Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Padahal Rahmat baru sepuluh menit pergi dari pelaminan, tetapi Mirna merasa kalau pria itu sudah pergi terlalu lama. Karena Rahmat memang hanya berpamitan untuk pipis saja, Mirna merasa kalau Rahmat itu sudah harus kembali ke pelaminan.
"Ck! Kenapa Rahmat lama sekali perginya? Apa---"
Mirna tidak meneruskan ucapannya, wanita itu malah menolehkan wajahnya ke arah panggung hiburan. Dia melihat satu persatu biduan dangdut yang ada di sana, matanya langsung membulat ketika dia menyadari kalau Asih tidak ada di atas panggung.
"Jangan-jangan Rahmat menemui Asih lagi! Ini tidak bisa dibiarkan," ujar Mirna.
Mirna ingin turun dari pelaminan, tetapi berkali-kali ada tamu yang datang dan meminta dirinya untuk bersalaman. Bahkan, ada beberapa tamu undangan yang meminta untuk berfoto bersama.
"Pengantin prianya mana?"
"Lagi pipis dulu, katanya kebelet." Mirna mencoba untuk tersenyum walaupun hatinya dongkol.
"Kebelet pipis apa kebelet pengen masuk?" goda salah satu tamu undangan.
"Ah! Ibu bisa aja, lagian masih sore."
"Kalau pengantin baru memang seperti itu, maunya nempel terus dan ngamar terus."
Mirna hanya bisa tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, malu juga kalau harus menimpali omongan ibu-ibu tersebut.
Hampir setengah jam dia mengobrol dengan para tamu undangan yang datang, hingga tak lama kemudian Mirna bisa turun dari panggung pelaminan dan mencari keberadaan Rahmat.
"Di mana dia ya ketemuan dengan Mbak Asih?"
Mirna mengedarkan pandangannya, dia mencari keberadaan suaminya di setiap penjuru halaman rumah kediaman pak Lurah. Namun, dia tidak kunjung menemukan keberadaan suaminya tersebut.
"Ck! Sialan!" umpat Mirna.
Kesal sekali rasanya karena pria yang sudah menjadi suaminya itu malah menghilang dari pandangan, Mirna berusaha mencari tapi tidak menemukan. Saat melihat pelayan yang sedang melewati dirinya, Mirna dengan cepat bertanya kepada wanita itu.
"Bi, liat Rahmat gak?"
"Kayaknya tadi masuk ke dalam ruangan itu deh, bawa minuman sama buah." Pelayan itu menunjuk ruangan khusus untuk tempat para biduan.
Pikiran Mirna langsung buruk, dia langsung berpikir kalau Rahmat pasti saat ini sedang menemui Asih. Karena dari pertama Asih menyanyi di atas panggung, tatapan pria itu sering tertuju kepada mantan kekasih dari suaminya itu.
"Awas saja kalau benar kamu berada di sana," ujar Mirna dengan kekesalan yang luar biasa.
Mirna melangkahkan kakinya dengan tergesa menuju ruangan itu, tetapi saat tiba di sana dia melihat pintunya yang tidak tertutup dengan rapat. Mirna terdiam, tak lama kemudian dia mendengar suara Rahmat dari dalam.
"Anu, Sih. Aku mau minta maaf atas apa yang sudah terjadi di masa lalu, sebenarnya aku Itu sayang banget sama kamu. Tapi, Mirna selalu merayu aku. Jadinya, kita begitu."
Mirna mengintip dari celah pintu yang terbuka, dia bisa melihat Rahmat yang sedang mendekat ke arah Asih. Pria itu menatap Asih dengan tatapan penuh puja, sedangkan Asih tersenyum getir sambil memundurkan langkahnya.
Mirna sebenarnya merasa begitu kesal dengan apa yang dikatakan oleh Rahmat, karena dia merasa direndahkan oleh pria yang sudah menjadi suaminya itu.
"Masa lalu itu nggak usah dibahas lagi, kamu bilang Mirna selalu merayu kamu. Tapi, kalau kamunya tidak melayani, kamu dan Mirna tidak akan menjalin hubungan di belakangku."
Asih memang tersenyum, tetapi Rahmat bisa melihat ada sorot mata yang penuh luka di sana. Rahmat berusaha menggenggam tangan Asih, tetapi wanita itu mengangkat kedua tangannya dengan cepat.
Mirna yang melihat itu tentu saja sangat marah, dia begitu marah karena ternyata suaminya itu begitu gigih ingin kembali dengan Asih.
"Maafkan aku, Sih. Bagaimana kalau kita menjalin hubungan lagi? Aku akan memperbaiki semuanya, aku akan menumbuhkan luka di hati kamu."
"Hahaahaha, kamu itu lucu, Rahmat. Kamu mengajak aku untuk berhubungan kembali, lalu... Bagaimana dengan kamu dan juga Mirna?"
Rahmat tersentak kaget, tadi dia seolah lupa kalau dirinya sudah memiliki istri. Makanya mengatakan hal itu, tetapi setelah diberitahukan oleh Asih tentang statusnya yang saat ini, Rahmat tersenyum malu sambil mengusap tengkuk lehernya.
"Anu, Sih. Kita bisa menjalani hubungan rahasia di belakang Mirna, yang penting kamu bisa bahagia dengan aku."
Mirna semakin murka mendengar apa yang dikatakan oleh Rahmat, mata Wanita itu sudah memerah menahan amarah. Kedua tangannya sudah terkepal dengan sempurna, buku-buku tangannya sampai memutih karena emosinya sudah begitu memuncak.
"Maaf, Rahmat. Aku bukan barang yang bisa kamu pungut dan kamu buang dengan sembarangan, aku adalah wanita yang memiliki hati nurani. Silakan lanjutkan rumah tangga kamu dengan Mirna, aku rela walaupun hati terluka."
Asih pura-pura mengusap matanya, dia pura-pura bersedih karena sudah ditinggalkan oleh pria itu agar Rahmat merasa bersalah. Nyatanya, saat ini dia membenci Rahmat, Mirna dan juga kedua orang tua dari Rahmat.
Asih mengerjapkan matanya, dia lalu mengusap dadanya. Rahmat tentu saja langsung salah tingkah dengan jantungnya yang tiba-tiba saja berdebar dengan begitu kencang.
"Asih, aku---"
Rahmat meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, dia ingin menggenggam tangan Asih. Namun, Asih menyembunyikan kedua tangannya di belakang bokongnya.
Asih rasanya tidak mau bersentuhan dengan pria itu, pria yang sudah membuat hatinya kacau. Pria yang sudah membuat hidupnya terpuruk, dia merasa benci dengan Rahmat.
"Asih! aku minta maaf, kalau misalkan kamu mau memaafkan aku, aku janji akan berusaha untuk lebih baik lagi dalam berhubungan dengan kamu."
"Sudah aku maafkan, tapi kalau untuk kembali dengan kamu aku tidak akan bisa. Karena kamu merupakan Pria beristri," ujar Asih dengan menampilkan wajah sendu.
"Aku akan menceraikan Mirna, asalkan kamu mau memaafkan aku."
Mirna yang sejak tadi berada di balik pintu tentu saja merasa marah, wanita itu menendang pintu tersebut dengan begitu kencang.
Brak!
Rahmat dan juga Asih begitu kaget dengan kedatangan Mirna, terlebih lagi dengan Rahmat, pria itu dengan cepat bangun dan sedikit menjauh dari Asih.
''Sayang, ka-- kamu kenapa di sini?" tanya Rahmat gugup.
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...
banyak-banyakin minum air putih kak...