Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Arga
“Apa yang kamu lakukan di belakang tadi?” Erina mulai bisa meraba kemana arah pembicaraan ini “Kau mau berselingkuh dengan Noah?”
Kenapa dia menuduhku selingkuh dengan Noah? Apa dia punya bukti? Aku bahkan tidak punya keberanian untuk bicara dengan Noah tadi.
“Jawab!” Arga berteriak.
“Anda salah paham, kumohon dengarkan penjelasan saya.” Arga melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar, membuat Erina kembali terjerembab di atas tempat tidur. Gadis itu meringsek mundur ke belakang.
“Noah hanya menyapa saya saat dia mengambil buah di kulkas, kami tidak mungkin macam-macam karena di sana ada banyak orang.” Sekujur tubuh Erina sudah gemetaran mengingatkan jika saat ini Arga benar-benar sedang dalam kondisi tidak stabil emosinya. Salah menjawab sedikit saja, tamatlah riwayatnya.
“Hahaha,” Arga tergelak. “Kau pikir aku bodoh?” Erina semakin ketakutan melihat ekspresi wajah Arga, sorot matanya sangat tajam menatap Erina.
“Tidak suamiku.”
Bagaimana ini, kenapa dia bisa semarah ini? Apa dia marah hanya karena Noah menemuiku, apa jangan-jangan ada yang mengadu hal yang tidak-tidak padanya.
“Kau tahu kenapa aku marah?”
Erina menganggukkan kepalanya cepat, bukannya Arga baru saja menuduhnya selingkuh dengan Noah. Erina yakin jika Arga marah bukan karena cemburu, tapi karena Erina tidak mematuhi perintahnya untuk menjaga jarak dari Noah. Pertemuannya dengan Noah terjadi bukan karena kemauannya, bukankan Bibi Sofia yang mengundang mereka untuk datang makan malam di rumah ini bersama-sama. Kenapa Arga melampiaskan kekesalannya pada Erina.
“Karena saya tidak mematuhi perintah anda untuk tidak menemui Noah lagi”
Arga menarik tubuh Erina mendekat. Kembali mencengkram dagu Erina. Kemudian mencium bibir Erina secara paksa. Dia bahkan menggigit bibir bawah Erina, memaksanya untuk membuka bibirnya. Kali ini Erina benar-benar pasrah, dia sama sekali tidak berusaha melawan meskipun ciuman itu berlangsung cukup lama. Buliran air mata semakin deras membasahi pipinya. Tangannya mencengkram sprei putih dengan gemetar.
“Itu hukuman untukmu karena sikapmu yang lancang.” Arga menyentuh bibir Erina yang merah bekas gigitannya tadi. Sorot matanya masih tidak bersahabat. Erina masih terisak dengan tangisnya, dia merasa Arga kali ini sangat keterlaluan. Hanya karena dia bertemu dengan Noah secara tidak sengaja sudah membuatnya semarah ini.
“Jika kau ketahuan melakukannya lagi, aku tidak akan segan-segan menghabisimu.” Arga sudah berjalan keluar, membanting pintu dengan sangat keras, membuat Erina terlonjak kaget. Tinggallah dirinya seorang di dalam kamar yang besar, Erina mengusap air matanya. Menyilangkan tangannya di depan dadanya, berusaha memeluk dan menenangkan dirinya sendiri.
Tidak apa-apa, biarlah aku menahan rasa sakit ini selama satu tahun saja. Toh setelah masa kontrak nikah ini selesai aku akan segera bebas dan akan mencari kebahagiaanku sendiri.
Erina berdiri dari tempat tidur, menyeret kakinya menuju kamar mandi. Mungkin berendam air hangat bisa membuatnya merasa lebih baik.
...****************...
Arga masuk ke dalam ruang kerjanya, membanting pintunya dengan keras. Dia menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya, meraup mukanya dengan cukup kasar. Dia sendiri bingung kenapa dia sampai sekesal ini saat melihat Erina bersama dengan Noah. Bukankah Noah itu masih sepupunya, mana mungkin Noah akan merebut Erina darinya.
Tunggu! Bukankah tujuan awal dia menikahi Erina hanya untuk memenuhi permintaan kakek. Dan bukankah dia memilih Erina karena dia merasa Erina sangat jauh dari seleranya dan dengan sangat percaya diri dia yakin, jika dia tidak akan pernah bisa jatuh cinta pada gadis kampungan seperti Erina. Lalu kenapa sekarang dia takut akan kehilangan gadis itu?
Arga mencengkeram rambutnya sendiri, merasa bingung dengan apa yang tengah dia rasakan saat ini. Apa mungkin dia sudah jatuh cinta pada gadis jelek itu? Atau dia hanya merasa kesal karena dia tidak ingin mainan barunya di rebut oleh orang lain?
Malam semakin larut, Noah terlihat beberapa kali menguap menahan kantuknya. Sudah hampir tiga jam dia duduk di depan laptopnya yang menyala. Mencoba fokus memeriksa hasil meeting pegawainya tadi siang. Namun nihil dia bahkan lebih banyak bengong dari pada membaca hasil meeting yang sudah dikirim May melalui email. Setelah terdiam cukup lama akhirnya dia memutuskan untuk kembali saja ke kamarnya.
Apa dia sudah tidur? Atau masih menangis?
Arga mempercepat langkah kakinya, menaiki satu persatu anak tangga hingga dia benar-benar sampai di depan pintu kamarnya. Arga menarik nafas panjang, kemudian membuka pintu tanpa mengeluarkan suara. Lampu sudah dimatikan, hanya lampu tidur temaram yang masih memberi sinar samar di dalam kamar.
Arga melirik ke arah tempat tidur, gadis itu sudah meringkuk di atas sana. Tubuhnya ditutupi selimut tebal hingga sebatas leher. Arga mendekat, mengusap pelan rambut Erina, membuat gadis itu mengeliat merubah posisi.
Arga sedikit tersentak, ada sedikit luka di pipi Erina sepertinya terkena kuku Arga saat dia mencengkram dagunya tadi. Arga diam-diam mengoleskan salep dingin pada luka yang ada di pipi Erina. Kemudian mengecup kening gadis itu diam-diam.
Dia hanya gadis jelek, aku tidak mungkin menyukainya!
.
.
(BERSAMBUNG)
egoisnya kebangetan si arga nih...