Demi memenuhi wasiat sang ayah, Ziyana Syahira harus rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenali bernama Dirga Bimantara, seorang CEO yang terkenal dengan sikap dingin dan cuek.
Belum juga reda keterkejutan Ziyana akan pernikahan dadakannya bersama dengan Dirga. Ziyana kembali di kejutkan dengan sebuah kontrak pernikahan yang di sodorkan oleh Dirga. Jika pernikahan keduanya hanya akan terjalin selama satu tahun saja dan Ziya dilarang ikut campur dengan urusan pribadi dari pria itu.
Lalu, bagaimana jadinya jika baru 6 bulan pernikahan itu berjalan, Dirga sudah menjatuhkan talak pada Ziya dan diwaktu yang bersamaan Ziyana pun di nyatakan hamil?
Mampukah Ziyana jujur jika saat itu dia tengah hamil anak dari Dirga. Ataukah, Ziyana tetap memilih untuk pergi dengan merahasiakan keberadaan sang janin yang tumbuh dalam rahim nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SWA.Bab 10
"Astaghfirullah al adzim." lirih Umi Aisyah setelah mendengar semua cerita tentang kisah pernikahan Ziya dan juga Dirga. Lengkap dengan kontrak pernikahan yang sudah Ziya dan Dirga tanda tangani tepat dimalam pernikahan mereka.
Umi Aisyah terus saja beristigfar sambil mengusap usap dadanya yang terasa sesak setelah tahu apa yang terjadi pada putrinya. Wanita paruh baya itu tidak menyangka jika pernikahan yang diatur oleh mendiang suaminya untuk putri bungsunya itu akan berakhir nestapa.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Umi Aisyah pada Ziya, setelah bisa mengendalikan diri dari keterkejutan nya dan merasa cukup tenang.
"Setelah ini, Ziya ingin pergi ke suatu tempat Umi. Ziya ingin memulai hidup baru dan membesarkan anak Ziya di sana saja," jawab Ziya, masih dengan suaranya yang sangat lirih.
"Dimana itu? Kemana kamu akan pergi dan tinggal?"
"Apa, Umi masih ingat dengan Hasna?"
"Hasna, teman kuliah mu?"
"Iya, Umi. Dulu, saat liburan semester, Ziya pernah ikut berlibur ke kampung halamannya Hasna. Di sana, kota nya cukup tenang dan nyaman. Orang orang di sana juga baik baik dan ramah ramah. Setelah di pikir pikir, mungkin lebih baik jika Ziya pindah ke sana saja. Memulai hidup baru dengan orang orang baru dan juga dengan lingkungan yang baru. Bagaimana, apa Umi setuju jika Ziya pindah kesana?"
"Jujur, Umi sedikit keberatan. Umi harap, kamu kembali saja kerumah. Tinggal sama Umi dan juga Zira, tapi jika ini adalah keputusan yang terbaik untuk kamu dan juga bayi mu. Maka, restu Umi akan selalu menyertai langkahmu Nak,"
"Alhamdulillah. Terima kasih Umi dan maafkan Ziya, karena sudah membohongi Umi dan membuat Umi dan Almarhum Abi kecewa,"
"Tidak Nak. Ini semua bukan salahmu, ini semua sudah jalan takdir yang harus kamu tempuh. Justru Umi lah yang harusnya minta maaf kepada kamu. Atas nama Abi, Umi minta maaf karena sudah membawa mu kepada pria yang salah."
*
*
Sementara di tempat lain.
Plaakkkkk
Plaaakkkk
Tamparan demi tamparan yang cukup keras, tengah di terima oleh seorang pria yang saat ini sedang di sidang oleh kedua orang tuanya.
"Astagfirullah Al adzim." lirih seorang wanita paruh baya saat melihat kemarahan suaminya yang tertuju kepada putra mereka.
Meski tidak tega melihat putra yang dia sayangi terus menerus ditampar oleh suaminya. Namun, dia juga tidak bisa membenarkan apa yang telah putranya lakukan saat ini. Hingga wanita baya itu pun hanya bisa terdiam tanpa bisa melakukan apapun untuk membelanya.
Karena apa yang sudah di lakukan oleh sang putra saat ini teramatlah sangat salah besar dan cukup mencoreng nama keluarga besar mereka.
"Inikah yang Papa ajarkan selama ini kepadamu Ga? Dimana akal sehatmu, hah? Kalau kamu tidak berkenan dengan pernikahan itu. Kenapa tidak kamu tolak saja perjodohan ini. Sejak awal, Papa dan Mama kan tidak pernah memaksa kamu. Kami hanya menyarankan dan saat itu kamu langsung menerima perjodohan ini. Lalu, kenapa kamu melakukan hal hal yang tidak masuk akal dan bisa mencoreng nama keluarga dan juga pernikahan itu sendiri. Kenapa Dirga, kenapa? Jawab Papa." sentak Papa Sanjaya yang tidak menyangka jika putranya akan melakukan hal yang menurutnya sangatlah tidak masuk akal.
Melakukan pernikahan kontrak dan menjatuhkan talak pada Ziya hanya lewat sambungan telepon. Sungguh, hal itu sangatlah membuatnya malu setengah mati.
Hingga rasanya, Papa Sanjaya tidak punya muka lagi untuk bertemu dengan besannnya dan juga dengan mantan menantunya, Ziya.
Entah apa yang ada di dalam pikiran Dirga saat ini. Hingga bisa bisa nya dia melakukan hal yang tidak pernah terbersit sedikit pun di dalam pikiran Papa Sanjaya ataupun istrinya. Mempermainkan sebuah ikatan suci pernikahan. Sungguh tidak masuk akal, tetapi itu nyata dan sudah Dirga lakukan.
"Maafkan Dirga Pa. Tapi Dirga tidak bisa meninggalkan Elisa, apalagi saat ini Elisa tengah mengandung anak Dirga."
Plaaakkkkk
Lagi, tamparan itu kembali harus diterima oleh Dirga saat dia mengakui kesalahan nya yang sudah menghamili wanita lain. Padahal Dirga memiliki istri sah yang sejak awal pernikahan tidak pernah Dirga sentuh(pikir Dirga saat ini).
Bukan nya melampiaskan hasrat pada sang istri. Dirga malah melakukan hal itu dengan wanita lain yang bahkan belum memiliki ikatan pernikahan dengan nya.
"Pergi kamu dari sini. Papa tidak sudi melihat wajah kamu lagi di rumah ini," lanjut Papa Sanjaya setelah kelangkan sebuah tamparan yang cukup keras di wajah putranya.
"Papa. Istighfar Pa, istighfar," ucap sang istri, yang akhirnya bersuara saat melihat Papa Sanjaya mengusir Dirga dari rumah.
"Yang harus nya beristighfar itu anakmu Ma. Dia telah mencoreng nama keluarga karena sudah melakukan kesalahan besar. Karena itu juga, Papa sampai kehilangan muka untuk menemui besan kita dan juga Ziya," jawab Papa Sanjaya, masih dengan emosi yang menggebu gebu.
"Iya, Mama tahu. Tetapi, Mama mohon, coba tenangkan diri dulu. Jangan mengambil keputusan saat keadaan hati masih panas dan kamu Dirga. Pergi lah dulu ke apartemen mu, untuk sementara tinggalah di sana. Renungkan semua kesalahanmu, nanti setelah Papa cukup tenang. Ikut kami untuk menemui dan meminta maaf kepada Ziya dan juga Umi Aisyah," lanjut Mama Ayu. Untuk melerai pertikaian antara suami dan anaknya.
"Baik, Ma. Sekali lagi, Dirga minta maaf dan Dirga pamit dulu,"
"Pergi lah dan jangan melakukan apapun dulu. Kita selesaikan satu persatu masalahnya, agar tidak semakin rumit,"
"Iya, Ma. Kalau begitu Dirga pamit dulu. Assalamualaikum,"
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."
*
*
Beberapa hari kemudian.
"Tok..."
"Tok..."
"Tok..."
"Assalamualaikum."
Seruan salam yang berasal dari luar rumah pun mengalihkan perhatian seorang wanita paruh baya yang tengah khusyuk membaca kitab suci Al-Qur'an.
Mendengar jika ada tamu yang datang. Dengan segera wanita baya itu pun menyudahi ngajinya dan menutup Al-Qur'an yang ada di tangannya.
"Shadaqallahul Adzim." ucap nya sebelum menutup Al-Qur'an nya.
Usai menutup Al-Qur'an nya. Wanita baya itu pun bergegas menghampiri pintu utama rumahnya. Untuk melihat siapa yang datang berkunjung ke rumah itu.
Kleekkkk...
"Assalamualaikum, Besan. Apa kabar?" ucap Mama Ayu, saat dibuka kan pintu oleh Umi Aisyah.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, baik besan. Mari, silahkan masuk."
Umi Aisyah pun langsung membuka lebar pintu rumahnya dan mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam. Setelah dipersilahkan masuk, Mama Ayu pun segera masuk yang di ikuti oleh Papa Sanjaya dan juga Dirga tentu nya.
Kedatangan keluarga itu tentu saja untuk meminta maaf atas apa yang sudah Dirga lakukan kepada Ziya. Juga untuk memperjelas hubungan antara Dirga dan juga Ziya saat ini.
Kedua orang tua Dirga itu ingin menegaskan kembali hubungan antara Dirga dan juga Ziya. Meski di antara mereka sudah tidak lagi berjodoh. Setidaknya, perpisahan itu dilakukan dengan cara yang baik baik.
Papa Sanjaya tidak ingin merusak hubungan baik dua keluarga itu hanya karena ulah putranya yang menurutnya sangatlah tidak bertanggung jawab. Maka dari itu, Papa Sanjaya pun segera mendatangi rumah besan nya setelah hatinya merasa cukup tenang.
pst anak nya seusia zingga juga.