Ketika cinta hanya sebatas saling menguntungkan, apa masih bisa di sebut sebuah cinta?
Yulita, terpaksa menerima pernikahan dimana dia menjadi wanita kedua bagi suaminya, pernikahan yang hanya berlangsung hingga dia bisa memberikan keturunan untuk pasangan Chirs dan Corline.
Ingin menolak, tapi dia seolah di jual oleh Ayahnya sendiri. Ketika dengan suka rela sang Ayah menyerahkannya pada seorang pria beristri untuk menjadi wanita kedua.
Pernikahan tidak akan berjalan begitu sulit, jika saja Yulita tidak menyimpan harapan terlalu besar pada suaminya. Dia yang berharap bisa mendapatkan sedikit saja rasa peduli dan cinta dari suaminya.
Namun, pada akhirnya semuanya hanya angan semu yang tak akan pernah bisa terwujud. Selamanya dia hanya wanita kedua.
"Aku rela mengandung dan melahirkan anakmu, tapi apa tidak bisa sedikit saja kau peduli padaku?" -Yulita-
"Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu!" -Chris-
Dan ternyata, mencintai tetap menjadi luka bagi Yulita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal Yang Tak Bisa Diungkapkan
Yulita hanya banyak berdiam di dalam Apartemen, duduk di sofa bed yang berada di ruang tengah sambil membaca buku.
Ditengah suara hening dan tenang, ada pikiran yang berkecamuk, perasaan yang tak menentu, dan hatinya yang gelisah. Dunianya tidak sama lagi, dan dia tetap harus menjalani kehidupan saat ini. Apa yang harus dia lakukan? Dia juga tidak tahu, dia bingung dengan dirinya, bingung dengan keadaan dan situasi saat ini. Apa dia bisa melewatinya? Entahlah, dia pun tidak yakin tentang itu.
Suara dering ponsel memecah keheningan di dalam ruangan. Yulita segera meraihnya, dan itu telepon dari sahabatnya Ririn. Dia pasti khawatir dan bertanya-tanya karena Yulita menghilang beberapa hari ini, tidak masuk bekerja.
"Hallo Rin"
"Yul, kamu dimana? Baik-baik saja 'kan? Kenapa tidak masuk kerja?"
"Aku di Apartemen sekarang, gak enak badan"
"Hah? Kok di Apartemen? Bukannya tinggal sama suami kamu di rumahnya?"
"Iya, tapi tiba-tiba dia minta aku untuk tinggal terpisah, dan akhirnya aku memilih tinggal di Apartemen saja"
"Aku kesana nanti pulang kerja ya, aku merasa ada yang gak beres sama kamu"
Yulita tersenyum, meski air mata luruh begitu saja. Dia juga tidak mengerti kenapa sekarang begitu sensitif dan gampang sekali menangis. Bahkan dia seolah tidak mengenali dirinya sendiri saat ini.
"Iya"
Yulita memutuskan sambungan telepon, lalu terdiam dengan memeluk lututnya sendiri. Ada kebingungan yang tidak bisa dia jabarkan dengan kata-kata. Tentang perasaannya, kegelisahannya, dan semua hal yang dia pikirkan saat ini.
"Masuk ke dalam pernikahan ini ternyata adalah kesalahan terbesar dalam hidupku"
Sekarang dia harus menjaga nyawa lain dalam perutnya, namun ada hati yang takut kehilangan. Entah itu tentang bayinya ataupun suaminya. Dia takut kehilangan keduanya, sementara takdir sudah menentukan jika dia tidak akan bisa mendapatkan keduanya. Karena ini adalah pilihan yang dia buat sendiri.
Yulita menyembunyikan kepalanya di balik tangan yang memeluk lututnya sendiri. Perlahan tangisan pecah begitu saja, bahunya bergetar dengan isak tangis yang sedikit teredam.
*
Chris datang menemui seseorang yang berdiri cemas saat melihatnya. Bahkan wajahnya berubah pucat, tangannya bergetar di sisi tubuhnya. Chris berjalan mendekat ke arahnya.
"Tu-tuan ada apa ini?"
Chris tersenyum dengan sinis, menatap datar pada pria tua di depannya. Tatapan yang berhasil membuat lawan bicaranya ketakutan sebelum dia berbicara dan melakukan apapun.
"Jika kau ingin tetap hidup dengan tenang, maka berhenti mengganggu istriku! Jangan lagi menemuinya jika kau hanya ingin mencari masalah!"
"Sa-saya tidak pernah mengganggu Nona Corline, Tuan"
"Bukan dia!" tegas Chris dengan tatapan semakin tajam. "Tapi Yulita!"
Terlihat dia yang terkejut, matanya sampai terbelalak. Tidak pernah menyangka jika anak perempuannya akan diterima sebagai seorang istri oleh Chris. Sementara pada awalnya pernikahan ini tidak pernah diinginkan. Dan Yulita rela menikah dengan Chris, juga karena dia yang menyelematkannya dari penjara atas penggelapan dana Perusahaan.
"Tapi, dia adalah anakku. Kenapa saya tidak menemuinya?"
Chris tersenyum sinis, dia melihat adanya sebuah nada licik dibalik ucapan Ayah barusan. "Anakmu? Lalu, Ayah mana yang tega menjual tempat tinggal anaknya sendiri hanya demi kepuasannya sendiri. Padahal tempat itu dibeli anakmu atas jerih payahnya sendiri"
Ayah terdiam, ternyata ini yang membuat Chris datang menemuinya. "Tapi tempat itu sudah tidak ditempati lagi. Jadi, sayang jika hanya dibiarkan kosong"
Tatapan tajam Chris, berhasil membuatnya terdiam dan merasa tersudut. "Jangan pernah menemuinya lagi, jika kau hanya ingin menyakitinya!"
Chris langsung menoleh pada seseorang yang duduk di meja kerja, sejak tadi dia hanya memperhatikan saja. "Kau urus dia, karena sekarang dia adalah karyawanmu"
"Baiklah, tapi aku sedikit kaget kau mengakuinya sebagai istri. Aku pikir kau tidak akan menerimanya, padahal aku sudah siap menunggu dia berpisah denganmu"
"Diam kau Lion!"
Lionard hanya tertawa melihat Chris yang marah karena dia membahas tentang istrinya, bahkan dia menunjukan dengan tatapan tajam. Tapi dengan begini, Lionard bisa sedikit lega, karena mungkin sepupunya itu akan menerima Yulita dengan lapang, dan dia tidak akan pernah menyakitinya lagi seperti sebelumnya.
Setelah Chris pergi, Ayah seperti keluar dari kandang harimau, dan sekarang masuk ke dalam kandang singa. Dia tidak akan bisa lolos begitu saja dengan dua saudara ini. Tatapan tajam dari Lionard tidak kalah mengerikan dari Chris.
"Semua bukti penggelapan dana yang kau lakukan sudah aku serahkan pada polisi. Tunggu saja, mungkin sebentar lagi mereka datang. Dan kau tidak akan bisa lari kemana pun lagi"
Tangan Ayah bergetar, wajahnya benar-benar pucat sekarang. Bibirnya pun ikut bergetar saat dia ingin berbicara. "Ta-tapi, bukankah Tuan Demitri sudah membebaskan tentang itu asalkan anak saya menikah dan mau melahirkan keturunan untuk keluarganya. Kenapa sekarang?"
Lionard tertawa, menggema di seluruh ruangan. Tawa yang mengerikan, lalu kembali menatap tajam pada pria di depannya. "Kau pikir bisa melawan keluarga Demitri? Kau siapa? Bukan siapa-siapa. Dan masalah anakmu menikah dengan sepupu aku, itu urusannya, karena Chris juga mencintainya sekarang. Sudah tidak ada urusan denganmu!"
Wajah Ayah semakin pucat, sepertinya hidupnya akan berakhir sekarang. Salah dia sendiri berani berurusan dengan keluarga berpengaruh ini.
*
Chris kembali ke Apartemen, membuka pintu dengan kartu akses yang sudah diberikan oleh pengurus gedung ini. Ketika masuk ke dalam ruangan, Chris melihat istrinya yang sedang duduk dengan menekuk lutut di atas sofa bed, Chris perlahan mendekat, dan mulai mendengar isak tangis.
"Hey, kamu kenapa?" tanya Chris dengan bingung. Dia mengusap punggung istrinya.
Lalu, Yulita mengangkat wajahnya dan menatap suaminya dengan tatapan sendu. Melihat suaminya yang berada disini, membuatnya semakin tidak bisa mengatakan apapun. Ada hal yang tidak bisa dia ungkapkan.
"Kenapa?"
Yulita menggeleng pelan, menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan yang semakin ingin dia keluarkan. "Tidak papa, aku hanya merasa kesepian disini"
Chris menghela nafas pelan, dia melihat ada sebuah kerapuhan dibalik tatapan istrinya. Chris langsung memeluknya, dia juga bingung dengan sikap Yulita dan keadaannya sekarang, yang sering tiba-tiba menangis dan seolah Yulita sedang sensitif dengan banyak hal.
"Aku temani disini ya, kamu tidak akan kesepian lagi"
Yulita semakin terisak dalam pelukan suaminya. Memeluknya dengan erat, dalam hatinya semakin takut kehilangan suaminya. Takut kehilangan anaknya juga. Banyak ketakutan yang dia rasakan.
"Sudah ya, kasihan bayinya kalau kamu terus menangis begini"
Yulita hanya menangis dalam pelukan suaminya, perasaan dan hatinya benar-benar tidak stabil. Entah karena kehamilan yang sedang dia jalani ini. Atau karena Yulita yang terlalu cemas jika harus kehilangan bayinya dan juga pria yang dia cintai.
Bersambung
Kalo gue jadi Yulita, juga pasti dilema banget gak sih.. Kasihan ya.. 🤧
Kudu yak Yulita manggil sayang , sementara perasaan yng ada blm terungkap kan eeeaaaa 🤭🤭
Mungkin juga perasaan mu bersambut