Divya Veronika Ibrahim Gadis Manis yang punya segudang mimpi yang ingin dicapai nya.
Perjodohan nya dengan Tuan Muda yang tak lain sahabat masa kecilnya dulu berjalan rumit karena masa lalu orangtua mereka.
kisah ini ditulis berdasarkan pemikiran dari sang penulis,jika ada kesamaan tempat,Nama,Karakter bahkan alur cerita, mohon untuk memakluminya
karya pertama ku
Bissmillah dukung terus Ya jangan lupa like dan komen nya,terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RhinYani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal mula pertemuan
***
Terik Matahari menyinari jagad,lalu lalang para manusia yang hilir mudik, ada yang memakai kendaraan roda dua dan empat.
Ada pula yang berjalan kaki.
Gadis manis yang baru saja datang terlihat duduk di bangku sebuah kafe bersama teman-temannya,
"Pesan saja apa yang kalian mau,tenang aku yang traktir"
Ucap gadis itu pada teman-temannya yang berjumlah lima orang,perempuan semua.
"Yeaah ..Asik nih kita di traktir sama yang ulang tahun" Sahut yang lainnya.
"Gak ulang tahun juga tetep gue juga kan yang bayar" Gadis yang berulang tahun itu mendengus.
"Memang faktanya begitu kan...!"
"Hahaha..."
Serentak teman temannya tertawa.
"Iya iya Divya ku emang paling baik hati .Ayo pesan ! Mana pelayannya ya?!"
Salah satu dari mereka berdiri menengok kanan kiri.
Jam makan siang seperti ini cafe memang cukup ramai,
pelayan sibuk menulis pesanan ada juga yang membawa nampan berisi makanan para pelanggan.
"Permisi, nona-nona . Mau pesan apa..?"
Seorang pelayan pria menghampiri kerumunan remaja SMU yang baru pulang sekolah,terlihat dari seragam yang masih mereka kenakan.
Berisik? jangan ditanya,begitulah kalau para remaja wanita sudah berkumpul.
Lupa waktu,
lupa keadaan.
Cuek saja tertawa keras walaupun di tempat umum.
"Haaah iya mas"
Melongo takjub melihat pemandangan di depan matanya.
Ganteng banget.
Mita salah satu sahabat Divya memang begitu kalau sudah lihat pria tampan.
"Husss ngedip kamu"
Divya mengusap wajah Mita yang bahkan tidak berkedip.
"Ganteng tahu...hehe"
"Huuuh..." Yang lain malah menyoraki.
Norak apa alay kalau begini..haha
"Maaf ya,biasa mereka memang seperti itu,berisik"
Divya mulai bicara pada pelayan itu,dia memesan beberapa makanan dan minuman sesuai permintaan teman-temannya.
Setelah pesanan datang,
Keenam gadis remaja itupun menyantap makanan mereka sambil sesekali tertawa,bersenda gurau.
Sejak hari itu Divya yang memang sudah menjadi langganan di cafe,selalu datang.Entah sendiri atau bersama teman-temannya.
Dari sitlah ia mulai dekat dengan pelayan yang di temuinya pertama kali saat Ulangtahun hari itu.
Sekedar mengobrol atau menemani makan.
Tidak ada rasa canggung diantara mereka.
Kepribadian laki-laki itu sudah seperti menyihirnya,
saat itu Divya masih duduk di kelas dua SMU.
Terpaut Usia tiga tahun dari Pria pelayan itu.
Mereka berdua memang dekat walaupun tak pernah ada kata pacaran,setiap hari saat ada waktu luang selalu pergi bersama.
Nando Pria yatim piatu yang harus putus sekolah karena kendala biaya,
kedua saudara perempuannya sudah menikah dan memiliki anak.
Tidak ada yang perduli padanya.
Keduanya juga hidup serba pas pasan,
karena itulah Nando tak ingin membebani kakak-kakaknya.
Ia memilih bekerja sendiri,mengumpulkan biaya untuknya kuliah nanti.
Sampai pada akhirnya kedekatan mereka terdengar oleh kedua orangtua Divya.
Yang kala itu masih sangat sukses, perkebunan teh nya terhampar luas di beberapa tempat,
bisnis sewa Villa dan perusahaan travel perjalanan wisata yang cukup ramai peminatnya.
Sang Ayah Ibrahim bukanlah Pria yang memandang status dan derajat seseorang,selama tidak mengganggu pendidikan, Divya di bebaskan dekat dengan laki-laki hanya dalam batas sewajarnya.
Sementara Nika Sang Ibu ,selalu saja tidak menyukai siapapun yang dekat dengan putri nya.lebih-lebih jika pria itu dari kalangan menengah kebawah alias miskin,
Mau kau bawa sengsara putriku ?!
begitu pikirnya.
Derajat,Status,Keturunan,Pekerjaan maupun pendidikan yang selalu disinggung Ibu nya.
"Kami hanya berteman bu" Selalu memakai alasan itu pada ibunya setiap ada pemuda yang datang kerumah,mangantar ataupun menjemputnya.
"Berteman...? lama-kelamaan kalian pacaran,bukan?!" Ibu tak pernah mau mendengarkan apapun alasan Divya.
Lebih-lebih jika pemuda itu nekat menemui ibu,sudah pasti habis diceramahi,bahkan kadang sampai memaki,yang akhirnya membuat Divya merasa bersalah dan malu.
Seperti hari itu,saat Nando memaksa mengantarnya pulang dengan motornya.
Ibu langsung keluar rumah dengan pandangan tidak suka.
Anak ini,siapa lagi yang dia bawa.
dan lihat motornya,jelek begitu.
Dan benar saja,ibu langsung menarik tangan putri nya dan seperti biasa
jurus ceramah,
dibumbui hinaan keluar dari mulutnya.
Kejam.
Ibu sampai mengusir dan mengancamnya agar tidak mendekati putrinya lagi.
Beberapa minggu setelah kejadian,Divya memang masih bisa menemui Nando.Tapi, setelah itu dia menghilang entah kemana.
***
Divya menghela nafas berat saat mengingat kembali kejadian 6tahun lalu,
Ia tidak bisa tidur semalaman.
Padahal hari ini .
Ada rapat penting dikantor perusahaan Tuan Haris si Monster tampan itu.
bersambung...