Gadis cantik yang bernama Vanilla Jasmine untuk pertama kali dalam hidupnya ia terbangun di sebuah hotel bintang lima bersama seorang pria berumur. Vanilla Jasmine kerap dipanggil Lala oleh orang-orang terdekatnya. Lala tidak pernah menyangka bahwa malam dimana ia pergi dengan teman-temannya malah berakhir tidur dengan seorang pria yang Lala yakini pria tersebut bukan orang biasa. Memutuskan kabur dan menghilang agar tidak menambah masalah justru membuat beban baru bagi Lala. Beban yang tidak bisa dihapuskan begitu saja. Beban yang akan mengubah kehidupan Lala berikutnya. Beban akibat Lala kehilangan kehormatannya malam itu, tepat satu bulan Lala mengetahui jika ia tengah berbadan dua. Lalu apa yang akan Lala lakukan? Simak selengkapnya.
Peringatan🗣️🗣️🗣️
Cerita ini adalah murni hasil karangan imajinasi author dan seluruhnya adalah fiktif belaka. Semoga pembaca tidak larut dalam cerita sehingga tidak membawanya ke dalam dunia nyata. Cerita ini hanya hiburan, ok!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon diamond ice, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Makan siang khusus
'' Mama bisakah kita berhenti dari pekerjaan ini,'' ucap Oliver kepada Lala yang sibuk menata susunan tempat makan.
'' Tidak sayang. Selesaikan tugas itu segera. Lagian kalian kan bertiga, masa iya capek?'' jawab Lala.
'' Mama ini sungguh membosankan,'' kini giliran Max yang mengeluh.
'' Semangat sayang-sayang nya mama. Lebih cepat lebih baik,'' ucap Lala menahan senyum.
Dalam hati Lala menertawakan ekspresi anak-anaknya yang terlihat tidak bersemangat mengerjakan tugas yang dia berikan. Hari ini sekolah triplet masih libur seperti kemarin. Jadi Lala memanfaatkan triplet untuk membantunya di kedai.
'' Mama, bisakah kita pergi bermain?''
'' Nanti sayang, sebelum kalian menyelesaikan tugas dari mama. Jangan membuat alasan lagi ya, cepat itu dikerjakan biar bisa main. Aldo sudah dari tadi menunggu kalian tuh di luar,''
'' Ayolah ma. Biarkan tugas ini dikerjakan pegawai mama. Kita pengen main ma. Kasihan itu wajah Aldo udah kayak pengamen enggak dikasih duit. Celingukan dari tadi enggak jelas,'' ucap Max memelas berharap Lala akan luluh.
'' No honey. Kali ini mama tidak akan terpengaruh oleh rengekan kalian. Mau hukuman kalian mama tambah?''
Triplet terdiam menyadari saat ini Lala tidak dalam kondisi biasa. Sedari kemarin Lala merajuk karena ulah mereka yang membiarkan Lala menunggu di luar sekolah sendirian. Sedangkan mereka pergi ke sekolah entah apa yang dilakukan Lala hanya menghela nafas. Tingkah triplet terkadang melebihi batas normal. Mereka sangat hiperaktif.
'' Mama maafkan kita. Kita janji enggak kayak gitu lagi,'' ucap Max merasa bersalah.
'' Kalian itu loh ya bikin mama naik darah mulu. Untung saja kemarin mama bisa ngadem di pinggir pohon, kalau enggak mama bisa pingsan karena kepanasan,''
'' Iya ma. Mama kemarin juga enggak sepenuhnya kesal, kita lihat mama ketawa-ketawa aja sama penjual es degan yang mama minum,'' ucap Oliver.
'' Dasar kalian itu. Selalu saja ngerjain mama nya. Mau dikutuk jadi batu ha?''
'' Hehehehe enggak ma,''
Lala senang selalu bisa meluangkan waktu untuk bercanda dengan triplet. Terkadang Lala kurang ikhlas jika melihat triplet tumbuh lebih cepat. Rasanya ia hanya ingin melihat triplet selalu kecil dan tetap bermanja-manja dengan dirinya. Ia takut suatu saat jika triplet sudah dewasa ia akan kehilangan masa-masa lucu dengan anak-anaknya.
'' Yasudah sana main. Nanti biar dilanjut mama itu bulat-bulat an baksonya,'' ujar Lala menghentikan triplet yang ia suruh membuat bulatan bakso.
'' Bener ma?'' tanya Oliver bersemangat. Mereka bertiga bergegas mencuci tangan meninggalkan adonan bakso yang sudah mereka buat menjadi bulat-bulat. Lala hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah triplet. Sebenarnya Lala juga tidak tega menyuruh anak-anaknya membantunya di dapur hanya saja ekspresi mereka saat tadi tidak bisa membuat Lala menghentikan momen ini.
Usai anak-anaknya pergi bermain Lala bergegas pergi menuju kantor perusahaan Davies untuk mengantarkan jatah makan siang. Ia menata semua barang yang ia bawa di mobil khusus yang ia sulap menjadi mobil pengantar makanan. Ia mengendarai mobil itu sendiri. Mobil itu Lala dapat dari keuntungan penjualannya selama masih di desa dulu. Pak Ghani melarang Lala meninggalkan banyak uang agar Pak Ghani tidak susah-susah mengelolanya.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sedikit demi sedikit Lala ingin berinvestasi untuk masa depan triplet. Maka dari itu dia selalu berupaya untuk bisa mengembangkan usahanya.
Sesampainya di kantor, OB perusahaan tersebut berhambur menghampiri Lala untuk membantunya membawa susunan kotak makanan. Ia sudah hafal jam-jam Lala mengantarkan makan siang. Lala juga sudah akrab dengan OB itu.
'' Mbak Lala, baru datang mbak,'' sapa Joni nama OB itu.
'' Iyalah masa baru bangun. Ini langsung bawa ke dalam ya!'' perintah Lala kepada Joni.
'' Siap mbak. Oh ya mbak, kata pak manager Mbak Lala disuruh ke ruang CEO. Katanya ada komplain, Mbak Lala disuruh ke sana sendiri,'' ucap Joni.
'' Ada apa ya Jon? Masa iya aku disuruh kesana? Kan kalau mau komplain bisa langsung ngomong ke aku, enggak perlu menemui CEO segala,''
'' Pak manager yang minta, Mbak Lala. Buruan ih kesana, entar kalau kena marah udah dengerin aja,''
'' Kamu doain aku kena marah? Dengar ya Jon, Apa yang kamu lakukan itu JAHAT,'' ucap Lala mendramatisir.
'' Lebay. Buruan kesana cepetan. Ini biar aku yang selesaikan. Karyawan udah pada nungguin tuh,''
Lala menjawab ok perintah dari Joni. Ia berjalan menuju lantai paling atas untuk menemui CEO perusahaan Davies.
'' Ada apa Tuan Jason memanggil ku? Apa ini ada hubungannya dengan anak-anak?'' gumam Lala dalam hati namun kaki jenjangnya tetap melangkah ke ruangan yang dituju.
Lala mengetuk pintu ruangan itu setelah mendapat ijin dari sekertaris Jason yang ruangannya kebetulan berada di luar bersebelahan langsung dengan ruangan CEO tersebut. Ia membuka pintu pelan dan mendapati Jason yang menyibukkan diri dengan lembaran kertas yang Lala ketahui berisi banyak tulisan tinta hitam.
'' Selamat pagi, Tuan Jason. Apa anda yang memanggil saya?'' sapa Lala sopan. Bagaimanapun juga Jason adalah atasannya jadi sebisa mungkin ia harus bersikap profesional.
'' Iya aku ingin komplain tentang masakan yang kamu buat,'' ucap Jason kini memandang Lala dari atas sampai bawah. Dalam hati ia meneliti tubuh dari wanita yang sudah berhasil melahirkan anak-anaknya.
'' Baik tuan. Tuan Jason bisa mengajukan komplain dan saya akan bertanggung jawab menggantinya jika anda berkenan,'' jawab Lala.
'' Aku kurang menyukai masakan yang kamu buat. Rasanya selalu berbeda di setiap harinya. Apakah masakan itu dimasak dengan benar?''
'' Saya selalu menggunakan resep yang sama tuan. Jadi besar kemungkinan rasanya tidak lah berbeda dan pas di lidah orang-orang yang memakannya,'' jawab Lala.
'' Mungkin tangan-tangan orang yang memasaknya bisa membuat masakan itu jadi berbeda. Bukankah keterampilan tangan seseorang bisa mengubah rasa?''
'' Baiklah tuan, saya mengerti maksud anda. Lain kali kedepannya saya akan memastikan masakan itu dulu sebelum jatuh ke tangan anda sebagai konsumen,''
'' Nah itu benar. Jadi mulai sekarang aku mau kamu yang memastikan makan siang ku. Mulai hari ini kamu sendiri yang akan memasak dan yang mengantarkannya ke ruangan ku. Setiap hari, ingat setiap hari '' ujar Jason.
'' Maaf tuan, saya sendiri yang akan memastikan masakan itu tetapi kalau untuk mengantarnya itu rasa bukan tugas saya,'' sanggah Lala.
'' Ini perintah. Kamu mau mengambil resiko jika makan siang ku tertukar atau terjadi sesuatu selama menuju kesini? Bukankah kamu yang bilang akan bertanggung jawab? ''
'' Baiklah tuan saya akan bertanggung jawab memasak dan mengantarkannya langsung ke hadapan tuan,'' jawab Lala akhirnya.
'' Bagus itu benar. Berarti itu menunjukkan kalau kamu adalah owner yang bijak. Jangan lupa kata-kata ku tadi. Memasak dan mengantarkan makanan siang ku setiap hari. Termasuk hari libur,''
'' Hari libur tuan? Tapi....''
'' Ingat kamu tadi sudah setuju dengan kata-kata ku sejak awal, dan aku mengatakan itu setiap hari. Jadi kamu harus menepatinya. Kamu tenang saja biaya ongkir tidak gratis, jadi aku akan memberikan uang tersendiri untuk membayar makan siang ku,'' ucap Jason. Dalam hati Jason puas, akhirnya ia bisa memiliki kesempatan untuk mendekati wanita di depannya ini.
Lala hanya mengangguk pasrah. Ia menyetujui perintah Jason asal sumber penghasil pundi-pundi uangnya tidak hilang.
'' Baiklah tuan jika tidak ada lagi saya pamit pulang,'' pamit Lala melangkah pergi menuju pintu.
'' Kemarin aku sudah bertemu mereka,''
'' Maksud tuan?'' tanya Lala berbalik badan kembali.
'' Aku sudah bertemu dengan anak-anak ku,'' perjelas Jason.
Lala terkejut karena Jason menemui triplet tanpa sepengetahuannya. Dan sedari kemarin ketiga anak Lala juga tidak bercerita apapun. Mereka bahkan tampak biasa saja.
'' Mereka tidak menyukaiku. Apa kamu sengaja melakukan ini?''
klo hanya menganggap lala wanitamu...bukan kekasih atau calon istrimu...kenapa kamu berbuat seenaknya pada lala...lelaki tipe sprtimu memang tdk bisa di jadikan contoh baik untuk lala terutama triplet...jijik dgn cara murahanmu...kamu sendiri yg melecehkan lala,kau anggap lala sprri wanita murahan...obsesimu yg keterlaluan akan merugikan dirimu sendiri...jngn terlalu percaya diri dan egois ..tdk semua wanita bisa kau anggap murahan sprti bekas wanitamu...
lanjut daja lah thor.../Chuckle/
horang kaya memang sperti itu sikapnya...ga pria ga wanita,sama saja kelakuannya...sombong dan sok kuasa...
kalau masih tetap dikota yg sama dan sekolah yang sama...
biar gampang dilacak ya🤣
coba bayar... bela yang salah pun mau🤣