"Marissa, kalau ada orang selain Dani yang ingin menemui saya katakan saja saya sibuk. Dan ini, saya perkenalkan Naifa, dia istri saya."
Wanita cantik yang memakai seragam ketatnya dan juga rok pendek di atas lutut itu segera berdiri dan memberikan jabatan tangannya pada Naifa dengan ramah. Lalu menganggukan kepalanya sebagai tanda dia menuruti perintah Bian.
Dua sejoli itu masuk ke ruangan Bian, yang lebih besar dan lebih nyaman. Terdapat sofa untuk para tamu dan meja kerja yang sering Naifa lihat di drama korea.
"Jadi, Kak Bian itu CEO?" Naifa tak pernah bertanya pekerjaan suaminya, dia mengira jika suaminya hanya pekerja kantoran biasa.
"Iya sayang, kenapa agak terkejut begitu?"
"Sebenarnya awal menikah aku fikir kak Bian itu chef, karena masakannya enak. Terus nyangka juga pekerja kantoran biasa."
Bian tersenyum sembari mengusap kepala istrinya. Pria itu pun duduk di kursinya sembari memeriksa laptopnya. Sementara Naifa hanya berdiri di depan meja Fabian sembari memperhatikan suaminya yang tengah serius.
"Istri mau lihat pekerjaan saya?"
Naifa mengangguk mendengar tawaran suaminya, diapun segera menghampiri dan berdiri di samping Bian.
"Ribet juga yah jadi CEO," ucap Naifa yang melihat layar laptop Fabian. Sementara Bian merasa tak nyaman karena istrinya berdiri saja.
"Saya ambil kursi dulu yah, takutnya istri capek berdiri."
"Gak usah kak, aku duduk disini saja." Naifa segera duduk di pangkuan suaminya, membuat Bian terlonjak kaget.
"Tahan Bian, gadis ini hanya duduk di pangkuan kamu. Tak lebih," gumam Bian dalam hatinya. Namun wangi parfum Naifa benar-benar tak bisa membuatnya fokus.
Bian pun mengubah cara duduk Naifa agar bisa berhadapan dengan dirinya. Tak tahan, pria itu melahap bibir sang istri dengan penuh gairah. Hawa panas memenuhi ruangan, disertai suara kecupan mereka. Sementara seseorang masuk begitu saja dan melihat kemesraan mereka.
"Lailahailallah, maaf-maaf saya sudah ganggu kalian. Hehehe," Dani yang tersipu malu melihat kemesraan pasangan ini segera menyimpan dokumen yang dia bawa di atas meja. Sontak pasangan itu terkejut dan menghentikan aktivitas mereka
"Dan, mau kemana? Gue ke kantor kan karena panggilan dari lu," ucap Bian sambil merapikan pakaiannya, sementara Naifa langsung berpindah ke sofa tamu.
"Takut ganggu lah, yakali jomblo ini harus meratapi nasib melihat kemesraan temannya."
Naifa menahan tawanya mendengar ucapan Dani, sementara Bian tersenyum malu karena tak menyangka dirinya akan di pergoki temannya sendiri.
Dani pun memberi tahu masalah yang terjadi di perusahaan, tentu saja Naifa tak mungkin mengerti masalahnya. Dia hanya menjadi pendengar yang baik dan sesekali menatap suaminya. Begitu pula Bian, yang mencuri pandang pada sang istri sambil tersenyum manis.
"Ya udah, itu keputusan gue. Tinggal lu laporin aja ke bagian keuangan."
"Oke, gue pergi yah. Silakan melanjutkan makan siang bersama." Ucap Dani sambil meninggalkan ruangan Bian.
Bian pun menghampiri sang istri dan duduk di sampingnya, dia sangat takut jika istrinya akan trauma seperti kemarin.
"Istri, gak akan marah lagi kan sama saya?" Tanya pria itu meyakinkan, sementara Naifa menggelengkan kepalanya. Justru inilah yang dia tunggu karena beberapa hari kemarin tidak mendapat asupan kemesraan dari sang suami.
"Kita makan disini saja yah, saya akan pesan dulu."
Bian membuka handphone nya dan memesan beberapa makanan favorit istrinya. Dirinya pun segera menghubungi sekretarisnya untuk mengantisipasi bila seseorang akan masuk ke ruangannya.
"Marissa, saya tadi pesan makanan. Kalau datang kamu yang terima dan bawa ke ruangan saya. Jangan lupa buat ketuk pintu, saya tidak suka orang yang masuk sembarangan ke ruangan saya."
***
"Kak Bian, kalau ada orang yang masuk bagaimana?"
"Enggak akan sayang, tadi saya sudah perintah Marissa untuk melarang siapapun masuk."
Fabian melepas jas dan juga dasinya, agar lebih leluasa bergerak. Sementara Naifa hanya bersiap dengan kejutan yang akan di berikan suaminya.
Berselang lama, seseorang mengetuk pintu. Fabian dengan wajah tak beraturan segera merapikan rambutnya dan menyuruh Marissa untuk masuk.
"Pak Fabian, ini pesanan makan siangnya."
"Taruh di sana," ucap Fabian sambil mengelap keringat yang ada di wajahnya dengan sapu tangan. Sementara Naifa berpura-pura memainkan handphone nya.
Marissa keluar dengan wajah yang berseri-seri, baru kali ini dia melihat atasannya seperti itu. Salah satu staff yang kepo menghampiri Marissa, bertanya dengan berbisik.
"Ngapain tuh Pak Bos sama cewe tadi?"
"Huss kepo aja, itu istrinya. Cantik banget yah. Yang jelas mereka berkeringat, terus wajahnya merah merona. Sudah pasti gak sih kalau pengantin baru tuh gak kenal tempat."
Mereka berdua tertawa sambil membayangkan apa yang terjadi di ruang kerja atasannya. Sofia menatap sinis ke arah Marissa. Dia pun penasaran apa yang adik dan atasannya lakukan.
Sementara itu, dua objek ghibah para staff sedang menikmati makan siangnya. Bian yang sambil bekerja meminta sang istri menyuapinya. Tak pernah dia rasakan makanan senikmat yang didapat dari tangan Naifa. Begitulah perasaan Fabian yang sudah menjadi budak cinta gadis cantik itu.
"Kenyang gak? Kalau belum saya akan pesan lagi."
"Gak perlu Kak Bian, aku sudah kenyang. Malah ngantuk sekarang." Ucap Naifa yang terus menguap karena rasa kantuknya. Fabian pun meminta istrinya berdiri. Dia membuka sofa nya yang ternyata adalah sofa bed.
"Bisa bobo disini? Canggih," ucap Naifa dengan takjub. Sementara Bian tersenyum melihat tingkah manis istrinya.
Naifa pun merebahkan tubuhnya dengan posisi terlentang sambil menonton TV Sementara Bian duduk di sampingnya dengan membawa laptop di pangkuannya. Tak lupa tangan satunya mengusap kepala sang istri agar cepat tertidur, sementara tangan satunya lagi digunakan untuk mengetik.
Fabian akhirnya menyelesaikan pekerjaannya, melihat sang istri yang sudah terlelap seolah membuatnya ikut mengantuk. Pria itu pun menutup laptopnya dan memejamkan mata sambil memeluk sang istri.
Di sisi lain, Sofia melihat meja sekretaris kosong. Marissa sepertinya sedang pergi ke suatu tempat. Dia begitu penasaran apa yang di lakukan atasannya dan sang adik. Dengan mengumpulkan keberanian, dia membuka pintu ruangan atasannya.
Hatinya begitu sakit kala melihat Naifa tertidur di pelukan Fabian. Jujur saja, Sofia masih belum merelakan pernikahan mereka. Fabian adalah pria pertama yang membuatnya jatuh cinta, apalagi pria itu adalah tipenya. Namun karena salahnya sendiri, yang membuat Fabian menjadi milik sang adik. Sofia berharap jika waktu di putar kembali, maka dia akan menerima perjodohan itu sepenuh hati.
Bina gelisa karna 2 buaya ganguin Naifa
sedangkan Naifa gelisah karna sofia belum tau kalo Naif sudah memikah sama Bian...
piye iki... makin seru
kira2 apa yang akn di lakukan sofia ya kalo tau Naifa yang menggnatikan posisi dia jadi istrinya Bian....
masa pelakornya kaka kandung sediri
gimana jadinya yah...
maklum sih masih bocil....