Dia terjerat dalam sebatas ingatan dimana sebuah rantai membelenggunya, perlakuan manis yang perlahan menjeratnya semakin dalam dan menyiksa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencintainya
Valeri berjalan menyusuri rumah dan mencoba mengingat masa lalu yang dia lupakan, namun hasilnya nihil.
Dia tetap tak bisa mengingat apapun.
Tak ada sedikitpun bayangan tentang rumah ini di kepalanya.
Adapun mimpi ... dia tak menemukan petunjuk selain di setiap mimpinya dia mengenakan pakaian putih, dan tempat yang belum pernah dia lihat kecuali rumah kecil di belakang rumah para pelayan, juga tubuh yang di penuhi luka. Apakah itu luka akibat penyiksaan? Lalu pelakunya Mario? Tapi kenapa pria itu melakukannya? Padahal saat ini pria itu berprilaku lembut padanya.
Jika kejadian buruk itu benar-benar menimpa dirinya, bukankah lebih baik dia tak mengingatnya? Nyatanya mimpi- mimpi itu mengganggunya. Apalagi saat tahu Mario tak sebaik perkiraan dan perlakuan pria itu padanya. Dia harus tahu tentang kebenarannya. Lalu akan dia pikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Untuk mengetahui itu Valeri harus mengingat dulu masalalunya. Tapi bagaimana caranya? Valeri sudah berusaha untuk tak meminum obat yang di berikan Mario beberapa hari ini, tapi tetap saja ingatan itu belum muncul. Dan kini Valeri mengelilingi rumah berharap bisa mengingat sepenggal saja tentang ingatannya. Namun nyatanya tak ada satu pun tempat di rumah ini yang muncul dalam mimpinya.
Valeri menghentikan langkahnya saat dia tiba di depan ruang kerja Mario. Matanya melihat sekitarnya lalu masuk dengan membuka pintu. Tangannya terasa dingin saking gugupnya dia, hingga pintu terbuka Valeri bisa melihat ruangan luas itu di penuhi rak buku di setiap dinding, lalu ada sofa di tengah ruangan dan meja kerja di ujung dekat rak dinding sebelah barat. Valeri melangkah masuk menyusuri ruangan tersebut. Setelah sekian banyak ruangan yang dia jelajahi, tinggal ruang kerja Mario yang belum dia masuki. Dan kini dia ada di dalamnya, menatap dekorasi yang dominan dengan warna coklat dan hitam, hingga terkesan misterius dan gelap.
Valeri berjalan ke arah meja kerja Mario, lalu menggerakkan tangannya menyusuri ujung meja yang rapi dan bersih. Valeri mengedarkan pandangannya, hingga matanya menatap pada bingkai foto di atas meja. Mata Valeri tertegun dengan wajah di depannya. Seorang gadis cantik tersenyum dengan gaun pengantin yang dia kenakan. Valeri ingat gaun inilah yang dia kenakan di mimpinya saat menikah dengan Mario. Hanya saja yang membuat Valeri tertegun adalah wajah di foto ini jelas bukan dirinya.
Bibir Valeri bergetar. "Siapa dia?" gumamnya. Mata Valeri mengerjap lalu bibirnya kembali bergumam. "Jasmine?" Valeri ingat nama itu adalah nama yang di sebutkan karyawan Mario saat dia berada di toilet. Apakah gadis ini benar-benar Jasmine, gadis yang di cintai Mario. Jika itu benar, apakah dia benar-benar menjadi pengganti?
Valeri mengeluarkan ponselnya untuk memotret wajah tersebut. Setelah itu dia segera pergi dari sana.
Valeri berjalan keluar, berusaha melangkah dengan normal di depan pelayan yang lewat, padahal jantungnya berdebar sangat kencang dan tubuh yang bergetar. Dia hanya ingin segera masuk ke kamarnya sampai tak menyadari Hilda menatap punggungnya yang menjauh.
....
Jasmine Claris Jordan.
Mata Valeri tak berkedip saat tahu jika wajah gadis yang ada di meja kerja Mario benar-benar gadis bernama Jasmine. Valeri terus menggulir ponselnya saat dia menemukan wajah tersebut lewat aplikasi pencarian. Dengan menggunakan foto tersebut Valeri bisa menemukan semua akun media sosial milik Jasmine. Dari akun gadis itu Valeri bisa melihat jika Jasmine senang melakukan amal. Banyak dari postingannya gadis itu yang tengah pergi ke panti asuhan atau sekolah- sekolah kecil untuk memberikan sumbangan.
Tangan Valeri bergetar saat menyentuh sebuah foto hingga foto membesar dan Valeri bisa melihat dengan jelas. Tangan mungil Jasmine di genggam sebuah tangan besar dengan cincin tersemat di jari manisnya. Valeri memang tak bisa melihat wajah dari si pria, tapi Valeri tahu tangan siapa itu. Ya, itu Mario.
Dalam setiap unggahan Jasmine memang tak pernah menunjukkan wajah Mario, hanya saja Valeri hafal bentuk itu meski hanya sebuah punggung, tapi Valeri tahu itu punggung Mario.
Valeri menggigit bibirnya erat bahkan hingga berdarah saking kuatnya. Tiba-tiba air matanya mengalir, dadanya terasa berdenyut dengan perasaan sakit yang menikam. Saat ini Valeri menyadari jika dia sudah jatuh cinta pada pria yang mengaku suaminya itu.
Meski sakit Valeri terus menggulir foto- foto tersebut, dimana gadis bernama Jasmine ini terus membagikan kesehariannya bersama Mario yang tak menunjukkan wajahnya. Sepertinya Mario memang tak suka wajahnya terekspos.
"Aku benar-benar pengganti?" Lalu kenapa jika Mario benar-benar mencintai Jasmine pria itu tak bersama gadis itu, dan justru bersamanya dan menjadikannya pengganti? Valeri meremas rambutnya dengan kedua tangan. Kenapa dia tak ingat apapun. Apa yang terjadi sebenarnya hingga dia bisa menikahi Mario? Bahkan saat pria itu tak mencintainya? Air mata Valeri terus mengalir dengan hati yang terasa perih karena baru saja mengetahui kenyataannya.
Dia hanya seorang pengganti.
Suara ketukan pintu terdengar hingga Valeri menghapus air matanya dan berdiri dari duduknya untuk berjalan ke arah pintu. Namun baru saja melangkah Valeri merasakan kepalanya berat dan jatuh tak sadarkan diri.
Seorang gadis bergaun putih berjalan dengan menggenggam tangan seorang pria tinggi tegap di sebelahnya, bibirnya mengembangkan senyuman, namun wajahnya tertutup sinar matahari yang bersinar diantara suara deburan ombak yang terdengar.
"Mario, apa kau akan selalu mencintaiku?" tanyanya dengan senyum yang tak surut di bibirnya.
Pria itu, Mario menoleh, matanya tetap tajam namun bibirnya tersenyum, senyum kecil namun membuat ketampanannya meningkat berkali- kali lipat.
"Tentu saja." jawabnya.
"Bahkan meski aku nanti menua dan tak cantik lagi?"
"Hm, aku akan terus mencintaimu ..." senyum di wajah gadis itu semakin lebar lalu dia memiringkan wajahnya hingga wajah cantiknya nampak jelas, bertepatan dengan itu Mario melanjutkan ucapannya. "... Jasmine."
Mata Valeri terbuka, lalu menghela nafasnya.
Mimpi ....
Mimpinya kali ini cukup menyakitkan, Mario mengatakan mencintainya namun yang dia sebutkan bukan dirinya melainkan nama Jasmine.
Apa dia benar-benar pengganti, atau ini hanya mimpi dari sugesti buruk yang dia tanam di hatinya.
Valeri menoleh saat pintu terbuka menampilkan Mario yang masuk dengan melepas jasnya. "Hilda bilang kau pingsan lagi?" Pria itu berjalan mendekat lalu menyentuh keningnya.
Valeri memperhatikan gerak- gerik Mario yang seperti biasa, meski wajahnya menampilkan ketenangan, namun perlakuannya seolah pria itu benar-benar khawatir padanya.
Ini benar palsu kah?
"Sudah dua kali, aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu." Mario membuka ponselnya untuk menghubungi dokter.
Valeri masih diam dengan terus memperhatikan Mario, hingga pria itu selesai degan ponselnya.
"Mario?" Mario mendongak dengan meletakan ponselnya.
"Hm?" pria itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Bolehkah aku bertanya?" Mata Valeri menatap tangan Mario dimana tangan itu memiliki cincin di jari manisnya. Cincin yang sama yang ada di unggahan Jasmine. Hati Valeri semakin pedih.
"Tentu, katakanlah."
Valeri menggigit bibirnya yang terasa perih karena dia gigit sebelumnya.
Melihat itu Mario mengalihkan tatapannya pada bibir Valeri yang terluka, tangannya mengusap bibir Valeri hingga dia tak lagi menggigitnya. "Apa kau mencintaiku?" Mario menggerakkan mata tajamnya dan menatap Valeri yang bermata sayu.
Mario menarik sudut bibirnya. "Menurutmu?"
"Aku harap kamu benar-benar mencintaiku."