Flight Attendant, Take Me Fly Captain
Delia dengan percaya diri menggeret kopernya berjalan menuju ruang flops (ruang briefing sebelum masuk pesawat). Ini merupakan hari pertamanya menjadi seorang pramugari, setelah menempuh pendidikan PSPP (Pendidikan Staf Penerbangan dan Pramugari) selama lima bulan, dan telah menjalani dua bulan on the job training (OJT).
Sudah pasti Delia mengikuti prosedur, karena dia bukan lulus menjadi pramugari lewat jalur khusus.
Menggunakan seragam pramugari yang pas membalut tubuh indah tinggi semampainya, rambut yang dicepol rapi keatas dan tak boleh tergerai, makeup natural yang membuat wajah cantiknya semakin terpancar, tubuh yang harus selalu tegap dengan senyum yang tak boleh pudar.
Disinilah Delia, duduk diruangan memperhatikan seluruh crew pesawat yang hendak melakukan penerbangan.
Disini banyak pramugari-pramugari cantik yang berkumpul menunggu kedatangan pilot. Diantara mereka ada yang sedang memperbaiki makeup, ada yang sedang bermain game, dan ada yang sedang bergosip ria, biasalah ya, wanita kalo ngumpul pasti ada saja yang menjadi bahan obrolan.
Sedang Delia sendiri sedang bertukar pesan pada adik keduanya, Denisa, yang berada dirumah, mengabarkan jika dia begitu antusias dihari penerbangan pertamannya, tanpa Delia ketahui bahwa disana sedang berduka, sebab ayahnya baru saja mengalami kecelakaan saat mengantar adik ketiganya Dania, ke sekolah.
Dania tak apa-apa, hanya mengalami sedikit lecet-lecet ditubuhnya, tapi justru ayahnya lah yang meninggal ditempat untuk menghindar sebuah mobil didepannya.
"Ma, apa kak Delia nggak sebaiknya kita kasih tau?." Denisa memegang pundak mamanya yang duduk didepan jasad suaminya yang sudah memucat. Mata wanita itu sembab dan merah
"Ini hari pertamanya terbang sayang, jangan ganggu kakak mu, ini juga cita-cita ayah agar kakak mu menjadi pramugari."
Mama Delia kembali menangis, memeluk Denisa, mengingat betapa senang suaminya, anak sulung mereka bisa menjadi kebanggaan keluarga.
Dia mengakui bahwa selama ini terlalu keras mendidik Delia, sebagai anak pertama Delia dituntut harus lebih mandiri dan memberikan contoh yang baik untuk adik-adiknya, walau kadang keras kepala, tapi Delia mengikuti semua keinginan orang tuanya.
"Hai Delia ya?" tanya seorang pramugari senior bernama Dewi menghampiri Delia
"Iya mba. Saya Delia Anggraini."
Dewi tersenyum "Aku Dewi, nanti kamu terbang bareng kita, sudah tau kan jadwal kita hari ini?"
Delia mengangguk "Terbang Jakarta- Palembang, Palembang-Jakarta"
"Good, jangan tegang ya, santai aja." ujarnya "Kita akan terbang bareng Ajeng, Claudia dan Voni." Dewi memperkenalkan para pramugari yang akan terbang bersamanya hari ini satu persatu.
"Mohon bantuannya ya semuanya"
Delia sangat bersyukur, ternyata para pramugari itu ramah dan menyambutnya hangat.
Seorang pilot berusia empat puluh tahunan datang dan memberikan briefing "Halo, selamat pagi semuanya." sapanya.
"Pagi Capt." jawab semuanya serempak.
"Kita hari ini akan terbang Jakarta-Palembang, Palembang-Jakarta dengan waktu tempuh satu jam lima menit. Semua sudah ready, dokumen sudah lengkap?"
"Sudah Capt" jawab crew bersamaan.
"Baik, mari kita ke pesawat, semua sehat bukan?"
"Sehat Capt."
"Oke, kalau begitu kita kepesawat sekarang." pilot itu baru menyadari keberadaan Delia yang merupakan anak baru dan paling muda diantara yang lain.
"Saya seperti baru melihat kamu." tanyanya pada Delia.
"Iya Capt, saya baru hari ini ikut bergabung di maskapai ini." Delia tersenyum ramah "Mohon bimbingannya ya Capt."
"Semangat ya Delia, selamat datang di maskapai kita, lakukan pekerjaan dengan hati, lupakan kekasih yang mungkin sedang jarak jauh sekarang." ungkapnya menyemangati.
Delia yang memang tipikal ceria tertawa menanggapi ucapan terakhir kaptennya "Alhamdulillah saya belum punya pacar Capt" akunya jujur.
"Wah kalau begitu selamat mencari pasangan disini, saya ada kenalan banyak kapten tampan jika kamu mau." Dilihatnya Delia sangat cantik.
"Hahaha kapten bisa aja, semoga saya dapet jodoh seperti Captain."
"Saya sudah punya istri, apa kamu berniat jadi yang kedua?" candanya, mereka mengobrol sambil berjalan menuju pesawat.
Delia kembali dibuat tertawa "Maksud saya, Pilot yang ramah dan baik seperti Captain."
"Padahal saya hampir senang loh Delia." pilot itu mengubah wajahnya seolah-olah kecewa.
Yang padahal apa yang ia lakukan agar para pramugari baru seperti Delia tidak tegang di hari pertama mereka bertugas, walau mereka telah melakukan pelatihan dengan baik sebelum bekerja.
Saat semua penumpang sudah naik, dan keadaan pesawat sudah aman, tak lagi terdeteksi adanya sinyal dari ponsel. Terdengar suara take off pilot disampaikan, Delia yang ditugaskan menutup pintu, segera menutup pintu pesawatnya, dan tak lama pesawat pun lepas landas.
* * *
Delia merebahkan tubuhnya di kasur yang ada dikosan miliknya, ternyata menjadi seorang pramugari tak semudah yang Delia bayangkan, dia harus terus tersenyum ramah dan melayani penumpang dengan baik , walau penumpang itu salah, tapi beruntung dihari pertama Delia bekerja semua berjalan dengan lancar, dan dia senang para awak pesawat yang terbang bersamanya baik.
Delia kembali bangun, dia ingat belum mengabari keluarganya. Delia mendial nomor ayahnya, namun tak aktif. Dan Delia segera menelpon nomor adiknya Denisa, duduk ditepi ranjang.
"Halo kak"
"Halo Denisa" tapi Delia sedikit mendengar suara tahlilan dirumahnya.
Denisa beranjak ke dapur "Kakak sudah pulang?"
"Iya, kakak mau ngobrol sama ayah, ada?"
Delisa menutup mulutnya menahan tangis. "Kak, ayah udah nggak ada."
"Apa maksud kamu Denisa?"
"Iya Kak." jawab Denisa dengan suara bergetar.
"Kamu jangan bercanda Denisa, ini nggak lucu." Suara Delia sudah meninggi, tak suka dengan candaan adiknya.
"Delia." sekarang suara mamanya yang memanggil.
"Ma, ada apa?"
"Kamu yang sabar ya, doakan ayah agar tenang disana"
"Maa." Lidah Delia keluh, dia tak mau mendengar apa yang barusan mamanya ucapkan.
"Kamu nggak usah pulang Delia, ini hari pertama kamu terbang, ayah bangga sama kamu, sekarang ayah sudah tenang, anak sulungnya, anak kebanggaannya telah berhasil jadi pramugari seperti yang ayah kamu mau. Buat bangga ayah nak, kerja yang baik, ayah rasa tanggung jawabnya sudah selesai sudah mengantarkan anaknya mengejar cita-citanya."
"Apa yang terjadi Ma? bukannya ayah sehat tadi pagi?" ingat Delia saat subuh masih bicara lewat sambungan telepon dengan ayahnya.
"Ayah kecelakaan." suara mama Delia yang awalnya mencoba tegar, kini kembali terisak. "Kamu doakan ayah ya nak, maafkan ayah."
Delia tak lagi menjawab ucapan mamanya, hapenya pun sudah terjatuh diatas kasur. Delia merasa sangat terpukul, dihari pertamannya bekerja, sang ayah justru pergi meninggalkan dia untuk selama-lamanya.
Delia rasanya ingin pulang, dia marah dan kecewa, disaat terakhir ayahnya dia tak ada disisi ayahnya. Delia merasakan hidupnya hancur seketika, orang yang begitu ia cintai sudah tak ada.
Delia mengingat ayahnya bekerja keras mencari uang untuk dia dan adik-adiknya, dulu Delia ingin membantu ayahnya membuat batu batako tapi ayahnya melarang.
Ayah Delia dulu hanya pekerja membuat batu batako milik tetangga mereka, sampai akhirnya berkat ilmu dan pengalaman yang didapat, ayah Delia bisa memiliki usaha batu batako sendiri walau tidak besar.
Dia bekerja keras mencari uang, agar Delia dan adik-adiknya bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, supaya anak-anaknya tidak memiliki nasib seperti orang tuanya, yang hanya pekerja serabutan.
"Anak ayah nggak boleh kerja kasar, kamu harus merawat diri sejak dini, bukannya Delia mau terbang naik pesawat terus kan?" cerita ayahnya. Delia mengangguk "Untung anak ayah mirip mamanya, cantik, tinggi, dan kulitnya bersih."
"Memang jadi pramugari harus cantik yah?" tanya Delia polos, karena dia tak tahu.
Ayah Delia tertawa "Nggak cuma cantik, tapi juga harus pintar, ramah, baik, dan murah senyum." ayah Delia memperagakan senyum ala-ala pramugari, "Jadi Delia harus rajin belajar dan nurut sama ayah sama mama" Delia tertawa karena geli melihat ayahnya.
Ayah Delia memperlihatkan dua buah brosur padanya "Ini tadi ayah dapat dari teman ayah, ini brosur sekolah pramugari, dan ini brosur les bahasa inggris."
Delia mengambil dua brosur itu dan membacanya.
"Makasih yah, Delia janji, Delia akan nurut sama ayah." Delia menyimpan brosur itu, lalu memeluk ayahnya.
Hari ini merupakan hari bersejarah bagi Delia, dimana hari pertamanya bertugas, dan hari terburuknya kehilangan orang yang begitu berharga dalam hidupnya.
* * *
"Kamu dari mana Abian?, libur bukanya dirumah malah kelayapan, kamu tuh kalo sudah ketemu sama pacar kamu nggak ingat waktu." omel Amanda mama Abian.
Abian yang sudah mau naik ke tangga, kini ikut duduk di sofa ruang keluarga dimana mamanya berada.
"Tadi Abian mengalami sedikit kecelakaan Ma, makanya lama, Abian harus urus itu dulu."
"Kamu tuh buka mata kamu Bian, mama nggak suka kamu sama Attaya."
Bian memijit keningnya, mamanya kalau sudah tidak suka dengan orang akan terus diungkit.
"Apa sih yang buat Mama nggak suka sama Attaya? Attaya itu baik loh, dia model, kalau pun ada kejelekan sama Attaya pasti juga kebongkar Ma"
"Terserah kamu deh Abian, mama nggak mau kamu nyesel, pokoknya Mama nggak suka kamu terus berhubungan dengan dia." Manda berdiri masuk ke kamarnya.
Abian mengusap wajahnya frustasi, dia dan Attaya sudah berpacaran satu tahun lebih, tapi mamanya belum juga menyetujui hubungannya dengan Attaya, padahal selama ini Attaya berusaha untuk dekat dengan mamanya.
.
.
.
.
.
*Hai-hai, gimana kabar semuanya, gimana puasanya? semoga puasanya lancar ya..
Selamat datang dikarya terbaru aku, semoga suka, jangan lupa like, komen dan masukan ke daftar favorit bacaan kalian 😍😍😍*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Imel Hello
hm
2024-10-31
0
JandaQueen
mulai baca
2024-09-29
0
Anonymous
m
2024-09-17
0