Seri Kelanjutan dari Novel PENGUASA BENUA TERATAI BIRU. Bagi yang ingin menyimak cerita ini dari awal, silakan mampir di penguasa Benua Teratai Biru 1, dan Benua Teratai 2.
Dunia Kultivator adalah jalan menuju keabadian yang merupakan jalan para dewa. Penuh dengan persaingan, pertentangan dan penindasan.
Kisah ini menceritakan sosok Qing Ruo, pemuda yang memiliki takdir langit sebagai seorang penguasa. Sosok yang awalnya di anggap lemah, di hina dan hidup dalam penindasan.
Bagaimana kisahnya. Simak perjalanannya menjadi seorang penguasa.
Penulis serampangan.
Yudhistira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Pertempuran di Samudera Kehampaan Abadi 1.
Dari jauh.
Mogui Wangzi begitu panik saat melihat kemunculan pasukan besar tentara langit berjubah emas bergerak mendekati mereka dengan kecepatan ekstrem.
" Para jenderal, cepat perbaiki kerusakan dinding peti!" ucap Mogui Zuxiao ikut panik.
" Tapi pangeran ini..." ucap para jenderal yang juga tidak kalah paniknya.
" Tidak ada jalan kembali..." ucap Mogui Wangzi tersadar dari keterkejutannya, memerintahkan pasukannya untuk mempersiapkan diri.
Belum sempat para jenderal itu bergerak, ratusan ribu tombak emas melesat ke arah mereka, menyerang titik dinding yang rusak.
" Dhuar...dhuar...." ledakan dahsyat bergema menggoncang seluruh kawasan samudera kehampaan, membuat tempat gelap itu menjadi terang.
" Baj***n! Bagaimana mereka tahu..." Mogui Wangzi mengumpat, saat melihat pasukan langit yang ternyata mengetahui titik kelemahan peti raksasa itu, sambil meminta para jenderal untuk menambal kerusakan dinding dengan mantra formasi perlindungan.
" Kakak, aku akan memimpin tiga ratus ribu prajurit, dan sisanya sebagai cadangan dan aku serahkan pada kakak," ucap Mogui Zuxiao bergerak keluar dari dalam hati bersama pasukannya, menghadang serangan prajurit langit.
Dalam waktu singkat, tempat itu menjadi medan pertempuran yang sangat mengerikan. Tiga ratus ribu prajurit langit berperang melawan tiga ratus ribu prajurit iblis dari neraka besar yang sebelumnya ingin disusupkan memasuki daratan Ilahi.
" Dhuar.... Dhuar...." ledakan dahsyat bergema di berbagai tempat. Suara pedang dan tombak yang beradu, serta teriakan kesakitan yang disertai dengan ciptaran darah mengisi seluruh kawasan tersebut.
Mogui Zuixiao yang memimpin pasukannya menghadang serangan pasukan langit bertempur dengan gagah berani. Bergerak dan membunuh prajurit jubah emas itu tanpa ampun.
" Cincin langit!" suara Luo Xing bergema memberi perintah pada puluhan ribu pasukan langit, bergerak membentuk formasi serangan.
" Swhus...swhus..." puluhan ribu prajurit itu bergerak tertib dengan kecepatan ektrem, mulai menutup, dam mengepung pasukan iblis yang di pimpin Mogui Zuixiao sambil terus melepaskan serangan tombak emas.
" Tombak langit!" salah satu jenderal utama lainnya memberi perintah.
" Swhus...swhus..." puluhan ribu prajurit yang tersisa membetuk formasi serangan, menutup seluruh permukaan pasukan yang terkepung, lalu melepaskan tembakan emas, yang melucur seperti hujan.
" Baj***n, jika kita mati, maka biarkan mereka ikut bersama kita..." teriak Mogui Zuixioa murka sambil memanggil Mogui Wangzi untuk tidak menahan diri.
****
Di dalam peti raksasa.
Mogui Wangzi dengan wajah pucat pasi, dengan perasaan sedih dan kecewa menatap kejatuhan ratusan prajurit iblis dengan mata nanar.
" Apakah ini akan menjadi akhir perjalananku..." membatin sambil menatap Mogui Zuxiao dan pasukannya yang kini benar-benar berafa di bawah tekanan formasi serangan pasukan langit.
" Baj****n! Mengapa harus bertemu dengan pasukan langit di tempat ini..." Mogui Wangzi menggerutu kesal, sambil menatap para jenderal dan prajurit yang sedang menunggu perintah darinya.
" Benar-benar bodoh. Jika saja dari awal aku dengan tegas membawa pasukan memasuki Benua Teratai Hitam dengan paksa, mungkin saat ini sudah aman..." membatin kesal.
" Pangeran, apa yang harus kita lakukan. Kita bahkan telah kehilangan ribuan prajurit. Sebelumnya saat melawan Bai Xin dan pasukannya, kita bahkan telah kehilangan hampir dua puluh ribu prajurit, apalagi melawan pasukan langit dengan formasi serangan seperti ini." seorang jenderal berbicara membuyarkan lamunannya.
" Jenderal, mereka menginginkan kematian kita, maka mari kita bawa mereka mati bersama kita." dengan wajah serius.
" Pangeran hamba tidak melarang, tetapi hamba minta pangeran dapat berpikir jernih. Jika kita keluar, maka tidak akan ada yang tersisa...."
" Aku tahu, tetapi pergi pun tidak mungkin. Apalagi harus membiakan Adikku mati sendiri di atas sana..." dengan wajah kesal.
Pada saat dirinya sedang berbicara, tiba-tiba muncul dua ratus lima puluh ribu prajurit pasukan pelindung Benua Teratai Hitam, yang langsung membantu prajurit langit menggempur Mogui Zuixiao dan pasukannya.
" Argh...!" teriak Mogui Wangzi kesal.
" Kita tidak boleh mati di sini. Panggil mereka kembali..." sambil memberi perintah pada ribuan prajurit menahan celah dinding yang rusak.
" Baik..." jawab para Jenderal membuka pintu peti, lalu bergerak memanggil Mogui Zuixiao dan pasukannya.
Di atas peti raksasa yang merupakan arena pertempuran. Mogui Zuixiao yang terus bertempur tidak menggubris panggilan para Jenderal yang memintanya untuk segera kembali ke dalam peti. Namun saat dirinya akan bergerak, tiba-tiba beberapa Jenderal menghampirinya dan membawanya meninggalkan arena pertempuran dengan paksa.
" Jenderal, apa yang kalian lakukan..." dengan wajah kesal dan murka.
" Ini perintah langsung, kita tidak boleh mati di tempat ini..." jawab Sang Jenderal sambil membawanya masuk ke dalam peti.
" Tapi lari kemana? Apakah kalian buta? Bertahan di dalam peti juga tidak akan mengubah apapun....." ucap Mogui Zuixiao kesal.
" Plak..." tamparan keras Mogui Wangzi mengejutkan Mogui Zuixiao.
" Jangan menuruti ego, tetapi perhatikan pasukan yang kita miliki saat ini...." ucap Mogui Wangzi kesal.
Mogui Zuixiao menatap semua prajurit yang tersisa di dalam ruangan itu dengan mata nanar.
" Maaf aku terlalu emaosi, tetapi masih adakah jalan untuk pergi?" dengan wajah sedih.
" Kita akan menggunakan rencana cadangan, dan itu lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali...." ucap Mogui Wangzi sambil memerintahkan prajuritnya yang terisasa membantu para jenderal menahan serangan dari dinding peti yang rusak.
Di atas peti raksasa.
Prajurit langit beserta pasukan pelindung Benua Teratai Hitam menghentikan serangan mereka.
" Ingin pergi? kalian terlalu naif!" ucap Luo Xing sampai mengeluarkan sebatang tombak emas dengan kekuatan petir.
" Swhus...." tombak emas itu melesat, menghantam penuntup atas peti raksasa, yang langsung membesar dan memanjang hingga mencapai ratusan meter.
" Pasukan, kirim kekuatan kalian..."
Dengan segera ratusan ribu prajurit langit beserta pasukan pelindung Benua Tertatai Hitam bergerak mengerumuni tombak itu, dan mengirimkan kekuatannya.
Dalam waktu singkat.
" Slash.. Slash..." kilatan petir muncul dari mata tombak yang bersentuhan dengan tutup peti, yang semakin lama semakin membesar.
Dari jauh.
Qing Ruo, yang sebelumnya sudah hadir bersama pasukan pelindung Benua Teratai Hitam mengamati situasi yang ada dihadapannya dengan seksama.
" Ada yang aneh..." ucapnya tiba-tiba, mengejutkan Dalu Rong dan Heian Bai yang ada di sisinya.
" Saudara Qing Ruo, ada apa?" tanya Dalu Rong.
" Lihat! Sepertinya pertahanan mereka di bagian celah dinding yang rusak tidak terlalu kuat seperti sebelumnya...."
" Saudara benar..."
" Mereka ingin pergi. Cincin langit...!" teriak Qing Ruo, sambil bergerak, melepaskan tebasan pedang Xue Luo pada celah dinding yang rusak, mengejutkan semua orang.
" Dhuar...." ledakan dahsyat mengguncang tempat itu, bersamaan dengan hancurnya tutup peti hitam tersebut. Namun yang membuat semua orang terkejut adalah kemunculan ratusan peti hitam kecil dengan panjang dua puluh meter, lebar sepuluh meter dan tinggi tiga meter, bergerak ke berbagai arah dengan ekstrem.
" Serang!" ucap Bai Xin bergerak bersama seluruh pasukannya, menyerang peti tersebut.
" Bagi pasukan ke dalam beberapa kelompok, kejar mereka satu persatu..." ucap Qing Ruo sambil melepaskan tebasan pedang Xue Luo.
Qing Ruo bisa saja menggunakan jaring kubah langit untuk mengurung ratusan peti hitam tersebut, tetapi dia tidak ingin menunjukkan jati dirinya.
Dari jauh.
Di atas kereta perangnya, ketiga jenderal utama yang sedang mengamati kekacauan itu begitu terkejut.
" Jenderal Luo Xing, itu...!" seorang jenderal berbicara pada Luo Xing sambil menunjuk ke arah Qing Ruo yang terus bergerak melepaskan tebasan pedang Xue Luo.
" Aku tahu..." ucap Luo Xing, menajamkan matanya, lalu bergerak meninggalkan keretanya.
" Jaring langit!" ucap Luo Xing memberi perintah.
Dengan segera ratusan ribu prajurit berjubah emas itu bergerak tertib dengan kecepatan ekatrem, membentuk formasi pertahanan bola jaring emas raksasa, mengurung ratusan peti hitam yang terus bergerak ke berbagai arah yang terus dikejar oleh ribuan prajurit lainnya.